Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Shin Tae-yong Menyuntik Tiki-taka pada Skuad Garuda dan 4 Kunci Kemenangan Atas Curacao di FIFA Matchday Jilid Dua

27 September 2022   23:01 Diperbarui: 28 September 2022   13:00 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selebrasi pemain Indonesia usai bobol gawang Curacao pada FIFA Matchday jilid 2, Selasa (27/9/2022) malam WIB: kompas.com/kristiano purnomo

 Bagaimana Anda menilai penampilan Timnas Indonesia saat bersua untuk kedua kalinya dengan Curacao dalam FIFA Matchday, Selasa (27/9/2022) malam WIB?

Adakah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan kemenangan beruntun skuad Garuda atas lawannya yang memiliki ranking FIFA jauh lebih tinggi?

Tak lebih dari tiga hari setelah membungkam negara mungil di Laut Karibia 3-2 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung, Jawa Barat, armada Shin Tae-yong (STY) membuktikan hasil positif tersebut bukan kebetulan semata.

Belum lesap euforia atas hasil positif tersebut, tim Merah-Putih kembali memetik kemenangan. Curacao kembali bertekuk lutut, meski mereka memiliki deretan pemain dengan pengalaman tingkat Eropa dan kini bertengger di lingkaran 80 dunia.

Keunggulan 2-1 di Stadion Pakansari, Bogor, Jawa Barat  lebih dari cukup menunjukkan potensi besar Indonesia sebagai tim yang patut diperhitungkan.

Hebatnya lagi, tidak seperti Curacao yang masih mengandalkan beberapa pemain yang sudah lewat kepala tiga, Indonesia malah lebih banyak bertumpu pada pemain muda dengan rata-rata usia tak lebih dari 22 tahun.

STY nekat membuat sebuah terobosan besar. Ia seperti memotong satu generasi dan menanggalkan formalitas dan basa-basi berjenjang untuk langsung mengorbit para pemain muda menjadi bagian dari tim senior.

Jelas, itu menjadi satu nilai positif sekaligus nilai lebih dari STY dan tim yang ia racik saat ini. Untuk sampai ke sana, STY jelas mempertaruhkan banyak hal. Keberanian, reputasi, hingga posisinya.

Namun, proyek nekat dan visi luhur STY untuk mendongkrak level timnas senior kemudian memberikan kebanggaan bagi negara besar dengan lebih dari 270 juta jiwa.

Ya, hanya kurang dari sepekan terakhir, kita bersukacita bersama timnas yang kini masih berjibaku di posisi 150-an FIFA, setelah beberapa waktu sebelumnya kita lebih dahulu dibuat tersenyum olehnya ketika tim nasional U-20 memastikan satu tempat di putaran final Piala Asia U-20 2023.  STY sudah memastikan tahun depan tim senior dan tim muda berlaga di pentas Asia. 

Mari kita kembali ke laga ini. Ada sejumlah faktor kunci yang membuat Indonesia bisa membuat perbedaan.

Pertama, secara umum, STY masih mengandalkan formasi 3-4-3. Hanya saja, pria asal Negeri Ginseng itu melakukan sejumlah rotasi dalam susunan line-up.

Bahkan, keputusan ini terbilang berani, sebuah kosa kata yang sudah lumrah dalam kamus kepelatihannya. Sebab, beberapa pemain yang tampil bagus dan ikut berkontribusi mencetak gol akhir pekan lalu justru diistirahatkan.

Posisi penjaga gawang dipercayakan kepada Syahrul Trisna Fadillah, setelah di laga pertama ditempati Nadeo Argawinata. Apakah Nadeo tampil buruk sebelumnya? Sepertinya tidak.

Trio Rizky Ridho, Rachmat Irianto, dan Elkan Baggott mengisi lini pertahanan. Fachruddin Aryanto yang tampil penuh di pertandingan sebelumnya justru menghuni bangku cadangan. Ia pun menyerahkan ban kapten kepada Irianto.

Perubahan juga dilakukan di sektor lainnya. Pratama Arhan ditarik lebih ke depan mendampingi Ricky Kambuaya, Yakob Sayuri, dan Witan Sulaeman yang diplot mengisi lini tengah. Kedua sayap dipercayakan kepada Pratama dan Yakob.

Di posisi ini tidak ada nama Marc Klok. Pemain naturalisasi asal Belanda itu menyusul Fachruddin di bangku cadangan.

Seperti kita tahu, kedua pemain ini memainkan peran krusial sebelumnya. Mereka masing-masing menyumbang satu gol untuk menyamakan kedudukan dan membuat Indonesia sempat memimpin di paruh pertama.

Saddil Ramdani yang menjadi pengganti Egy Maulana Vikri sejak awal babak kedua di Stadion GBLA, akhir pekan lalu, mendapat kesempatan turun sejak menit awal. Saddil menemani Egy Maulana Vikri dan sang pencetak gol kemenangan di pertandingan jilid pertama, Dimas Drajad, di lini serang.

Perubahan-perubahan ini ternyata memberikan pengaruh positif. Sejak menit awal, skuad Garuda langsung tancap gas. Permainan cepat dari kaki ke kaki, transisi yang bagus, serta soliditas antarlini sungguh merepotkan tim tamu.

Tim besutan Remko Bicentini memang memanfaatkan keunggulan postur tubuh dan pengalaman di level internasional untuk memberikan tekanan kepada Indonesia.

Skema bola-bola langsung ke jantung pertahanan coba diterapkan berulang-ulang sebab aliran bola pendek selalu buntu, bisa dipatahkan dengan mudah oleh para pemain Indonesia.

Kredit patut diberikan kepada para pemain tengah yang tampil spartan untuk membendung setiap upaya lawan. Begitu juga para pemain depan seperti Yakob dan Saddil yang rajin memberikan bantuan manakala mendapat tekanan.

Alih-alih berada dalam tekanan, para pemain Indonesia justru tak henti-henti menggempur pertahanan Curacao yang mengandalkan Jeremy Bodak di bawah mistar gawang dan disokong oleh Justin Ogenia, Nathangelo Alexandro Markelo, Jean Carlo Martina, dan Juninho Bacuna.

Sepanjang babak pertama, para pemain Indonesia memaksa para pemain Curacao untuk melakukan pelanggaran demi mengamankan pertahanan mereka dari ancaman para pemain depan Indonesia yang begitu percaya diri melakukan akselerasi.

Ada lima pelanggaran di luar kotak penalti yang memungkinkan Indonesia memberikan tambahan tekanan dari bola-bola mati.

Kecepatan Egy, Saddil, dan Dimas benar-benar merepotkan lawan. Salah satu momen terbaik langsung terjadi di menit-menit awal.

Berawal dari sepakan kaki kiri Witan Sulaeman dari jarak jauh, bola sempat ditepis Jermy Bodak. Dimas yang lolos dari jebakan offside menyambut bola liar itu dengan sentuhan akurat untuk membobol gawang Curacao.

Gol di menit ketiga itu menjadi pembuka yang manis, sekaligus penanda permainan Indonesia yang atraktif, menekan, dan sulit ditembus.

Kedua, selain permainan atraktif dan keberanian memainkan bola dari kaki ke kaki ala tiki-taka, hal lain yang patut digarisbawahi adalah konsistensi.

Indonesia langsung mendapat ujian tak lama setelah keluar dari kamar ganti. Pemain pengganti Jeremy Antonisse mampu menyamakan kedudukan di menit ke-47, memanfaatkan umpan terobosan Juninho Bacuna.

Gol ini sempat menjadi titik balik bagi La Familia Azul. Mereka mulai berani menekan baik melalui bola-bola pendek maupun umpan-umpan lambung.

Pada titik ini, kesabaran dan ketahanan para pemain Indonesia benar-benar diuji. STY kemudian melakukan beberapa pergantian. Marselino masuk menggantikan Ricky.

Egy yang mengalami cedera bertukar tempat dengan Dendy. Begitu juga Saddil yang harus memberikan kesempatan kepada pemain muda, Muhammad Ferrari.

Dimas juga ditarik keluar digantikan oleh Rafli. Si pemilik lemparan ajaib, Pratama Arhan pun harus menyudahi laga di menit ke-73, digantikan Ramadhan Sananta.

Berbagai perubahan itu memang sempat mengundang kecemasan. Terjadi saat lawan sedang "on fire" dengan tekanan demi tekanan.

Namun, STY membuktikan pilihannya tak keliru. Para pemain pengganti pun demikian. Kepercayaan kepada mereka dibayar lunas dengan permainan yang tetap menghibur dengan daya juang tak juga mengendur.

Selain para pemain muda dan wajah-wajah baru yang berani unjuk gigi, nama-nama seperti Yacob Sayuri, Elkan Baggott, Rachmat Irianto, dan Witan Sulaiman yang bermain penuh dalam dual aga secara maraton semakin menegaskan konsistensi mereka sebagai tulang punggung kekuatan timnas senior.

Ketiga, Witan Sulaiman adalah faktor kunci lainnya yang tak bisa dinafikan. Pemain 20 tahun itu menunjukkan sihirnya.

Mulai dari tendangan "roket" yang berujung gol pertama. Berlanjut dengan tarian mematikan

Itu terjadi saat Indonesia unggul dalam jumlah pemain setelah Juninho Bacuna mendapat kartu kuning kedua, usai melanggar Marselino Ferdinan, di menit ke-80.

Pemain Slovakia FK AS Trenn meliuk-liuk di kotak penalti Curacao, melewati penjagaan dua pemain lawan, sebelum memberikan umpan ke mulut gawang Curacao. Dendy yang berada dalam posisi tepat dan tanpa pengawalan dengan tenang meneruskannya.

Gol yang tercipa dari sebuah aksi individu dan kecermatan memanfaatkan peluang. Gol pamungkas yang meruntuhkan segala perjuangan Curacao agar tak lagi menelan pil pahit.

Witan tentu dipuji. Dendy pun demikian. Para pemain lain pun layak mendapatkan apresiasi untuk kemenangan ini.

Oh ya, ada pemain lain yang dalam diam memainkan peran krusial. Yacob Sayuri. Dari pemain depan, bergerak ikut memperkuat barisan belakang, menjadi penyapu saat para pemain Curacao gencar menyerang. 

Begitu juga si jangkung, Elkan Baggott yang menjadi menara tangguh di lini pertahanan dan ikut membantu terciptanya gol kemenangan.

Keempat, secara usia, seperti sudah disinggung, rerata umur para pemain Indonesia jauh lebih muda dari Curacao.

Namun, mereka membuktikan usia bukanlah ukuran. Begitu juga ranking FIFA bukan patokan. Dengan energi yang meluap-luap dan gelora pemain muda yang bergemuruh, mereka bisa mengatasi tekanan lawan yang sungguh menguji jiwa muda mereka.

Curacao benar-benar memanfaatkan postur tubuh yang tinggi dan besar. Mereka tidak segan terlibat adu fisik hingga beberapa kartu kuning dan satu kartu merah harus dikeluarkan sang pengadil pertandingan. Lawan memang cenderung bermain keras.

Situasi ini tentu memantik para pemain Indonesia untuk tergoda melakukan pelanggaran serupa. Memang beberapa kesempatan, para pemain  kita terpaksa membuat kesalahan, entah sengaja atau tidak sengaja.

Namun, secara keseluruhan, para pemain Indonesia bisa mengatasi situasi panas itu dengan kedewasaan dan kesabaran. Mereka justru bermain cerdik dengan langsung terjatuh dan terguling-guling begitu terjadi kontak fisik.

Provokasi melalui aneka pelanggaran tidak sampai merusak organisasi permainan apik Indonesia. Skuad Garuda yang diarsiteki STY tetap bisa memenangkan pertandingan yang sungguh menguras fisik dan emosi secara indah.

Kemenangan yang sungguh elegan dan layak dibanggakan.

Selamat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun