Di satu sisi, materi pemain Prancis begitu mumpuni. Tidak ada seorang pun yang akan meragukan kualitas para pemain muda dan senior. Salah satu skuat terkuat dengan keseimbangan pemain muda dan senior yang melimpah.
Tentu ini membuat Deschamps semringah, sekaligus pusing. Ia harus memilih yang terbaik dari antara yang terbaik. Mereka adalah juara bertahan plus jawara UEFA Nations League 2021.
Ada pemain terbaik dunia dan mesin gol menakutkan di Serie A. Bintang muda yang edisi sebelumnya mencetak empat gol dan semakin matang. Ini baru salah satu gambaran dari kekuatan Prancis di lini depan.
Namun, di sisi berbeda, Prancis memiliki masalah secara kolektif. Sebagai sebuah tim, Prancis belum menjadi tim yang solid.
Kemewahan bintang-bintangnya belum terlihat dalam organisasi permainan yang rapih, pertahanan yang kokoh, transisi yang istimewa, dan agresivitas yang menakutkan. Prancis seperti masih menjadi kumpulan pemain-pemain top yang terpisah-pisah.
Hal ini bisa terlihat dengan jelas dari penampilan mereka belakangan ini. Â Statistik mencatat, Prancis hanya mampu memenangkan satu dari enam pertandingan terakhir.
Meski disarati para pemain gelandang dan bek, tingkat "clean sheet" mereka tidaklah mencolok. Â Prancis hanya sekali tak kebobolan dari lima laga terakhir.
Ya, patut diakui, lini pertahanan Prancis tidak semewah lini depan. Tidak hanya itu. Absennya Pogba dan Kante membuat lini tengah kehilangan beberapa pemain berpengalaman.
Setelah menjadi juara dunia dan juara Eropa, tren prestasi Prancis malah menurun. Setelah itu, Prancis justru tersisih di babak 16 besar Euro 2020 yang digelar pada Juni-Juli 2021.
Setiap tim besar tidak bisa tidak lepas dari beban masa lalu. Pada akhirnya membuat juara bertahan di turnamen sekelas Piala Dunia mengalami nasib tragis.
Perjalanan Prancis ke Timur Tengah akan diiringi keyakinan dan kecemasan pada waktu bersamaan. Skuad mentereng yang dibayangi bayang-bayang kelam yang pertama-tama harus mengatasi diri sendiri bila ingin melawan kutukan dan mempertahankan gelar.