Potensi Antony ini akhirnya membuat Erik tak ragu memboyongnya. United langsung memagarinya dengan kontrak jangka panjang dengan merogoh kocek dalam-dalam untuk menjadikannya pemain paling mahal dari Eredivisie.
Dalam usia yang masih muda, Antony sudah menyandang status pemain termahal keempat dalam sejarah Liga Primer Inggris di belakang Paul Pogba saat diboyong United, Romelu Lukaku saat dipinang lagi Chelsea, dan Jack Grealish yang direkrut Manchester City.
Ia adalah pemain yang memaksa United mengeluarkan uang paling banyak di bursa transfer musim panas ini, mengalahkan Casemiro dari Real Madrid, Lisandro Martinez dari Ajax, Tyrell Malacia dari Feyenoord, apalagi Christian Eriksen yang didatangkan secara "pro deo" alias gratis, juga rencana meminjam kiper Martin Dubravka dari Newcastle United.
Jelas, megatransfer ini dengan sendirinya meletakkan ekspektasi tinggi pada sang pemain. Ia akan menjadi pusat perhatian. Darinya akan ditagih dan dituntut kontribusi.
Antony diharapkan bisa ikut mendongrak United agar lekas bangkit dari keterpurukan dan terus bermain konsisten.
Hanya saja, para penggemar dan siapa pun yang sudah menyiapkan target tinggi pada Antony harus mafhum.
Pemain itu butuh waktu adaptasi. Eredivisie dan Liga Inggris adalah dua kompetisi berbeda dengan tantangan masing-masing.
Bila dalam waktu singkat ia bisa merayakan dua gelar Eredivisie bersama Erik ten Hag, tidak demikian saat ini di liga paling kompetitif.
Prestasinya bersama Ajax adalah masa lalu. Masa kini memiliki cerita tersendiri yang harus ia tenun dengan penuh perjuangan.
Kita bisa ambil contoh Grealish. Didatangkan dari Aston Villa musim panas lalu dengan harga fantastis. Grealish saat ini jelas berbeda dengan Grealish di masa silam.