Namun, ada yang menilai positif. Membuat lawan tidak berkutik, mencetak lebih dari setengah lusin gol dan tidak mendapat satu kesempatan pun melakukan ancaman ke gawang, adalah pencapaian tersendiri.
Pakar sepak bola Spanyol, Guillem Balague, melansir bbc.com, menyebut Spanyol tampil sempurna. Setelah gol ketiga, lawan seperti langsung melempar handuk putih.
"Tapi berapa banyak tembakan tepat sasaran untuk Kosta Rika? Atau upaya? Nol. Di Piala Dunia, Anda tidak mendapatkan penampilan seperti ini, dengan cara yang sama Anda tidak mendapatkan jenis penampilan yang diberikan Inggris melawan Iran."
Bagi Spanyol, di balik tiga poin, ada pembalikkan catatan. Dalam tiga edisi sebelumnya mereka selalu kalah di laga pembuka, termasuk di Afrika Selatan 2010 silam.
Menariknya, di benua Afrika kala itu, mereka kemudian bisa berbicara banyak bahkan sampai menggapai tangga juara.
Nasib berbeda dialami dua raksasa yang juga pernah merasakan manisnya menjadi juara dunia, Jerman dan Argentina yang terjungkal di laga pertama.
Hemat saya, pertandingan pertama adalah pemanasan, meski tidak bisa menafikan statistik dan hasil akhir. Sebagai pesaing menuju gelar atau tidak akan ditentukan di laga-laga selanjutnya.
Kehabisan Bensin
Statistik berbeda saat Belgia ditantang Kanada. Belgia yang disarati pemain bintang dari generasi emas, seperti Kevin De Bruyne, Thibaut Courtois, Eden Hazard, dan Michy Batshuayi, dan masih banyak lagi, tidak mampu melakukan seperti Spanyol pada Kosta Rika.
Belgia hanya bisa mencetak satu gol, satu menit sebelum babak pertama usai. Berawal dari umpan panjang Toby Alderweireld lalu disambut Batshuayi dengan tembakan keras ke pojok kanan gawang Kanada yang dijaga Milan Borjan.
Kanada yang kalah tipis dalam penguasaan bola yakni 46 berbanding 54, malah bermain lebih agresif. Mereka bisa melepas 22 tembakan dengan tiga di antaranya tepat sasaran, jumlah yang sama dilakukan Belgia dari sembilan percobaan.