PBSI.
Sejak kemarin, nama Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Herry Iman Pierngadi atau Herry IP menjadi buah bibir. Tentu, Marcus Gideon juga ikut terseret. Begitu jugaMereka sebenarnya bagai dua keping dari mata uang yang sama. Satu sisi ada Marcus/Kevin. Sisi lainnya adalah Herry IP. Berbicara tentang Marcus/Kevin, tak akan lepas dari sang pelatih. Mereka sudah menjadi bagian dari kejayaan ganda putra Indonesia dalam lima tahun terakhir.
Namun, yang mengemuka kali ini bukan tentang prestasi dan gelar. Justru sesuatu yang cukup membuat kaget para penggemar badminton Tanah Air, bahkan sejagad.
Betapa tidak. Kevin Sanjaya dan Herry IP dikabarkan berseteru. Konflik personal itu sudah membesar, malah sudah pada tahap akut. Tak ada lagi komunikasi di antara mereka sejak para pemain Pelatnas PBSI bertarung di dua seri turnamen di Malaysia, akhir Juni 2022.
Masing-masing sudah memilih jalan sendiri. Kevin memilih berlatih terpisah. Herry IP pun tak ambil pusing.
Keduanya pun sudah umumkan sikap ke publik. Herry IP tak mau lagi melatih Kevin Sanjaya. Â Begitu juga sebaliknya. Kevin ketika diwawancarai cnnindonesia.com (26/9/2022) tegas mengatakan keputusannya sudah bulat. Tidak mau pula ditangani pelatih yang dijuluki Naga Api itu. Alih-alih kembali ditangani Herry IP, Kevin pun siap bila pada akhirnya harus keluar dari Cipayung.
Gunung es
Kita kemudian bertanya-tanya. Apa sebab perseteruan Kevin dan Herry IP? Apakah masalah tersebut sudah  sedemikian berkecamuk hingga mengguncang panggung bulu tangkis dunia?
Patut diakui, konflik ini jelas akan menjadi santapan publik dunia. Momennya tepat terjadi setelah Marcus/Kevin lengser dari puncak ranking dunia, digusur Takuro Hoki/Yugo Kobayashi dari Jepang.
Kevin adalah pemain yang sangat fenomenal. Skill olah raketnya membuat ratusan juta pasang mata terpukau. Banyak orang mengaguminya. Begitu juga ketengilannya yang dibenci sekaligus dirindukan.
Prestasinya bersama Koh Sinyo, sapaan Marcus Gideon begitu mentereng. Hampir semua gelar sudah mereka raih kecuali medali emas Olimpiade dan Kejuaraan Dunia. Selama lima tahun terakhir mereka merajai ranking dunia, tepatnya selama 214 pekan secara beruntun, sejak 27 September 2017 hingga 11 September 2022.
Sebelum itu mereka sempat ke posisi pertama. Pertama kali ke puncak dunia pada 14 Juni 2017, lantas sempat menurun hingga posisi ketiga, sebelum kembali ke urutan teratas.
Belum ada pasangan dunia yang memiliki rekam jejak sementereng The Minions. Puncak kehebatan mereka pada 2017-2019 yang ditandai dengan raihan banyak gelar dalam satu musim kalender.
Mereka pernah menggondol delapan gelar dari sembilan turnamen yang diikuti pada 2019. Di masa jayanya, Lee Yong Dae/Yoo Seong, legenda kebanggaan Korea Selatan itu hanya sanggup enam kali naik podium utama dalam setahun.
Pada 2017, The Minions menyabet tujuh gelar Superseries, lalu setahun kemudian berjaya di delapan turnamen World Tourd.
Bila memperhatikan raihan poin mereka, The Minions malah sanggup meraih lebih dari 100 ribu poin dalam setahun. Belum ada yang mampu seproduktif itu.
Selama itu, sepak terjang The Minions tak bisa lepas dari Herry IP. Boleh dikata, di balik kegemilangan The Minions, ada nama besar Herry IP.
Namun, kisruh yang mengemuka ini seperti menjadi sebuah tamparan keras. Banyak orang tentu dibuat kaget bukan kepalang. Bagaimana bisa kedua pihak itu sampai terlibat pertikaian seperti ini.
Walau begitu, hubungan profesional tetap tidak bisa menafikan kondrat personal. Mereka tetaplah manusia biasa meski popularitas dan kehebatan mereka sudah diakui dunia.
Disinyalir masalah mulai mencapai klimaks saat Indonesia Open 2022. The Minions tersingkir di babak kedua. Mereka takluk dengan skor telak dari pasangan Korea Selatan, Kang Min-hyuk/Seo Seung-jae, 14-21 dan 12-21.
Herry IP kemudian menyoroti sikap Kevin. Secara terbuka kepada media ia berbicara demikian.
"Memang seharusnya, sebagai pemain level atas, dia harus menyikapi semua ini dengan baik. Dia sudah kami kasih masukan soal sikapnya itu. Harusnya, sikapnya mencerminkan seorang champion. Menang dan kalah harus disikapi dengan lapang dada," tandas Herry IP kala itu.
Mengetahui dirinya dikritik secara terbuka, Kevin pun meradang. Kevin berdalih hal seperti itu seharusnya dibicarakan secara langsung kepada mereka, bukan malah diumbar ke khalayak.
Rupanya ini menjadi puncak kemarahan Kevin. Ia pun tak segan meluapkan kekecewaan yang dipendam selama ini. Mulai dari sikap yang ditunjukkan Herry IP saat keduanya belum menjadi siapa-siapa.
Herry IP dianggap meremehkan mereka. Sang pelatih lebih memilih mengorbitkan Angga Pratama/Ricky Karanda di dua pertandingan di Eropa dan China Open sebagai bagian dari race to Olympics 2016.
Bongkar-bongkar tabiat pun terjadi. Kevin tak hanya bicara soal permintaan Herry IP agar keduanya dengan sengaja mengalah pada Angga/Ricky di partai puncak India Open 2016, final superseries pertama mereka. Ia juga menyinggung kehadiran Herry IP saat latihan serta berbagai hal yang bertolak belakang dengan pernyataannya kepada media.
Dari sini bisa disimpulkan, masalah Kevin dan Herry IP sebenarnya sudah berlangsung lama. Mereka berusaha menutup rapat urusan internal mereka dari sorotan media dan dibungkus dengan prestasi demi prestasi.
Sayangnya, ketika performa The Minions sedang menurun, mereka menjadi pusat sorotan bahkan kritik, rupa gunung es itu pun terlihat jelas. Seperti bom waktu yang sudah saatnya meletus.
Sejumlah pelajaran
Kita tentu perlu membaca persoalan ini secara adil. Masing-masing pihak sudah berbicara ke publik. Mereka menggambarkan apa yang sesungguhnya terjadi. Masyarakat luas pun mulai memberikan penilaian, yang tidak sedikit bakal bersifat subjektif.
Alih-alih mencaritahu apalagi mencari-cari kesalahan salah satu atau keduanya untuk membuat urusan semakin rumit, ada baiknya mengambil pelajaran.
Pertama, memang benar mempertahankan prestasi itu lebih sulit ketimbang merebutnya. Setelah lima tahun merajai ganda putra, tiba saatnya The Minions untuk turun takhta.
Bisa jadi ini adalah kesempatan yang tepat bagi mereka untuk kembali mengukur diri. Cedera yang mendera Sinyo ikut mempengaruhi penampilan mereka. Dalam situasi seperti ini, keduanya memang benar-benar ditantang ketika kehilangan "status quo".
Tidak hanya untuk memperbaiki diri tetapi juga mengolah tekanan. Sebagai pasangan dengan nama besar harus menjadi bulan-bulanan. Mereka bukan lagi pasangan yang dielu-elukan dan disoraki, tetapi menjadi pesakitan yang terus dicecar dengan berbagai kritikan.
Kedua, dalam situasi "padang gurun" ini The Minions, juga tim pelatih benar-benar diuji. Bagaimana mereka bersama bangkit, bukannya semakinn merusak perjuangan. Komunikasi intensif dan personal mestinya lebih intensif dan terbuka.
Dari kedua pihak harus saling terbuka akan apa yang terjadi, bersama mengevaluasi diri, lalu bersama menentukan langkah yang semestinya diambil. Ego masing-masing harus ditekan. Mengedepankan pendekatan positif agar bisa bersama melewati badai.
Penurunan prestasi jelas bukan tanggung jawab pemain semata. Mestinya menjadi refleksi bersama. Â
Ketiga, dalam situasi seperti ini, peran PBSI sangat krusial. PBSI adalah penengah sekaligus penentu. Induk organisasi itu jangan membiarkan kisruh ini semakin berlarut-larut, kemudian menjadi bola panas yang berguling kian membesar tanpa kendali di tengah masyarakat.
Peran PBSI tidak hanya memediasi, tetapi juga memberikan solusi. PBSI jangan sampai kehilangan taji di hadapan kedua pihak yang sama-sama memiliki nama besar itu.
Kita berharap ada jalan keluar terbaik. Penyelesaian yang menguntungkan kedua pihak. Lebih baik lagi, bila sanggup mendamaikan, meredakan ketegangan, hingga mereka bisa kembali bekerja sama. Resolusi untuk menciptakan kembali harmoni.
Bila tidak, PBSI harus meletakkan kepentingan sektor ganda putra di atas masing-masing individu. Sehebat-hebatnya Kevin, tetap tidak lebih besar dari PBSI. Begitu juga, sejago-jagonya Herry IP, kepentingan ganda putra umumnya adalah nomor satu.
Jangan sampai ada perpecahan baik di tubuh pelatih maupun pemain. Karena, itu hanya akan menambah besar masalah. Malah merusak rantai regenerasi yang sudah terjalin baik dan kedalaman skuad ganda putra yang sudah sedemikian mantap.
Keempat, memang setiap orang ada masanya. Setiap masa ada orangnya. Saat ini masa kelabu The Minions. Tidak berarti tidak ada jalan pulang bagi mereka kembali ke puncak dunia, entah bersama atau tanpa Herry IP.
Kevin masih muda. Sinyo pun belum terlalu tua untuk kembali berprestasi. Keduanya tidak langsung terlempar begitu jauh. Mereka hanya turun satu tangga. Perbedaan ranking dunia dengan Hoki/Kobayashi pun tipis. Cukup dengan kembali konsisten di satu-dua turnamen, posisi pertama bisa kembali mereka rebut.
The Minions bisa belajar dari semangat juang pantang menyerah The Daddies. Contoh hidup paling dekat bagaimana mengatasi usia dan tantangan hingga hari tua.
Begitu juga dari para senior itu, Kevin khususnya, bisa menimba keteladanan soal ketenangan dalam menghadapi setiap tekanan dan kebijaksanaan menekan ego agar tak sampai merusak prestasi dan reputasi yang sudah dibangun dengan susah payah.
Relasi Kevin dan Herry IP memang sudah retak. Tak berarti tak bisa kembali utuh. Semoga mereka bisa menimba hikmah untuk sesuatu yang lebih besar dan bernilai.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H