Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Ironi "Fun Football" PSSI dan FIFA, Tertawa di Atas Tragedi Kanjuruhan

19 Oktober 2022   20:40 Diperbarui: 20 Oktober 2022   08:00 2055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum juga genap tiga pekan tragedi memilukan di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur. Urutan kedua Deadliest Soccer Matches in History setelah insiden Estadio Nacional Disaster di Kota Lima, Peru.

Belum juga kering air mata duka atas 133 nyawa yang melayang. Belum juga sembuh penderitaan ratusan orang yang mengalami luka fisik dan batin (trauma).

Belum juga selesai teriakan dan kecaman menuntut kasus ini diusut dan diselesaikan seterang-terangnya dan setuntas-tuntasnya. Belum juga hilang dari pandangan jutaan bahkan ratusan juta pasang mata menantikan penyelesaiannya.

Belum juga selesai kerja pihak-pihak terkait. Namun, pihak PSSI dan FIFA sudah tersenyum lebar. Itu terjadi saat fun football yang diikuti pimpinan kedua lembaga sepak bola itu. Mochamad Iriawan dan Gianni Infantino. Berlangsung di Stadion Madya, Senayan, Jakarta, Selasa (18/10/2022).

Sepak bola yang menyenangkan. Kira-kira demikian mereka memaknai agenda tersebut dengan sebenar-benarnya.

Dari berbagai publikasi, termasuk yang dibagikan PSSI di akun Twitter resminya, kesan tersebut terlihat jelas. Tak ada kepalsuan di sana.

Fun football ini terjadi di sela-sela kunjungan bos FIFA dan jajarannya ke Tanah Air sebagai respon atas tragedi itu. Mereka bertandang ke Istana Merdeka bertemu Presiden Joko Widodo. Mereka tak lupa mensambangi kantor PSSI.

Ada tukar pikiran dan informasi di samping bertukar cinderamata. Saling menjabat tangan dengan hangat di depan kamera. Sekali lagi, senyum pun mengembang.

Kunjungan dan respon FIFA memang cukup melegakan. Sekurang-kurangnya, tidak ada sanksi berat sebagaimana yang dicemaskan dan ditakutkan sebelumnya.

Sayangnya, intermezzo yang dilakukan memberi kesan kurang menyenangkan. Mengapa demikian?

Pertama, tampak tidak elok dan tidak menunjukkan empati terhadap persoalan yang sedang terjadi. Menggelar pertandingan yang bernuansa menghibur dan dilakukan secara internal melibatkan para petinggi itu terjadi saat selubung duka masih begitu pekat.

Sedihnya lagi, di hari yang sama, korban kritis menghembuskan nafas terakhir. Dia adalah Andi Setiawan. Korban meninggal ke-133.

Tidak mengherankan bila berbagai sinis dan kecaman mengemuka. Datangnya dari mana-mana. Reaksi yang hemat saya wajar dan beralasan kuat.

"What a shame on you," begitu cuitan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti lewat akun Twitter miliknya.

Presiden Madura United, Achsanul Qosasi bahkan lebih keras.  "Silahkan segera pergi FIFA. Jangan lama-lama di Indonesia," kicaunya.

Kaesang Pangarep, putra Presiden Jokowi juga tak tinggal diam.

"Alhamdulillah semuanya tersenyum. Kami pemilik tim juga hanya bisa tersenyum melihat kebahagiaan ini," sindir Kaesang di akun Twitter @kaesangp.

Kedua, mereka menggelar pertandingan sepak bola ketika kompetisi tengah dihentikan dan sepak bola itu sendiri baru saja menelan korban yang tidak sedikit.

Tidak hanya mereka yang menjadi korban langsung di Kanjuruhan. Tetapi juga pihak-pihak lain yang ikut terseret.

Sebut saja, klub-klub dan para pesepakbola yang terdampak dari kompetisi terhenti untuk waktu yang belum ditentukan. Mereka masih menanti dalam ketidakpastian sambil harus berjuang menyiasati berbagai dampak turunan yang terjadi.

Kompetisi itu memang sengaja dihentikan untuk menghormati korban, serentak memeprmudah proses investigasi dan evaluasi.

Pemerintah baru memberi lampu hijau setelah berbagai proses itu tuntas. Saat ini, kerja-kerja itu sedang berjalan. Tidak diketahui pasti tenggat waktu dan kapan itu selesai, entah nantinya benar-benar tuntas dan memuaskan atau tidak.

Dalam situasi seperti ini, kita tentu berharap para petinggi itu setidaknya menunjukkan teladan bagaimana ikut merasakan penderitaan ratusan orang. 

Lebih bagus lagi, bila  ikut memantau dan mendorong agar prosesnya berjalan sesuai harapan. Di tangan mereka nasib sepak bola Tanah Air diletakkan.

Kepada mereka kita menaruh harapan besar. Investigasi dan evaluasi menyeluruh dan mendasar serta tindak lanjut yang bermuara pada harapan FIFA yakni membangun sepak bola Indonesia agar lebih baik.

Kolaborasi PSSI dan FIFA yang apik dan mesra adalah sesuatu yang sungguh diharapkan. Tentu, lebih terkait hal-hal substansial. Bukan menyangkut tindakan yang kurang penting dan tidak pada waktu yang tepat sehingga justru melahirkan kesan buruk.

Ketika kedua petinggi itu terpublikasi atau mempublikasikan diri secara luas, memang tidak bisa disembunyikan dari sorot lensa, sedang mengumbar senyum di lapangan sepak bola yang menjadi mata air mata, maka ada harga yang harus mereka bayar.

Mereka seperti sedang tersenyum di atas tragedi itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun