Pelatih tim nasional Prancis, Didier Deschamps baru saja mengumumkan daftar pemain yang akan diboyong ke Piala Dunia 2022.
Menariknya, eks pemain timnas itu hanya memilih 25 dari 26 pemain yang diizinkan. Padahal Prancis memiliki stok pemain cukup banyak. Setidaknya memaksimalkan kuota dan mengurangi satu pemain yang menyesal kehilangan kesempatan bermain di Qatar nanti.
Seperti sudah diduga, sejumlah nama ini tidak disertakan. Paul Pogba, N'Golo Kante, Mike Maignan, dan Anthony Martial.
Pemain yang disebutkan pertama tengah dibekap cedera lutut sejak Juli. Sejak kembali dari Manchester United pada musim panas ini, Pogba belum juga mendapat menit bermain bersama Juventus di Serie A.
Nasib miris juga dialami Kante dan Martial. Cedera hamstring Kante tak kunjung sembuh. Martial pun tengah berkutat dengan masalah punggung.
Maignan yang begitu gigih berjuang agar cepat pulih pada akhirnya harus menyerah. Kiper AC Milan itu mengalami cedera betis serius yang mengharuskannya menepi hingga tahun depan.
Kerasnya Liga Premier Inggris membuat gelandang Chelsea dan striker Setan Merah itu harus menguburkan impian bermain di pesta bola empat tahunan itu.
Sebenarnya, Deschamps juga tidak memilih pemain yang sepenuhnya fit. Sebut saja, Raphael Varane. Bek tengah ini meninggalkan lapangan lebih awal sambil menangis saat United diimbangi Chelsea 1-1 pada akhir Oktober lalu.
Bisa jadi tangisan mantan pemain Real Madrid itu mengisyaratkan mimpi buruk yang akan terjadi. Ternyata, pemain 29 tahun itu masih dinaungi keberuntungan. Deschamps tetap menyertakannya meski cedera kaki masih membayanginya.
Begitu juga Karim Benzema, pemain terbaik dunia yang sedang tidak baik-baik saja.
Lantas, apakah komposisi ini masih bisa berubah?
Seperti kita tahu, 32 peserta harus melewati dua kali pendaftaran skuad. Mulai dari skuad sementara dengan batas waktu pada 21 Oktober lalu.
Selanjutnya, dari 35 hingga 55 nama tentatif itu, tim-tim peserta harus menyaring menjadi maksimal 26 nama terpilih. Deadline pendaftaran skuad final yakni 15 November 2022 dini hari atau kurang dari lima hari sebelum "kick-off".
Seturut aturan, ruang perubahan sudah semakin sempit. Tidak ada peluang melakukan perubahan, kecuali untuk keadaan luar biasa.
"Seorang pemain yang terdaftar di daftar final hanya dapat diganti jika terjadi cedera serius atau sakit hingga 24 jam sebelum dimulainya pertandingan pertama timnya."
Demikian petikan regulasinya. Itu pun harus menyertakan laporan medis yang rinci kepada FIFA.
FIFA akan memutuskan mengizinkan adanya pengganti atau tidak setelah menemukan bukti medis  pemain tersebut benar-benar mengalami cedera atau penyakit serius yang tidak memungkinkannya ambil bagian di Piala Dunia.
Patut dicatat, pemain pengganti itu harus berasal dari dafar awal, atau satu dari 35-55 nama yang disodorkan pada Oktober lalu.
Bertabur bintang
Tanpa nama-nama di atas, juga nama-nama beken lainnya seperti bek sayap Madrid, Ferland Mendy dan Lucas Digne yang bermain untuk Aston Villa, kedalaman skuad Prancis tak berkurang kemewahannya. Salah satu tim bertabur bintang, seperti halnya Brasil.
Pemenang Ballon d'Or Karim Benzema dan striker Paris Saint-Germain, Kylian Mbappe berikut para pemain berpengalaman lainnya seperti Antoine Griezmann dan Oliver Giroud akan bersaing di lini depan.
Tidak menyertakan Benzema terdengar cukup berisiko meski ia harus melewatkan pertandingan terakhir bersama Madrid. Tim medis Prancis yakin Benzema begitu bugar dan kelelahan otot bisa teratasi.
Demikian halnya mengabaikan Giroud adalah tidak adil. Meski sudah berusia 36 tahun, ia justru tampil cemerlang bersama AC Milan.
Pemain senior lainnya yang belum tergoyahkan dari timnas Prancis adalah Hugo Lloris. Kiper Tottenham Hotspur akan akan menjalani Piala Dunia keempatnya.
Kombinasi pemain senior dan junior membuat Prancis memiliki keseimbangan yang baik. Gelandang Madrid, Eduardo Camavinga yang baru merayakan ulang tahun ke-20 akan menemani rekan setimnya Aurelien Tchouameni menjalani debut di Piala Dunia.
Ada juga duo Barcelona, Jules Kounde dan Ousmane Dembele. Bek William Saliba dan Ibrahima Konate, yang masing-masing tampil apik bersama Arsenal dan Liverpool juga mendapat ganjaran ke Qatar.
Bayang kelam
Prancis tergabung di Grup D bersama Denmark, Tunisia, dan Australia. Australia dan Denmark pernah berada di grup yang sama pada edisi 2018. Â
Australia akan menjadi lawan pertama pada 22 November nanti. Â Ujian terberat di babak penyisihan tentulah Denmark.
Itulah awal perjalanan tim Ayam Jantan mempertahankan gelar yang diraih empat tahun lalu di Rusia. Gelar kedua yang diraih itu tanpa bisa menafikan peran penting Pogba dan Kante yang kali ini harus rela menjadi penonton.
Lantas, bagaimana kans Prancis?
Di satu sisi, materi pemain Prancis begitu mumpuni. Tidak ada seorang pun yang akan meragukan kualitas para pemain muda dan senior. Salah satu skuat terkuat dengan keseimbangan pemain muda dan senior yang melimpah.
Tentu ini membuat Deschamps semringah, sekaligus pusing. Ia harus memilih yang terbaik dari antara yang terbaik. Mereka adalah juara bertahan plus jawara UEFA Nations League 2021.
Ada pemain terbaik dunia dan mesin gol menakutkan di Serie A. Bintang muda yang edisi sebelumnya mencetak empat gol dan semakin matang. Ini baru salah satu gambaran dari kekuatan Prancis di lini depan.
Namun, di sisi berbeda, Prancis memiliki masalah secara kolektif. Sebagai sebuah tim, Prancis belum menjadi tim yang solid.
Kemewahan bintang-bintangnya belum terlihat dalam organisasi permainan yang rapih, pertahanan yang kokoh, transisi yang istimewa, dan agresivitas yang menakutkan. Prancis seperti masih menjadi kumpulan pemain-pemain top yang terpisah-pisah.
Hal ini bisa terlihat dengan jelas dari penampilan mereka belakangan ini. Â Statistik mencatat, Prancis hanya mampu memenangkan satu dari enam pertandingan terakhir.
Meski disarati para pemain gelandang dan bek, tingkat "clean sheet" mereka tidaklah mencolok. Â Prancis hanya sekali tak kebobolan dari lima laga terakhir.
Ya, patut diakui, lini pertahanan Prancis tidak semewah lini depan. Tidak hanya itu. Absennya Pogba dan Kante membuat lini tengah kehilangan beberapa pemain berpengalaman.
Setelah menjadi juara dunia dan juara Eropa, tren prestasi Prancis malah menurun. Setelah itu, Prancis justru tersisih di babak 16 besar Euro 2020 yang digelar pada Juni-Juli 2021.
Setiap tim besar tidak bisa tidak lepas dari beban masa lalu. Pada akhirnya membuat juara bertahan di turnamen sekelas Piala Dunia mengalami nasib tragis.
Perjalanan Prancis ke Timur Tengah akan diiringi keyakinan dan kecemasan pada waktu bersamaan. Skuad mentereng yang dibayangi bayang-bayang kelam yang pertama-tama harus mengatasi diri sendiri bila ingin melawan kutukan dan mempertahankan gelar.
Apakah bisa? Kita lihat saja!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H