Skill dan kematangan The Daddies suda tak diragukan lagi. Jam terbang tinggi, berikut ketenangan, dan kesabaran, serta kejelian membaca dan menerapkan pola sudah terbukti sejak pertandingan pertama hingga membalikkan keadaan saat menyingkirkan Fajar/Rian di semifinal.
Sayangnya, di partai pamungkas, magis The Daddies kurang mencolok. Bisa jadi dipengaruhi oleh kondisi fisik yang mulai menurun. Sementara lawannya yang bermain tanpa beban lebih memilih fokus dan tak mau terbebani dengan nama besar dan statistik.
Aaron/Soh memang lebih baik kali ini. Mereka pantas membuat penggemar badminton Malaysia bangga setelah tahun lalu mempersembahkan perunggu di Tokyo.
"Sudah empat tahun kami berpasangan dan sering kalah di final dan semifinal, tapi sekarang kami akhirnya mendapatkan gelar," tandas Soh melansir situs resmi BWF.
Peran Rexy Mainaky
Membawa pulang medali perak tetap tidak mengurangi apresiasi pada The Daddies. Walau kalah kali ini, mereka tetap tidak pulang dengn tangan hampa seperti pada edisi-edisi sebelumnya. Apalagi, The Daddies adalah wakil semata wayang Merah-Putih di partai final.
Sementara itu, sosok Rexy Mainaky tetap patut digarisbawahi. Bukan semata-mata karena ia adalah mantan pebulutangkis ganda putra Indonesia dengan sejarah besar di masa lalu.
Lebih dari itu, ia adalah satu dari sedikit orang yang mampu meraih prestasi baik sebagai pemain maupun pelatih.
Peraih medali emas Olimpiade Atlanta 1996 dan emas Kejuaraan Dunia 1995 bersama Ricky Subagja itu sudah berkelana ke berbagai negara. Ia sudah memberikan banyak kebanggaan di setiap negara yang disinggahi.
Selain kariernya di Tanah Air (2012-2016), ia sudah menanamkan jasanya di Inggris (2001-2205), Thailand, dan dua periode berbeda bersama Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia (BAM), masing-masing 2005-2011 serta kesempatan kedua sejak akhir Desember 2021 hingga saat ini.
Rexy dan ganda putra Malaysia seperti berjodoh. Tangan dinginnya benar-benar nyata. Pada periode pertama ia mengangkat Koo Kien Keat/Tan Booh Heong hingga meraih medali emas Asian Games 2006, jawara All England 2007, dan mengantar mereka sebagai satu dari sedikit ganda putra Malaysia yang bisa bertengger di posisi teratas ranking BWF.