Rahmat/Pram menaklukkan unggulan tiga dari Jepang itu melalui pertarungan sengit nan melelahkan lebih dari satu jam dengan skor akhir 21-23, 21-16, dan 15-21.
Sebelum itu, di babak semifinal, mereka menumbangkan pasangan Taiwan, Chen Cheng Kuan/Chen Sheng Fa yang juga bermain apik sejak laga pertama.
Tekuk Unggulan Pertama
Partai final kali ini giliran He Ji Ting/Zhou Hao Dong dari China yang merasakan penampilan "on fire" Rahmat/Pramudya.
Pengalaman He/Zhou jelas lebih teruji. Mereka sudah merasakan atmosfer pertandingan di sejumlah turnamen papan atas. Ranking dunia mereka sudah di posisi 35.
He Ji Ting sendiri berstatus runner up Kejuaraan Dunia 2021 yang digelar di Huelva, Spanyol. Berpasangan dengan Tan Qiang, keduanya hampir saja menggapai klimaks bila tidak dihentikan pemuncak ranking dunia saat ini, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi asal Jepang, 12-21 dan 18-21.
He/Zhou juga bukan pasangan yang mudah dikalahkan. Mereka terlihat lebih matang dan penampilan lebih stabil sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi Rahmat/Pramudya.
"Kondisi fisik kami sempat goyah saat ditekan di gim kedua, maklum kami menjalani dua turnamen beruntun di sini dengan kondisi cuaca yang cukup dingin. Kami tetap fokus di sini dan berusaha mencari poin demi poin akhirnya bisa meraih kemenangan," ungkap Pramudya melansir situs resmi PBSI.
Rahmat/Pram yang kembali menempati unggulan kelima akhirnya mampu menang straight set 21-18 dan 21-19.
Kemenangan ini sungguh berarti. Menjadi gelar kedua mereka sebagai pasangan baru. Menambah motivasi bagi mereka untuk menghadapi kompetisi selanjutnya, bila memang kondisi Yere belum sepenuhnya pulih.
Yere harus menjalani masa pemulihan yang tidak singkat. Waktu yang diperkirakan adalah setengah tahun lamanya.