Â
Ada pertanyaan besar menyambut kepulangan tim nasional sepakbola U-20 Indonesia dari Eropa. Setelah serangkaian kegiatan di sana, apa agenda Garuda Nusantara selanjutnya?
Seperti kita tahu, tim muda Indonesia berada di Benua Biru sejak pertengahan Oktober lalu. Di bawah bimbingan sang pelatih utama, Shin Tae-yong, Marselino Ferdinand dan kawan-kawan menjalani pemusatan latihan dan uji tanding, baik dengan tim lokal maupun dua negara Eropa.
Mula-mula pemusatan latihan di Turki sejak 16 Oktober hingga 13 November, lalu hijrah ke Spanyol hingga kembali ke Tanah Air lebih cepat dari rencana semula.
Sebanyak sembilan uji coba sudah dilahap. Tujuh kali di Turki dan dua kali di Negeri Matador. Bagaimana rapor mereka? Â Tiga kemenangan, dua kali seri, dan empat kali kalah.
Hasil tersebut sedikit banyak menggambarkan perkembangan dan kekuatan tim. Tim muda Indonesia relatif mampu bersaing bahkan bisa mengandaskan tim-tim lokal Turki.
Bertemu Cakallikli Spor di uji tanding pertama pada 24 Oktober 2022, Indonesia menang 2-1. Begitu juga saat menghadapi tim U-20 Antalyaspor. Indonesia sukses memetik hasil positif, 3-1.
Kemenangan terakhir diraih saat menghadapi uji coba pertama menghadapi tim U-20 Moldova dengan skor 3-1.
Hasil imbang dipetik saat kembali beradu dengan tim muda Moldova (0-0) pada 4 November dan uji coba berikutnya menghadapi Baerum SK (3-3).
Selebihnya Indonesia harus mengakui keunggulan lawan. Menghadapi tim nasional yang memiliki sejarah dan kedalam skuad yang bagus seperti Turki, Slovakia, hingga Prancis, Indonesia masih harus banyak belajar.
Bertemu tim U-20 Turki, Indonesia takluk 1-2. Â Sebelum digasak timnas U-20 Prancis enam gol tanpa balas, Garuda Nusantara dipecundangi klub kasta tertinggi Arab Saudi, Al-Adalah FC, 0-2.
Timnas U-20 Slovakia kemudian memberikan kado perpisahan yang pahit bagi Indonesia di uji coba pamungkas. Indonesia tumbang 1-2.
Pertandingan menghadapi Prancis dan Slovakia terjadi di mini turnamen bertajuk Costa Calida Region de Murcia Football Week.
Turnamen yang diikuti 10 negara yang menurunkan tim U-20, U-19, dan U-21. Kesepuluh peserta itu adalah timnas U-20 Indonesia, timnas U-19 Republik Ceko, timnas U-19 Spanyol, timnas U-19 Denmark, timnas U-20 Arab Saudi, timnas U-20 Prancis, timnas U-20 Slovakia, timnas U-20 Jepang, timnas U-21 Republik Ceko, dan timnas U-21 Norwegia.
Turnamen itu mengambil tempat di Pinata Arena, Murcia yang merupakan salah satu pengembangan pemain muda Spanyol. Tempat di mana bibit-bibit pemain bintang disemai dan ditempa.
Sungguh disayangkan, Indonesia hanya menjalani dua pertandingan di Spanyol. Agenda di salah satu pusat sepak bola dunia pun tak berlangsung maksimal.
Hal ini disebabkan karena dimajukannya jadwal kepulangan tim. Dalam rencana awal, tim muda Indonesia akan menjalani latihan intensif di Spanyol hingga 4 Desember nanti. Namun, mereka terpaksa pulang-menurut kabar terbaru-25 November 2022.
Memang disesalkan perubahan jadwal tersebut. Mestinya para pemain muda diberi waktu tambahan untuk menimba pengalaman di episentrum sepak bola dunia. Selain menjalani pemusatan latihan lanjutan, mereka juga bisa menambah jam terbang uji coba dengan tim-tim kuat lainnya.
Menghadapi Prancis dan Slovakia sudah terlihat seperti apa tim muda Indonesia. Banyak kekurangan yang terlihat, terutama saat menghadapi Prancis. Kebobolan begitu cepat, kesulitan mengembangkan permainan, dan terlihat kurang percaya diri untuk menunjukkan setiap potensi.
Para pemain muda seperti masih terbelenggu di balik nama besar lawan. Ada rasa inferior ketika menghadapi tim dari negara yang sudah memiliki prestasi sepak bola kelas dunia.
Sementara itu, saat menghadapi Slovakia, memang di satu sisi  sebagaimana dikeluhkan Shin Tae-yong kinerja wasit dianggap berat sebelah, namun di sisi lain para pemain muda seperti kerepotan menunjukkan kemampuan terbaik yang anehnya bisa mereka keluarkan dengan begitu cemerlang ketika berada di dalam negeri.
Skill, kekompakan, hingga mental masih menjadi pekerjaan rumah yang harus terus dibenahi tim pelatih. Hadirnya beberapa amunisi baru seperti pemain naturalisasi keturunan Belanda, Rafael William Struick yang mencetak gol pembuka kontra Slovakia perlu dibarengi masa-masa tanding bersama guna membangun ikatan baik dalam hal olah bola maupun emosional.
Modal kemampuan individual saja sungguh tidak memadai bila ingin berbicara banyak di kancah sepak bola internasional. Â Ibarat lidi-lidi yang tak akan bisa berfungsi baik bila tidak disatukan.
Dari skuad junior Prancis dan Slovakia, tim besutan Shin Tae-yong sungguh banyak menimba ilmu. Aksi bercermin yang pantas dilakukan di hadapan dua dari lima wakil Eropa yang akan berlaga di putaran final Piala Dunia U-20 2023 di samping Inggris, Israel, dan Italia.
Miris
Dua pengalaman terakhir sungguh berharga. Menghadapi lawan-lawan dengan level permainan yang lebih tinggi dan mapan, sekaligus menjadi patokan persaingan di Piala Dunia U-20 tahun depan.
Indonesia yang menjadi tuan rumah berhak mengutus wakilnya. Sebuah sejarah tersendiri setelah penantian panjang lebih dari empat dekade, tepatnya 44 tahun. Meski tidak melalui jalur kualifikasi sebagaimana tim-tim lain, berada di panggung akbar adalah sebuah momentum bersejarah bagi sepak bola dalam negeri.
Tentu, kita tidak ingin nasib timnas Indonesia hanya sebagai penggembira. Bermodalkan tiket gratis sebagai host sementara prestasi di lapangan pertandingan jauh dari memuaskan.
Shin Tae-yong harus benar-benar menyiapkan tim agar bisa bersaing dan kalau perlu berbicara banyak. Tuan rumah yang tidak sekadar pelengkap peserta. Tetapi tim yang patut diperhitungkan.
Untuk sampai ke sana, dengan sisa waktu persiapan yang tidak panjang, Shin Tae-yong dan timnya jelas harus bekerja ekstra.
Sayangnya, kepulangan tim muda Indonesia dari Eropa yang terkesan tergesa-gesa itu bukan karena alasan yang sungguh mendasar. Melainkan karena Shin Tae-yong tidak punya banyak waktu lantaran harus mengalihkan perhatian untuk menangani tim berbeda guna menghadapi agenda lainnya.
Setelah urusan uji coba dan tur Eropa bersama U-20 selesai, pelatih asal Korea Selatan itu akan memalingkan perhatian ke tim senior guna menghadapi Piala AFF 2022 di Bangkok, Thailand, dimulai 20 Desember nanti.
Itulah risiko memiliki pelatih tunggal yang harus menangani berbagai level tim nasional. Shin Tae-yong yang "all round" di tengah gelora prestasi dan semangat para pemain muda yang meletup-letup.
Prestasi yang mulai ditunjukkan di berbagai kelompok umur belakangan ini adalah sebuah isyarat positif yang seharusnya ditangkap dengan pembinaan lanjutan yang terencana dan fokus.
Sungguh disesalkan, nasib timnas U-20 setelah ini. Menurut rencana, mereka akan langsung dibubarkan setiba di Indonesia. Sebagian besar akan dipulangkan ke klub masing-masing.
Mungkin hanya beberapa dari antaranya yang akan terus bersama tim nasional seperti Marselino Ferdinand dan Muhammad Ferarri. Keduanya menjadi sedikit pemain muda yang mampu menembus level yang lebih tinggi, termasuk hingga ke tim senior.
Selebihnya, sebagian besar dari itu akan kembali ke tempat dari mana mereka berasal. Masing-masing akan kembali ke klub yang juga nasibnya sedang tidak menentu.
Seperti kita tahu, kompetisi domestik tengah ditangguhkan, buntut tragedi Kanjuruhan, 1 Oktober 2022. Insiden mengerikan dan memilukan yang hingga kini masih terus ditangisi dan diteriaki.
Publik masih menanti sejauh mana keseriusan pemerintah dan komitmen PSSI untuk membereskan sepak bola dalam negeri. Tragedi Kanjuruhan adalah ujian terberat sekaligus tes paling jelas seberapa serius mereka menangani sepak bola dalam negeri.
Dalam situasi yang tidak pasti itu, nasib timnas U-20 Indonesia juga dipertaruhkan. Anak-anak muda yang baru pulang dari Eropa kemudian menghadapi kenyataan ketiadaan kompetisi.
Sebuah pemandangan miris sekaligus kontradiktif. Sebanyak 20 pemain tidak memiliki kesempatan untuk terus mengasah diri dalam semangat dan atmosfer kompetisi resmi, sementara di pundak mereka kita mengharapkan prestasi, baik di Piala Asia maupun di Piala Dunia.
Apakah tidak sia-sia perjalanan jauh dan pengorbanan mengatasi rasa rendah diri di Eropa itu? Apakah PSSI tidak bisa melakukan siasat agar hasil ujian kurang memuaskan yang baru saja didapat bisa mereka perbaiki?
Entah kompetisi, entah pemusatan latihan lanjutan, entah apa pun itu. Perlu dicarikan cara agar api semangat yang tengah bernyala tak sampai padam dan peak performance yang tengah bergerak positif tidak sampai berubah arah. Sekali lagi, jangan sampai itu terjadi.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H