Kedua, performa Iran cukup terganggu oleh nasib buruk Beiranvand. Â Iran sempat mendapat kesempatan untuk bangkit ketika Teremi mencetak gol indah setelah 65 menit pertandingan.
Kemudian dengan sisa-sisa kekuatan mendapat lagi peluang mencetak gol hiburan di masa injury time melalui sepakan penalti yang dieksekusi dengan tenang oleh Teremy, buntut pelanggaran John Stones.
Namun, gol pertama Teremi kemudian direspon secara kejam oleh Inggris melalui Saka dan kedua pemain pengganti yakni Marcus Rashford dan Jack Grealish.
Hal ini menunjukkan bahwa strategi pergantian Inggris juga berbuah manis. Kehadiran para pemain seperti Callum Wilson, Rashford, Foden, Â membuat serangan Inggris semakin variatif dan intens dengan umpan-umpan berbahaya ke area pertahanan lawan.
Ketiga, Kemenangan telak ini adalah awal yang bagus bagi Inggris. Tidak banyak kesempatan apalagi di pentas Piala Dunia, Inggris bisa mencetak enam gol.
Tingkat produktivitas yang sedemikian melejit setelah menjadi bulan-bulanan belakangan ini lantaran para pemain Inggris seperti kehilangan akal dan kehabisan cara mencetak gol.
Lebih penting lagi, ini adalah modal penting menghadapi Amerika Serikat dan Wales di dua laga berikutnya.
Sementara itu di kubu Iran, terbukti bahwa taktik yang mereka mainkan bisa dirusak oleh kesabaran para pemain Inggris. Skenario yang mereka bangun kemudian dikoyak oleh kegarangan para pemain muda Tiga Singa.
Meski harus menelan pil pahit, Iran sanggup mengirim pesan tersendiri. Sebagaimana tercermin di awal laga, ketika lagu kebangsaan dikumandangkan, tidak terlihat para pemain Iran ikut bergabung bersama para pendukung.
Sebuah sikap yang menunjukkan dengan jelas kepada dunia bahwa para pemain Iran sedang melakukan protes. Mereka ingin agar dunia bertanya-tanya kemudian berpaling ke negara mereka, melihat berbagai kenyataan miris di sana.