Menurunkan sejumlah muka lama yang kehadirannya tidak pernah luput dari kritik seperti Harry Maguire untuk membentuk kuartet bek bersama John Stones, Kieren Trippier di sisi kanan, dan Luke Shaw sebagai bek kiri. Mereka mengawal Jordan Pickford di bawah mistar gawang.
Selanjutnya, Jude Belingham dan Declan Rice sebagai jangkar dalam formasi 4-2-3-1. Rice berusia 23 ahun dan 311 hari sebagai pemain West Ham termuda yang menjadi starter bersama timnas Inggris di Piala Dunia, setelah Martine Peters saat tampil di final edisi 1966 menghadapi Jerman dalam usia 22 tahun 264 hari.
Sementara itu di lini serang, Southgate memberi kepercayaan kepada Bukayo Saka di sayap kanan dan Raheem Sterling di sisi kiri menyokong Harry Kane sebagai ujung tombak.
Saka yang turun sejak menit awal kali ini pun menorehkan sejarah tersendiri. Dalam usia 21 tahun 77 hari sebagai pemain termuda Arsenal yang mengisi "starting line-up" skuad Tiga Singa di Piala Dunia, menyalip Ashley Cole pada Piala Dunia 2022 kontra Swedia dalam usia 21 tahun dan 164 hari.
Inggris kemudian membuktikan sepanjang pertandingan bahwa mereka adalah tim yang memang patut diperhitungkan. Level permainan mereka baik secara individu maupun tim masih berada di atas Iran.
Carlos Queiroz mengandalkan duet penyerang yang berkarier di Eropa yakni Mehdi Teremi yang bermain untuk FC Porto serta penggawa Feyenoord Alireza Jahanbakhsh untuk membentuk formasi terkuat mereka, 3-5-2.
Sayangnya, sekuat-kuatnya Iran dengan formasi pilihan yang berusaha menguasai lini tengah ternyata mereka dengan sengaja dan terencana melakukan pendekatan defensif sehingga kita melihat sepanjang laga, hampir seluruh pemain Iran berkumpul di area pertahanan.
Iran bertahan nyaris total. Hanya menyisahkan Mehdi Teremi di depan. Mereka menduduki area pertahanan sendiri dengan pendekatan pragmatis berharap bisa mengganggu fokus dan menguras emosi para pemain Inggris, lantas mencari momentum melakukan serangan balik.
Sepanjang 15 menit pertama pertandingan, semua pemain Iran membentuk barikade pertahanan. Inggris yang menguasai bola nyaris mutlak, mendekati 94 persen, mengedepankan agresivitas guna menemukan celah.
Inggris mendapat momentum yang berakibat Iran harus kehilangan penjaga gawang utama, Alireza Beyranvand. Laga sempat terjeda cukup lama agar tim medis bisa memberi pertolongan kepada sang penjaga gawang yang diprediksi mengalami gegar otak, buntut tabrakan dengan rekan setim itu.
Situasi yang sedikit banyak mempengaruhi ritme pertandingan. Menurunkan tensi serangan Inggris sekaligus memberi waktu bagi Iran untuk menarik napas setelah giat dan berjibaku bertahan.