Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

"Pemanasan" Sempurna Lewandowski dan PR Besar Klopp Usai Liverpool Dipermalukan Napoli

8 September 2022   09:49 Diperbarui: 9 September 2022   04:47 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemain Liverpool tertuntuk lesu usai gawangnya dibobol Napoli di matchday 1 Liga Champions 2022/2023| Dok AFP/FILIPPO MONTEFORTE via Kompas.com

Dua tim top, Barcelona dan Liverpool menuai hasil berbeda di matchday pertama Liga Champions 2022/2023, Kamis (8/9/2022) dini hari WIB.

Tim yang disebutkan pertama sukses memetik poin sempurna di kandang, berkat kemenangan telak 5-1 atas Viktoria Plzen.

Nasib berbeda dialami Liverpool. Bertandang ke Stadion Diego Armando Maradona, The Reds dipermalukan tuan rumah Napoli, juga dengan skor mencolok, 1-4.

Kedua tim berbeda grup dengan hasil yang bertolak belakang, jelas memberi dampak berbeda pula. Barcelona sukses mengayun langkah pertama untuk kembali bersaing lagi di pentas elite Eropa.

Memang ini baru laga perdana. Namun, poin sempurna ini menjadi modal untuk bersaing di grup C sebagai grup "neraka" dengan Bayern Muenchen dan Inter Milan di sana.

Sedangkan awal yang buruk ini menjadi alarm bagi Liverpool. Tanda bahaya dari Napoli agar segera berbenah. Bila tidak, maka, tidak hanya Napoli, kontestan lain di Grup A seperti Ajax Amsterdam hingga Rangers bisa memberikan kejutan serupa.

Pesona Lewandowski

Salah satu pemain yang mencolok di Camp Nou adalah Robert Lewandowski. Pemain yang belum lama bergabung mengukir "hat-trick" (menit 34, 45+3, dan 71). Franck Kessie yang juga belum lama berseragam Blaugrana membuka keunggulan di menit ke-13. Sosok yang tengah redup dan menjadi pemain pengganti di laga ini, Ferran Torres ikut berkontribusi gol di menit 71.

Tuan rumah benar-benar dominan. Penguasaan bola mencapai 76 persen, memiliki 11 tendangan tepat sasaran dari 20 percobaan. Statistik ini jauh lebih unggul dari tim asal Republik Ceko yang hanya mampu melepaskan 1 "shots on target."

Xavi Hernandez membuktikan ucapannya sebelum laga. Rotasi akan ia lakukan usai menjalani laga melelahkan kontra Sevilla di pentas LaLiga.

Ia tidak memainkan Marcos Alonso dan Hector Bellerin yang baru direkrut karena kondisi mereka belum prima. Selain itu, Memphis Depay, Franck Kessie, dan Andreas Christensen mendapat kesempatan bermain setelah menjadi penonton di Estadio Ramon Sanchez Pizjuan.

Perubahan itu menunjukkan kedalaman skuad yang baik. Kemudian terbukti di lapangan pertandingan. Performa Barcelona cukup meyakinkan.

Istimewanya lagi, Barca memiliki Lewandowski. Striker yang sudah berusia 34 tahun tetapi belum juga kehilangan taji. Meninggalkan Bayern Muenchen pada Juli lalu, ia sudah melesatkan delapan gol dalam 5 laga untuk klub barunya.

Pesona Lewandowski yang sudah terlihat di Jerman tetap ia bawa ke Spanyol. Pilihannya untuk meninggalkan kemapanan, mulai ia tunjukkan hasilnya untuk bangkit bersama klub yang belum sepenuhnya lepas dari krisis.

Lewandowski hadir saat Barcelona benar-benar ingin kembali bersaing di level Eropa. Pemain yang sarat pengalaman dan rekor seperti saat bersama Borussia Dortmund dan Muenchen.

Kini, masih di awal musim dan baru di laga pertama, Lewandowski langsung membuat publik terpukau. Ia sanggup menorehkan tiga gol di satu laga, mengulangi pencapaiannya di dua klub asal Jerman itu. Belum ada pemain lain yang bisa mencetak trigol di pentas Liga Champions untuk tiga tim berbeda.

Awal sempurna Barcelona bersama Lewandowski menjadi bekal penting untuk menggapai target di akhir musim. Dalam perjalanan ke sana, kemenangan ini menjadi "pemanasan" yang baik bagi Barca dan Lewandowski sebelum bertemu Muenchen pekan depan.

Sudah kita tahu, seperti apa relasi mereka. Masih hangat dalam ingatan rekam jejak pertemuan kedua tim.

Apakah dengan Lewandowski di pihaknya, para penggemar Barcelona bisa tersenyum? Atau Bayern yang juga memiliki awal sempurna dengan kemenangan 2-0 di kandang Inter Milan masih terlalu tangguh untuk ditekuk?

PR Klopp

Bila Barca dan Lewandowski dipuji, tidak demikian Liverpool dan Klopp. Mereka tengah merenungi hasil negatif.

Gol-gol dari Piotr Zielinski di menit kelima dan 47, Zambo Anguissa di menit ke-31, dan Giovanni Simeone di penghujung babak pertama yang hanya mampu dihibur Luis Diaz di menit ke-49 adalah pukulan telak.

Liverpool sesungguhnya bisa mengendalikan pertandingan. Sayangnya, "ball possession" 61 persen dan 7 tendangan tepat sasaran hanya bisa berbuah satu gol.

Tuan rumah justru bermain lebih efektif. Sebanyak 18 "shots" dilepaskan, 9 tepat sasaran, dan 4 gol tercipta.

Liverpool hari ini tidak seperti Liverpool musim lalu yang begitu bertenaga dan bersemangat hingga nyaris merengkuh "Si Kuping Lebar" bila tidak kalah dramatis dari Real Madrid.

Liverpool yang begitu digdaya di pentas domestik dengan Piala Liga Inggris dan Piala FA berhasil dimenangkan usai terlibat duel seru versus Chelsea.

Liverpool jelas kehilangan versi terbaiknya sehingga hanya mampu meraih dua kemenangan dalam 7 pertandingan awal di semua kompetisi musim ini. Identitas Liverpool yang sirna menuntut kerja cepat.

Klopp tentu sangat sadar permainan timnya sedang mengalami defisit. Tertinggal 0-3 di paruh pertama jelas menunjukkan seperti apa penampilan mereka. Buruknya penampilan yang diperparah dengan kemasukan tiga gol.

Hilangnya energi, rasa lapar, soliditas antarlini, dan produktivitas.

Bek kiri Andy Robertson, melansir bbc.com mengakui permainan mereka terlalu terbuka. Tidak ada koneksi yang baik antarpemain. Jarak yang terlalu renggang memungkinkan lawan mengambil keuntungan.

Belum lagi, penurunan performa dan kesalahan mendasar beberapa pemain kunci di sejumlah sektor. Gol pertama dari titik putih karena James Milner yang tak sempurna menghalau sepakan Zielinski.

Kesalahan fatal individual dari Joe Gomez, Trent Alexander-Arnold yang terlihat kesulitan menghadapi Napoli yang begitu hidup, serta barisan belakang yang berantakan. Badai cedera dan kepergian Sadio Mane di musim panas semakin memperparah keadaan.

Apa yang harus Klopp lakukan untuk memperbaiki situasi? Manajer asal Jerman itu butuh waktu untuk meredakan amarahnya. Ia perlu waktu untuk berpikir.

Klopp yang datang pada 2015 sudah memberi banyak perubahan positif pada klub asal kota pelabuhan itu. Apakah sudah saatnya melakukan perubahan yang lebih mendasar?

Semoga pertandingan kontra Wolves akhir pekan ini Liverpool perlahan-lahan kembali menemukan identitas yang hilang itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun