Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Kisah Rahmat Hidayat/Pramudya Kusumawardana, Mengisi Kekosongan di Tengah Cedera Yeremia Berbuah 2 Gelar Juara

24 Oktober 2022   21:05 Diperbarui: 24 Oktober 2022   21:11 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Rahmat Hidayat/Pramudya Kusumawardana bukan lagi kebetulan. Dari sekadar mengisi kekosongan, keduanya justru mampu mencuri perhatian.

Dalam dua turnamen terakhir, mereka melejit ke tangga juara. Pekan lalu, mereka menorehkan debut manis di Indonesia International Challenge 2022.

Kini mereka menambah pundi-pundi gelar dengan menjuarai Indonesia Masters Super 100 yang digelar di tempat yang sama, Platinum Arena, Malang, Jawa Timur, Minggu (23/10/2022) petang WIB lalu.

"Brace" dalam dua pekan beruntun menunjukkan pasangan dadakan ini layak diperhitungkan. Setidaknya mereka bisa menjadi alternatif untuk membuat rantai regenerasi dan kedalaman skuad ganda putra Merah-Putih kian panjang dan dalam.

Bersatunya Rahmat dan Pramudya tidak terlepas dari cedera yang menimpa Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan. Yere mengalami cedera serius di babak perempat final Indonesia Open 2022, 17 Juni lalu.

Yere adalah tandem Pramudya yang tengah berada di jalur positif menuju jajaran elite dunia. Meski usia mereka masih muda, mereka sudah bisa bersaing dengan para pemain top.

Buktinya, mereka sanggup menjadi juara Asia 2022 di Manila, Filipina, 1 Mei lalu. Kini, peraih perak SEA Games 2021 Vietnam itu menduduki posisi 12 BWF. 

Pramudya Kusumawardana/Yeremia Rambitan menjadi juara Asia dengan mengalahkan Aaron Chia/Soh Wooi Yik di final: Dok. PBSI via Kompas.com
Pramudya Kusumawardana/Yeremia Rambitan menjadi juara Asia dengan mengalahkan Aaron Chia/Soh Wooi Yik di final: Dok. PBSI via Kompas.com

Pram/Yere berada di belakang tiga pasangan senior yakni Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (6 BWF), Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan (5 BWF), dan Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gideon (3 BWF).

Posisi Pram/Yere berada di depan dua pasangan muda lainnya yang sudah menembus 15 besar dunia. Juara All England 2022, Muhammad SHohibul FIkri/Bagas Maulana (14 BWF) dan jawara Singapore Open 2022 yang berada tepat di belakang Bagas/Fikri yakni Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin yang dijuluki The Babies.

Sayangnya, cedera yang dialami Yere membuat duet tersebut harus absen dari beberapa turnamen belakangan ini. Mereka terpaksa non-aktif setidaknya selama enam bulan. 

Di tengah situasi seperti itu, PBSI mengambil keputusan jitu. Mereka tidak mau Pram sampai jatuh dalam kebosanan apalagi bila kehilangan gairah karena penantian panjang itu.

Menduetkan Pram dan Rahmat kemudian terbukti manjur. Pram tidak hanya mendapat kesempatan untuk menjaga performa, tetapi juga momentum untuk mengambil peran sebagai "senior" bagi Rahmat.

Sesungguhnya usia mereka tidak terpaut jauh. Keduanya hanya berbeda tiga tahun. Pram kelahiran 2000.

Namun, dari sisi pengalaman, Rahmat pantas berguru pada Pram. Pram kemudian memainkan peran tersebut semaksimal mungkin.

Buktinya, ia bisa mendongkrak Rahmat untuk bersaing di dua kompetisi yang juga diikuti wakil-wakil dari negara-negara lain, termasuk yang memiliki tradisi bulu tangkis yang kuat seperti Jepang dan China.

Meski Pram harus turun level karena harus memulai dari bawah, kontribusinya dalam perjalanan bersama Rahmat tetap memainkan peran penting.

Mereka perlahan-lahan membentuk ikatan yang kian solid. Saling mengisi dan melengkapi. Lawan-lawan yang memiliki pengalaman atau jam terbang sebagai pasangan lebih tinggi berhasil mereka lewati.

Bila kita melihat penampilan mereka, Pram tidak pernah henti memberikan masukan. Ia menasehati, menenangkan, hingga memotivasi partnernya untuk menghadapi tekanan demi tekanan.

Mereka menjadi juara pekan lalu dengan melewati banyak unggulan. Sebagai unggulan kelima mereka menumbangkan lawan yang berperingkat 45 BWF, Hiroki Okamura/Masayuki Onodera di partai pamungkas.

Rahmat/Pram menaklukkan unggulan tiga dari Jepang itu melalui pertarungan sengit nan melelahkan lebih dari satu jam dengan skor akhir 21-23, 21-16, dan 15-21.

Sebelum itu, di babak semifinal, mereka menumbangkan pasangan Taiwan, Chen Cheng Kuan/Chen Sheng Fa yang juga bermain apik sejak laga pertama.

Tekuk Unggulan Pertama

Partai final kali ini giliran He Ji Ting/Zhou Hao Dong dari China yang merasakan penampilan "on fire" Rahmat/Pramudya.

Pengalaman He/Zhou jelas lebih teruji. Mereka sudah merasakan atmosfer pertandingan di sejumlah turnamen papan atas. Ranking dunia mereka sudah di posisi 35.

He Ji Ting sendiri berstatus runner up Kejuaraan Dunia 2021 yang digelar di Huelva, Spanyol. Berpasangan dengan Tan Qiang, keduanya hampir saja menggapai klimaks bila tidak dihentikan pemuncak ranking dunia saat ini, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi asal Jepang, 12-21 dan 18-21.

He/Zhou juga bukan pasangan yang mudah dikalahkan. Mereka terlihat lebih matang dan penampilan lebih stabil sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi Rahmat/Pramudya.

"Kondisi fisik kami sempat goyah saat ditekan di gim kedua, maklum kami menjalani dua turnamen beruntun di sini dengan kondisi cuaca yang cukup dingin. Kami tetap fokus di sini dan berusaha mencari poin demi poin akhirnya bisa meraih kemenangan," ungkap Pramudya melansir situs resmi PBSI.

Rahmat/Pram yang kembali menempati unggulan kelima akhirnya mampu menang straight set 21-18 dan 21-19.

Kemenangan ini sungguh berarti. Menjadi gelar kedua mereka sebagai pasangan baru. Menambah motivasi bagi mereka untuk menghadapi kompetisi selanjutnya, bila memang kondisi Yere belum sepenuhnya pulih.

Yere harus menjalani masa pemulihan yang tidak singkat. Waktu yang diperkirakan adalah setengah tahun lamanya.

Jelas, rentang waktu yang tidak singkat. Beruntung, PBSI mengambil langkah tepat dengan mencarikan Pram partner bertanding dan menurunkan mereka di dua turnamen itu.

Menurut rencana, bila pemulihan Yere berlangsung sesuai rencana, maka cerita manis Rahmat dan Pramudya segera usai. Dua gelar itu adalah kenangan yang mereka bawa saat kembali pada pasangan sebelumnya.

Masing-masing akan kembali melanjutkan cerita perjuangan dengan mengarungi musim kompetisi tahun depan. Pram akan kembali berduet dengan Yere, berjuang untuk kembali mengukir sejarah. Sementara, Rahmat akan berpasangan dengan Muhammad Rayhan Nur Fadillah untuk merajut pengalaman di level senior.

Rahmat/Pram sudah menorehkan catatan apik sebagai eksperimen dadakan PBSI yang mampu mencuri perhatian.

Keduanya pun menyelamatkan wajah Indonesia  dengan menyumbang satu-satunya gelar bagi Indonesia di turnamen Super 100 ini.

Jumlah gelar Indonesia sama banyak dengan Malaysia yang menguasai sektor tunggal putra. Leo Jung Hao yang tidak diunggulkan justru mampu memenangi "all Malaysian final" atas Cheam June Wei yang dijagokan di tempat ketujuh, 21-9, 20-22 dan 19-21.

China membawa pulang dua gelar dari ganda campuran dan tunggal putri. Jiang Zheng Bang/Wei Ya Xin memenangi "perang saudara" atas Cheng Xing/Chen Fang Hui, 21-12 dan 21-15.

Gao Fang Jie yang sudah malang melintang di level senior memenangi pertarungan tunggal putri atas Riko Gunji dari Jepang. Duel keduanya berlangsung dua gim dengan skor akhir 21-10 dan 21-12.

Jepang meraih satu-satunya gelar dari ganda putri. Rui Jirokami/Yuna Kato yang menempati unggulan teratas mengatasi perlawanan kompatriotnya Rena Miyaura/Ayako Sakuramoto, 23-21 dan 21-18.

Rahmat/Pram adalah wakil semata wayang dari lima harapan di semifinal. Dejan/Gloria gagal menjaga peluang meraih gelar kelima. Begitu juga Komang Ayu Cahya Dewi (tunggal putri), Jesita Putri Miantoro/Febi Setianingrum (ganda putri), dan Jafar Hidayatullah/Aisyah Salsabila Putri Pranata (ganda campuran).

Indonesia gagal menjaga dominasi seperti yang terjadi pekan sebelumnya di tempat yang sama. Saat itu, tuan rumah mengunci tiga gelar.

Selain dari Rahmat/Pram, Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja berhasil meraih gelar keempat mereka, serta gelar pertama Lanny Tria Mayasari/Ribka Sugiarto yang juga menjadi pasangan uji coba PBSI di ganda putri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun