Kosta Rika bukannya tidak punya catatan apik di Piala Dunia. Mereka pernah merepotkan Italia dan Inggris di fase grup edisi 2014. Inggris ditahan imbang tanpa gol, sedangkan Italia diperdaya satu gol tanpa balas.
"Delapan tahun telah berlalu dan para pemain telah berubah tetapi Anda memiliki kenangan indah," tegas Suarez.
Pelatih asal Kolombia itu senang bila mereka selalu diremehkan. Justru dalam posisi seperti itu mereka bisa bermain lepas.
"Mungkin itu karena gen orang-orang Kosta Rika. Ketika mereka mencapai Piala Dunia, mereka melakukan hal yang berbeda dan mereka bermain dengan baik. Saya tidak hanya berbicara tentang 2014 di Brasil, saya juga berpikir tentang Italia 1990."
Jerman kini dibayangi memori buruk 2018. Sebagai juara bertahan langsung tersingkir paling awal. Kalah 0-2 dari Korea Selatan di matchday pamungkas. Sejarah kelam dalam 80 tahun terakhir pun terukir.
Pelatih Hansi Flick menegaskan dirinya tidak akan mundur bila pada akhirnya Jerman harus menerima kenyataan buruk. Â Suksesor Joachim Loew sejak Agustus 2021 itu akan menatap Piala Eropa 2024 di kandang sendiri.
"Kami ingin mengakhiri pertandingan lebih awal untuk menambah tekanan pada pertandingan grup lainnya. Kami harus memiliki sikap yang kami tunjukkan saat melawan Spanyol," tandas Flick.
Flick bakal mengandalkan Niclas Fullkrug, sebagai ganti Thomas Muller, Â untuk mengulangi catatan positif saat menjadi penyelamat timnya dari kekalahan atas Spanyol beberapa waktu lalu. Begitu juga bisa memasang Leroy Sane sejak menit awal.
Dengan absennya bek tengah Kosta Rika, Francisco Calvo yang harus menjalani sanksi skors, Jerman seharusnya bisa memanfaatkan kesempatan untuk menang. Karena hanya dengan kemenangan akan meloloskan Die Mannschaft!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H