Kedua, entah Argentina yang terlalu dominan atau Polandia yang terlampau buruk, pastinya Lewandowski dan kolega tak bisa menunjukkan versi terbaik seperti saat menekuk Arab Saudi 2-0 di matchday kedua.
Polandia tampil pasif. Lewandowski sampai harus turun membantu pertahanan dan sama sekali tak mendapat kesempatan untuk beraksi di area pertahanan Argentina.
Kiper Argentina Emi Martinez hampir tidak bekerja keras sama sekali. Penjaga gawang Aston Villa itu sangat jauh dari rasa cemas, sungguh berbeda dengan dua laga sebelumnya.
Satu-satunya yang menonjol dari kubu Polandia adalah penampilan heroik Szczesny yang membuat Messi tak berdaya dan menggagalkan sejumlah peluang Argentina.
Polandia mungkin saja sadar pintu kelolosan mereka sudah tertutup setelah di lapangan lain Meksiko tengah memimpin 2-0 atas Arab Saudi.
Namun, upaya mereka untuk menghindari kebobolan di paruh pertama dan tidak kebobolan lagi di babak kedua ternyata membawa keuntungan. Ketika Arab Saudi mencuri gol jelang wasit meniup peluit panjang Polandia bisa tersenyum lebar.
Polandia kini boleh berpesta. Namun, itu hanya akan berlangsung sesaat karena mereka harus menghadapi lawan berat dalam perebutan tiket perempat final. Bila Argentina menghadapi Australia yang secara mengejutkan keluar sebagai runner-up Grup D, Polandia akan menantang sang pemuncak grup sekaligus juara bertahan, Prancis.
Untuk bisa mengalahkan Les Bleus, Polandia tidak bisa hanya mengandalkan ketangguhan Szczesny dan Lewandowski. Mereka harus berbenah di berbagai sisi agar level permainan bisa meningkat untuk merepotkan Prancis.
Sementara itu, Argentina tak boleh jemawa lantaran menghadapi The Socceroos. Dari Arab Saudi mereka sudah disadarkan.
Peran Messi masih begitu sentral. Ia menjadi dirigen di antara para pemain senior dan para pemain muda Argentina.
Kelompok kedua ini cukup mencuri perhatian saat mengalahkan Polandia. Kerja sama Enzo Fernandez, pemain 21 tahun yang berseragam Benfica yang diselesaikan pemain muda City berusia 22 tahun, Alvarez untuk gol kedua Argentina.