Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Pierre-Emerick Aubameyang dan 5 Problem Chelsea di Awal Musim

1 September 2022   04:56 Diperbarui: 1 September 2022   13:30 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Chelsea gagal memetik kemenangan di pekan kelima Liga Primer Inggris 2022/2023. Bertindak sebagai tim tamu, The Blues tersungkur saat dijamu Southampton di St Mary's pada Rabu (31/8/2022) dini hari WIB.

Tim tamu takluk 1-2 sekaligus menjadi kekalahan tandang beruntun setelah sebelumnya dibekuk Leeds United tiga gol tanpa balas.

Hasil minor itu tentu memengaruhi posisi Chelsea di tabel klasemen sementara. Dengan tujuh poin, hasil dua kali menang, sekali imbang, dan dua kali kalah, Chelsea harus mendekam di papan tengah.

Sementara poin sempurna di hadapan pendukung sendiri mengembalikan The Saints ke jalur positif setelah di pekan sebelumnya takluk 0-1 dari Manchester United.

Tiga poin ini pun mendongrak posisi mereka secara signifikan. Soton berhasil menyalip dan kini berada di posisi yang lebih baik dari Chelsea.

Tentu kekalahan ini menjadi pukulan tersendiri bagi Chelsea. Sang pelatih, Thomas Tuchel tak bisa menyembunyikan kekecewaan usai laga. Ia mengeluhkan kondisi timnya. Situasi ini tidak bisa dibiarkan terus terjadi.

Lantas, apa problem mendasar yang sedang mendera Si Biru?

Pertama, rapuhnya lini pertahanan. Tuchel jelas menyoroti aspek ini. Ia mengakui timnya mudah kebobolan. Salah satu sebab lantaran pertahanan yang tak solid.

Chelsea lebih dahulu memimpin setelah sepakan jarak dekat Raheem Sterling di menit ke-23 tak mampu digagalkan Gavin Bazunu.

Sayangnya, lima menit berselang Romeo Lavia mencetak gol mengejutkan ke gawang tim tamu yang dijaga Edouard Mendy. Adam Armstrong kemudian mendapat giliran mencatatkan namanya di papan skor dengan golnya ke gawang Mendy di menit ke-45+1.

Gol itu merusak awal baik Chelsea. Si Biru yang terus mendominasi pertandingan seperti kehilangan cara untuk mencetak gol.

Sepasang gol yang seharusnya bisa dihindari bila Thiago Silva dan kawan-kawan bisa mengawal barisan pertahanan dengan baik.

Silva seperti tak mampu mengantisipasi gaya bermain tim besutan Ralph Hasenhttl yang cenderung mengirim bola langsung ke pertahanan dan mengandalkan Che Adams untuk memenangi duel udara.

Ternyata strategi ini berhasil. Silva yang selalu disasar oleh Adams begitu kerepotan. Tercatat, bek senior asal Brasil itu kalah enam kali dalam duel udara.

Mantan pemain belakang Paris Saint-Germain (PSG) itu akhirnya sadar. Dirinya menjadi sasaran empuk. Ia tak bisa bersaing di udara. Pilihan yang kemudian diambil adalah membiarkan Adams mengambil bola udara dan menjaganya agar tidak bergerak lebih dalam ke area pertahanan Chelsea.

Beberapa kali tuan rumah menciptakan kekacauan di kotak penalti lawan. Umpan-umpan langsung yang terbukti efektif. Sekaligus menunjukkan menganganya celah di barisan belakang The Blues.

Kedua, kedatangan Sterling ternyata belum sepenuhnya mengatasi persoalan di lini serang tim yang bermarkas di Stamford Bridge itu.

Menghadapi Soton, penguasaan bola Chelsea lebih unggul yakni 68 persen berbanding 32 persen. Meski dalam tekanan, tuan rumah justru bermain lebih efisien.

Sebaliknya, Chelsea dari 10 percobaan ke gawang tuan rumah hanya empat yang mengenai sasaran. Jumlah "shots on target" Chelsea malah kalah banyak dari Soton yang tujuh kali dari sembilan upaya berhasil mengancam gawang Mendy.

Hal ini menunjukkan daya gedor dan penyelesaian akhir masih lemah. Mason Mount, Sterling, hingga Hakim Ziyech tak bisa memaksimalkan setiap peluang, terutama di paruh pertama.

Chelsea baru bisa mencetak gol setelah empat peluang matang. Ini menjadi isyarat yang perlu dibaca Tuchel. Bagaimana Chelsea bisa menjebol tim dengan pertahanan lebih tangguh, bila kinerja para pemain depan tak digenjot segera.

Bursa transfer musim panas segera ditutup. Tim-tim seperti Manchester City, Arsenal, dan Liverpool sudah mengisi amunisi mereka dengan rela merogoh kocek lebih dalam.

Sementara Chelsea kelihatan tenang dan tampak percaya diri dengan kedalaman skuad yang ada dengan hanya mendatangkan Sterling. Romelu Lukaku, dan Timor Werner pun dibiarkan pergi.

Memburu Pierre-Emerick Aubameyang dari Barcelona di detik-detik akhir sebelum jendela transfer ditutup adalah langkah telat tapi penting untuk menyelamatkan situasi.

Ketiga, Chelsea bukan tidak memiliki cukup pemain. Baik yang mengisi starting line-up maupun yang disiapkan di bangku cadangan.

Sayangnya, pergantian hampir optimal yakni dengan melakukan empat dari lima pergantian di babak kedua, tetap tidak mengubah keadaan.

Mateo Kovacic menggantikan Ruben Loftus-Cheek yang mengalami cedera. Armando Broja mengambil posisi Cesar Azpilicueta. Christian Pulisic berganti kesempatan dengan Kai Haverts. Hingga Ben Chilwell mengisi tempat Jorginho.

Tuchel mencoba mengubah strategi di kurang dari 25 menit sisa pertandingan untuk kembali ke formasi tradisional 3-4-3 dari 4-3-3. Sayangnya, perubahan taktis tetap tidak membuat organisasi permainan Chelsea lebih baik, entah untuk sekadar menyamakan kedudukan, apalagi memenangi laga.

Ada apa dengan para pemain Chelsea?

Keempat, secara individu sejumlah pemain memang tidak tampil optimal. Mereka tak bisa mengeluarkan kemampuan terbaik dan menjalin ikatan yang padu satu sama lain.

Salah satu pemain yang cukup disorot adalah sang kiper, Mendy. Ia memang sudah membuktikan kualitasnya baik di tingkat klub maupun bersama timnas Senegal. Sederet penghargaan individu dan prestasi bersama klub dan negara sudah ditorehkan.

Namun, entah mengapa, sejak awal musim, penjaga gawang kelahiran Prancis, 30 tahun lalu itu mengalami penurunan. Pemain yang bernama lengkap douard Osoque Mendy itu kerap menjadi sorotan.

Gol Romeo Lavia adalah bagian dari masalah Mendy. Ia tak bisa mengamankan bola agar tidak sampai masuk ke gawang untuk membuat skor menjadi imbang.

Chelsea masih memiliki Kepa Arrizabalaga Revuelta yang belakangan menjadi penghangat bangku cadangan. Mungkin sudah waktunya Tuchel kembali memberi kesempatan kepada kiper 27 tahun asal Spanyol itu untuk mengambil tanggung jawab lebih.

Kelima, musim baru, baru dimulai. Lima laga awal menjadi kesempatan bagi setiap pelatih untuk menguji formula dan strategi. Seperti Tuchel yang mencoba memastikan dengan sistem pertahanan apa sebaiknya mereka bermain.

Apakah dengan empat pemain belakang seperti saat mengalahkan Leicester City pekan sebelumnya? Bila itu menjadi pilihan, mengapa kali ini sistem tersebut justru menemui kebuntuan di kandang Soton?

Apakah Chelsea lebih pas dengan skema tradisional yakni tiga pemain bertahan? Bagaimana sebaiknya ia menempatkan dan memberi peran kepada Thiago Silva yang tak muda lagi dan mulai kehilangan kecepatan dan ketangguhan di udara?

Tuchel memang sedang berpikir keras mencari jawaban dan memastikan pertanyaan yang sama tidak berulang lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun