Namanya Ferdinandus Watu. Ketika orang muda berbondong-bondong meninggalkan kampung mencari penghidupan di kota, ia justru bertindak sebaliknya.
Pria kelahiran 6 April 1986 yang pernah mengenyam pendidikan sebagai calon imam Katolik itu mendapat kesempatan belajar di Miami Dade College, Florida, Amerika Serikat. Usai menyelesaikan studi kepariwisataan pada 2015, ia tidak lantas berpikir untuk berkarier di kota atau bertahan di luar negeri.
Pengalaman dan kesempatan belajar hingga mancanegara sama sekali tidak menggoyahkannya untuk ikut meniti jalan umum yang dilalui dan masih menjadi impian banyak orang.
Tekadnya mantap. Nando Watu, begitu ia disapa, justru menempuh arus balik. Pulang kampung ke Desa Detusoko Barat, Kabupaten Ende, Flores, NTT. Di sana ia berjuang membuktikan bahwa pulang kampung bukan pilihan keliru dan menjadi petani masa kini adalah profesi keren.
"Petani adalah masa depan dan Flores ini tanah yang menghasilkan. Karena itu harus banyak orang muda mencintai pertanian dan kembali ke kampung," tegasnya.
Potensi di Kaki Kelimutu
Orang mungkin lebih familiar dengan Danau Kelimutu, ketimbang Detusoko, atau bahkan Flores. Padahal letak Detusoko itu persis di kaki danau triwarna yang pernah menghiasi salah satu mata uang Indonesia dan pamornya sudah mendunia itu.
Jaraknya dari ibu kota kabupaten sekitar 33 KM dengan waktu tempuh tak lebih dari satu jam. Sebagian wilayahnya dibelah oleh jalan provinsi antara Ende dan Maumere.
Sesungguhnya wilayah ini cukup strategis. Berada di jalur utama Trans Flores dan menjadi pintu keluar-masuk dari dan ke Danau Kelimutu.