Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ironi Garuda Nusantara Usai Tur Eropa: Dicukur Prancis, Pulang Dibubarkan, Lantas Berharap Prestasi di Piala Dunia?

21 November 2022   15:58 Diperbarui: 21 November 2022   16:01 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itulah risiko memiliki pelatih tunggal yang harus menangani berbagai level tim nasional. Shin Tae-yong yang "all round" di tengah gelora prestasi dan semangat para pemain muda yang meletup-letup.

Prestasi yang mulai ditunjukkan di berbagai kelompok umur belakangan ini adalah sebuah isyarat positif yang seharusnya ditangkap dengan pembinaan lanjutan yang terencana dan fokus.

Sungguh disesalkan, nasib timnas U-20 setelah ini. Menurut rencana, mereka akan langsung dibubarkan setiba di Indonesia. Sebagian besar akan dipulangkan ke klub masing-masing.

Mungkin hanya beberapa dari antaranya yang akan terus bersama tim nasional seperti Marselino Ferdinand dan Muhammad Ferarri. Keduanya menjadi sedikit pemain muda yang mampu menembus level yang lebih tinggi, termasuk hingga ke tim senior.

Selebihnya, sebagian besar dari itu akan kembali ke tempat dari mana mereka berasal. Masing-masing akan kembali ke klub yang juga nasibnya sedang tidak menentu.

Seperti kita tahu, kompetisi domestik tengah ditangguhkan, buntut tragedi Kanjuruhan, 1 Oktober 2022. Insiden mengerikan dan memilukan yang hingga kini masih terus ditangisi dan diteriaki.

Publik masih menanti sejauh mana keseriusan pemerintah dan komitmen PSSI untuk membereskan sepak bola dalam negeri. Tragedi Kanjuruhan adalah ujian terberat sekaligus tes paling jelas seberapa serius mereka menangani sepak bola dalam negeri.

Dalam situasi yang tidak pasti itu, nasib timnas U-20 Indonesia juga dipertaruhkan. Anak-anak muda yang baru pulang dari Eropa kemudian menghadapi kenyataan ketiadaan kompetisi.

Sebuah pemandangan miris sekaligus kontradiktif. Sebanyak 20 pemain tidak memiliki kesempatan untuk terus mengasah diri dalam semangat dan atmosfer kompetisi resmi, sementara di pundak mereka kita mengharapkan prestasi, baik di Piala Asia maupun di Piala Dunia.

Apakah tidak sia-sia perjalanan jauh dan pengorbanan mengatasi rasa rendah diri di Eropa itu? Apakah PSSI tidak bisa melakukan siasat agar hasil ujian kurang memuaskan yang baru saja didapat bisa mereka perbaiki?

Entah kompetisi, entah pemusatan latihan lanjutan, entah apa pun itu. Perlu dicarikan cara agar api semangat yang tengah bernyala tak sampai padam dan peak performance yang tengah bergerak positif tidak sampai berubah arah. Sekali lagi, jangan sampai itu terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun