Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

3 Catatan di Balik Awal Manis The Three Lions dan Suksesnya Pesan Politis Timnas Iran

21 November 2022   23:20 Diperbarui: 21 November 2022   23:26 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Statistik Inggris versus Iran di laga Grup B Piala Dunia 2022: bbc.com

Tim nasional Inggris menandai debutnya di Piala Dunia 2022 dengan manis. The Three Lions memetik kemenangan pertamanya di Grup B saat menghadapi Iran di Khalifa International Stadium, Selasa (21/11/2022) malam WIB.

Kemenangan telak 6-2 sungguh berarti bagi Inggris. Memberi mereka poin sempurna yang direbut dari tim yang berada di lingkaran 20 besar FIFA dan sempat mencuri perhatian dalam laga pemanasan Piala Dunia berupa kemenangan atas Uruguay dan hasil imbang kontra juara Afrika, Senegal.

Di sisi lain, membangkitkan optimisme setelah perjalanan yang sulit dan penuh pesimisme menuju Qatar.

Seperti kita tahu, Inggris yang merupakan finalis Piala Eropa 2020 harus meniti jalan terjal sejak awal musim UEFA Nations League. Hingga dibekuk Italia 1-0 di matchday kelima, Inggris belum sekali pun menang.

Dua poin dari lima laga. Mendekam di dasar klasemen dengan produktivitas gol memprihatinkan yakni 1 berbanding 7. Satu-satunya gol itu pun dari titik penalti yang dieksekusi Harry Kane saat bermain imbang 1-1 kontra Jerman. Tak heran mereka pun harus terdegradasi dari kasta teratas menuju Liga B.

Banyak kritik mengiringi Gareth Southgate ke Timur Tengah. Meski tidak sedikit yang tetap berpikiran positif. Salah satunya Jurgen Klinsmann. Legenda Jerman ini malah menilai Inggris menjadi salah satu tim yang sedang berada di "jalur alami" menjuarai Piala Dunia.

Dalam tulisannya di buletin harian BBC Sport World Cup melansir bbc.com, Klinsmann menulis demikian.

"Bagi saya, Inggris menjalani perkembangan yang sangat alami. Semifinal di Rusia, final Euro yang seharusnya mereka menangkan, sekarang jalur alami bagi Inggris adalah memenangkan Piala Dunia."

"Saya bersemangat untuk Inggris, saya percaya pada kualitas mereka. Mereka telah membuktikannya. Seharusnya menjadi dorongan dan rasa lapar mereka sendiri untuk menyelesaikan pekerjaan."

Apa yang dikatakan Klinsmann itu mulai menunjukkan kebenaran. Penampilan saat menghadapi Iran adalah panggung pertunjukkan dominasi Inggris versus tim defensif.

Menurunkan sejumlah muka lama yang kehadirannya tidak pernah luput dari kritik seperti Harry Maguire untuk membentuk kuartet bek bersama John Stones, Kieren Trippier di sisi kanan, dan Luke Shaw sebagai bek kiri. Mereka mengawal Jordan Pickford di bawah mistar gawang.

Selanjutnya, Jude Belingham dan Declan Rice sebagai jangkar dalam formasi 4-2-3-1. Rice berusia 23 ahun dan 311 hari sebagai pemain West Ham termuda yang menjadi starter bersama timnas Inggris di Piala Dunia, setelah Martine Peters saat tampil di final edisi 1966 menghadapi Jerman dalam usia 22 tahun 264 hari.

Sementara itu di lini serang, Southgate memberi kepercayaan kepada Bukayo Saka di sayap kanan dan Raheem Sterling di sisi kiri menyokong Harry Kane sebagai ujung tombak.

Saka yang turun sejak menit awal kali ini pun menorehkan sejarah tersendiri. Dalam usia 21 tahun 77 hari sebagai pemain termuda Arsenal yang mengisi "starting line-up" skuad Tiga Singa di Piala Dunia, menyalip Ashley Cole pada Piala Dunia 2022 kontra Swedia dalam usia 21 tahun dan 164 hari.

Inggris kemudian membuktikan sepanjang pertandingan bahwa mereka adalah tim yang memang patut diperhitungkan. Level permainan mereka baik secara individu maupun tim masih berada di atas Iran.

Carlos Queiroz mengandalkan duet penyerang yang berkarier di Eropa yakni Mehdi Teremi yang bermain untuk FC Porto serta penggawa Feyenoord Alireza Jahanbakhsh untuk membentuk formasi terkuat mereka, 3-5-2.

Sayangnya, sekuat-kuatnya Iran dengan formasi pilihan yang berusaha menguasai lini tengah ternyata mereka dengan sengaja dan terencana melakukan pendekatan defensif sehingga kita melihat sepanjang laga, hampir seluruh pemain Iran berkumpul di area pertahanan.

Iran bertahan nyaris total. Hanya menyisahkan Mehdi Teremi di depan. Mereka menduduki area pertahanan sendiri dengan pendekatan pragmatis berharap bisa mengganggu fokus dan menguras emosi para pemain Inggris, lantas mencari momentum melakukan serangan balik.

Sepanjang 15 menit pertama pertandingan, semua pemain Iran membentuk barikade pertahanan. Inggris yang menguasai bola nyaris mutlak, mendekati 94 persen, mengedepankan agresivitas guna menemukan celah.

Inggris mendapat momentum yang berakibat Iran harus kehilangan penjaga gawang utama, Alireza Beyranvand. Laga sempat terjeda cukup lama agar tim medis bisa memberi pertolongan kepada sang penjaga gawang yang diprediksi mengalami gegar otak, buntut tabrakan dengan rekan setim itu.

Situasi yang sedikit banyak mempengaruhi ritme pertandingan. Menurunkan tensi serangan Inggris sekaligus memberi waktu bagi Iran untuk menarik napas setelah giat dan berjibaku bertahan.

Masuknya Hossein Hosseini yang bermain untuk Esteghlal langsung diuji oleh Bukayo Saka yang melepaskan tembakan tepat sasaran. Penyelamatan sukses Hosesini berbuah tepukan tangan penggemar.

Inggris sempat menemui kebuntuan hingga lebih dari separuh babak pertama. Namun, Inggris kemudian sukses menunjukkan kepada dunia bahwa mereka sudah berada kembali di jalur yang tepat.

Pertama, penampilan Bellingham dan Saka sungguh menyita atensi. Bellingham yang adalah bintang muda Borussia Dortmund menjadi pemecah kebuntuan.

Pemain berusia 19 tahun menunjukkan dengan tepat dirinya pantas menjadi target buruan banyak klub top Eropa.

Kehadirannya bersama pemain muda Inggris lainnya yang sempat menjadi bulan-bulanan di Piala Eropa 2020 yakni Saka terbukti memberikan sihir tersendiri.

Bellingham mencetak gol pembuka tepat 10 menit sebelum turun minum, menyambut umpan silang Luke Shaw dengan tandukan mematikan.

Saka kemudian ikut memperlebar jarak dengan tendangan halus namun akurat, sebelum sepakan voli berkelas Raheem Sterling meneruskan umpan silang Kane menutup keunggulan Inggris sebelum jeda.

Pemilihan Saka ketimbang bintang muda Manchester City, Phil Foden tidak lepas dari kritik. Keputusan Southgate itu menjadi kontroversi.

Namun, brace yang dicetak pemain 21 tahun di laga besar ini, sebagaimana peran besar yang ia mainkan bersama Arsenal yang kini memuncaki klasemen Liga Premier Inggris, dengan sendirinya membungkam para pengkritik.

Saka demikian juga Bellingham memang pantas mendapat tepuk tangan. Mereka terus mengancam Iran sepanjang laga.

"Kami membutuhkan awal yang baik itu. Kami belum memainkan yang terbaik saat memasuki turnamen. Ada banyak pembicaraan dan spekulasi tentang penampilan kami, tetapi kami menunjukkan kepada semua orang seberapa banyak kualitas yang kami miliki dan apa yang bisa kami lakukan," ungkap Saka usai laga menukil bbc.com.

Kedua, performa Iran cukup terganggu oleh nasib buruk Beiranvand.  Iran sempat mendapat kesempatan untuk bangkit ketika Teremi mencetak gol indah setelah 65 menit pertandingan.

Statistik Inggris versus Iran di laga Grup B Piala Dunia 2022: bbc.com
Statistik Inggris versus Iran di laga Grup B Piala Dunia 2022: bbc.com

Kemudian dengan sisa-sisa kekuatan mendapat lagi peluang mencetak gol hiburan di masa injury time melalui sepakan penalti yang dieksekusi dengan tenang oleh Teremy, buntut pelanggaran John Stones.

Namun, gol pertama Teremi kemudian direspon secara kejam oleh Inggris melalui Saka dan kedua pemain pengganti yakni Marcus Rashford dan Jack Grealish.

Hal ini menunjukkan bahwa strategi pergantian Inggris juga berbuah manis. Kehadiran para pemain seperti Callum Wilson, Rashford, Foden,  membuat serangan Inggris semakin variatif dan intens dengan umpan-umpan berbahaya ke area pertahanan lawan.

Ketiga, Kemenangan telak ini adalah awal yang bagus bagi Inggris. Tidak banyak kesempatan apalagi di pentas Piala Dunia, Inggris bisa mencetak enam gol.

Tingkat produktivitas yang sedemikian melejit setelah menjadi bulan-bulanan belakangan ini lantaran para pemain Inggris seperti kehilangan akal dan kehabisan cara mencetak gol.

Lebih penting lagi, ini adalah modal penting menghadapi Amerika Serikat dan Wales di dua laga berikutnya.

Sementara itu di kubu Iran, terbukti bahwa taktik yang mereka mainkan bisa dirusak oleh kesabaran para pemain Inggris. Skenario yang mereka bangun kemudian dikoyak oleh kegarangan para pemain muda Tiga Singa.

Meski harus menelan pil pahit, Iran sanggup mengirim pesan tersendiri. Sebagaimana tercermin di awal laga, ketika lagu kebangsaan dikumandangkan, tidak terlihat para pemain Iran ikut bergabung bersama para pendukung.

Sebuah sikap yang menunjukkan dengan jelas kepada dunia bahwa para pemain Iran sedang melakukan protes. Mereka ingin agar dunia bertanya-tanya kemudian berpaling ke negara mereka, melihat berbagai kenyataan miris di sana.

Di balik kekalahan itu, para pemain Iran sedikit banyak sukses menjalankan misi politis dan kemanusiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun