Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kenaikan Harga BBM dan Imperatif Siapa yang Bisa Menyesuaikan Dia akan Bertahan

6 September 2022   08:29 Diperbarui: 7 September 2022   02:55 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kendaraan pribadi tengah menanti giliran di SPBU: KOMPAS.COM/TITIS ANIS FAUZIYAH

Harga BBM sudah naik. Istilah penyesuain yang dipakai saat pengumuman pada Sabtu, 3 September 2022 lalu tetap tidak menyembunyikan kenyataan yang jauh lebih berat di lapangan.

Para pemilik kendaraan harus mengeluarkan anggaran lebih. Para pengguna transportasi umum pun harus melakukan hal yang sama manakala tarif mengalami kenaikan.

Begitu juga masyarakat luas. Cepat atau lambat aspek-aspek kehidupan lainnya akan terdampak. Tak ada seorang pun yang bisa menghindar.

Situasi ini menunjukkan dengan terang benderang. Betapa bergantungnya kita pada bahan bakar fosil. Betapa kita ikut dibuat pusing oleh gejolak sumber energi tak terbarukan ini yang selalu terjadi berulang-ulang.

Tahun ini saja BBM non-subsidi RON 92 atau Pertamax sudah naik dua kali. Sebelumnya pada April lalu. Dari Rp 9000 per liter menjadi 12.500 per liter. Saat ini, harganya membengkak menjadi Rp14.500 per liter.

Apakah kita bisa menolak tunduk pada kenaikan BBM dan segala turunannya? Jelas tidak! Apakah kita bisa bertahan tanpa BBM? Jelas tidak!

Lantas, apa yang perlu kita lakukan? Penyesuaian. BBM mengalami penyesuaian, kita sebagai pengguna pun melakukannya. Tidak ada cara lain.

Bila demikian, penyesuaian macam apa yang bisa kita lakukan?

Bagi orang-orang kaya yang terbiasa memiliki lebih dari satu kendaraan, baik mobil maupun motor, mereka tentu sudah terbiasa menyesuaikan diri dengan segala kebutuhannya. Apalagi bila pundi-pundi penghasilan mereka masih mengembang.

Sementara kita, rakyat kebanyakan yang sehari-hari mengandalkan kendaraan roda dua atau roda empat semata wayang, atau bahkan transportasi umum seperti mobil angkot atau bus harus segera mengambil sikap.

Bagi para pengguna kendaraan pribadi aktif, penting bagi kita menemukan cara menghemat bahan bakar. Membatasi konsumsi BBM sebagai langkah penyesuaikan.

Pertama, mengubah kebiasaan mengemudi. Kita perlu berpikir lagi bagaimana menggunakan mobil. Bila selama ini kita selalu menggunakan kendaraan roda empat dengan intensitas yang sangat tinggi sehingga membutuhkan asupan BBM yang tinggi, maka perlu memikirkan skenario alternatif.

Apakah masih perlu dan penting untuk mempertahankan kebiasaan tersebut? Apakah memungkinkan untuk memarkir saja kendaraan di rumah, lantas beralih ke transportasi umum dengan harga yang lebih terjangkau?

Tentu untuk sampai pada keputusan itu dibutuhkan pertimbangan tertentu. Mulai dari soal jarak, ketersediaan akses menuju transportasi umum, hingga lokasi tempat tinggal.

Paling kurang sebelum sampai pada hal-hal lain yang tak kalah mendasar, baiklah kita melakukan penilaian sedikit lebih serius terkait penggunaan kendaraan. Mendapatkan gambaran terkait jarak tempuh mobil untuk melihat sejauh mana kenaikan biaya BBM akan berdampak pada keadaan finansial.

Lebih lanjut, apakah kenaikan itu akan menggerus anggaran dan memengaruhi stabilitas keuangan kita? Dengan kata lain, bila tetap mempertahankan kebiasaan lama, apakah akan memukul sendi-sendi perekonomian keluarga?

Dengan mendapat gambaran yang lebih detail, maka akan mempermudah kita untuk mengambil keputusan.

Kedua, bila pada akhirnya keputusan tetap mempertahankan kebiasaan sebelumnya, maka para pengguna kendaraan roda dua pun bisa melakukan penyesuaian kecil-kecilan. Gaya mengemudi dan perawatan kendaraan perlu lebih diperhatikan.

Hal-hal sederhana tetapi sungguh berpengaruh pada efisiensi bahan bakar. Menghindari pengereman mendadak dan kebiasaan mengubah jalur, apalagi sengaja mengambil rute yang lebih jauh untuk alasan yang tidak perlu. Begitu juga memastikan kondisi mobil terpelihara baik akan menekan pengeluaran.

Hal tak kalah penting adalah selalu memantau indikator bahan bakar di kendaraan. Selalu menjaga pasokan bahan bakar sehingga terhindar dari kemungkinan mencari-cari stasiun pengisian bahan bakar manakala kondisi bahan bakar kendaraan dalam keadaan kritis.

Demikian halnya soal tekanan angin pada ban hingga beban. Tidak membebani mobil secara berlebihan demi menghindari peningkatan konsumsi bahan bakar.

Ketiga, bila ada yang sedang merencanakan untuk membeli atau mengganti mobil baru, baiklah dipikirkan untuk mencari kendaraan hemat bahan bakar.

Selain itu, bisa dipikirkan pula membeli mobil sesuai kebutuhan. Alih-alih membeli kendaraan besar, mencukupkan diri dengan kendaraan lebih kecil sebagai pilihan untuk menekan bengkaknya biaya bahan bakar, biaya operasional, plus biaya perawatan.

Akhirnya bagi para pengguna kendaraan pribadi upaya yang bisa dilakukan untuk menyikapi kenaikan BBM adalah dengan menyesuaikan cara mengemudi, merencanakan perjalanan, bahkan mengubah pilihan berkendaraan dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum.

Hanya saja, perubahan tersebut tidak bisa dilakukan serta merta. Perlu ada pertimbangan yang matang agar tidak sampai mendatangkan masalah baru. Jangan sampai justru semakin membebani karena dampak turunan yang ikut serta. Misalnya, pilihan ke kendaraan umum justru membuat waktu tempuh semakin lama sementara tidak ada pemangkasan ongkos yang signifikan.

Selain itu, sikap mental dan pandangan pun harus disiapkan. Sudah biasa menggunakan kendaraan pribadi, lantas harus menempatkan diri sebagai satu dari sekian banyak orang yang memburu dan menggunakan moda yang sama, membutuhkan kerelaan tersendiri.

Dari yang biasanya sesuka hati mengatur diri dan memperlakukan kendaraan sendiri harus beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan jadwal dan kepentingan banyak orang.

Keempat, anjuran untuk memilih transportasi alternatif memang baik adanya. Namun bukan tidak tanpa konsekuensi. Salah satu yang paling dituntut adalah ketersediaan infrastruktur. Sistem transportasi umum yang terjangkau, tertata, dan terintegrasi sungguh diperlukan agar benar-benar memberikan kemudahan bagi masyarakat.

Bila tidak, maka sulit bagi kita untuk beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum. Begitu juga akan terdengar lucu berbagai ajakan untuk menggunakan sepeda sebagai ganti kendaraan pribadi bila fasilitasnya tidak tersedia atau tersedia namun jauh dari kata ramah.

Akhirnya, semua pilihan ada pada setiap orang. Kenaikan BBM adalah fakta. Imperatif untuk kita satu: menyesuaikan diri. Hanya dengan cara itu kita bisa bertahan.

Selamat menyesuaikan diri!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun