Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Menjemput "Quattrick" Juara Dunia, Ini 3 Modal The Daddies Menumbangkan Aaron Chia/Soh Wooi Yik di Final BWC 2022

27 Agustus 2022   21:59 Diperbarui: 28 Agustus 2022   08:16 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

"Saya tidak menyangka bisa ke final. Tidak mudah juga perjalanannya tapi mungkin motivasi kami di sini lebih dari biasanya," (Hendra Setiawan)

Penggemar badminton sejagad baru saja disuguhkan tontonan berkelas antara Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto versus Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan di semifinal Kejuaraan Dunia BWF 2022.

Duel tiga gim di Tokyo Metropolitan Gymnasium, Sabtu (27/8/2022) pagi WIB yang kemudian menjadi milik The Daddies. The Daddies yang lebih senior mengunci satu tiket final ganda putra berkat kemenangan 21-23, 21-12, 16-21 dalam waktu 52 menit.

"All Indonesian semifinal" yang menghibur namun meninggalkan kekecewaan karena salah satu harus tersingkir. Sajian penuh skill yang mendatangkan sesal di kubu Fajar/Rian yang harus puas dengan medali perunggu, namun wajah Indonesia bisa tetap terjaga di panggung akbar itu dengan peluang membawa pulang sekeping medali emas.

Siapa pun yang menyaksikan pertarungan itu harus sepakat The Daddies memang lebih siap untuk bertarung di partai pamungkas. Fajar/Rian yang menjadi unggulan kelima tidak bermain buruk. Mereka sudah berjuang maksimal.

Fajar/Rian sebenarnya memiliki keuntungan untuk merebut gim pembuka. Memimpin 15-7 lalu 20-18, namun senior mereka berhasil mengejar ketertinggalan hingga melakukan "comeback" untuk menutup kemenangan 23-21. Strategi The Daddies untuk memperlambat tempo dan taktis adalah kunci.

Fajar/Rian bangkit di gim kedua. Namun, The Daddies yang menjadi unggulan ketiga kembali mengambil kendali di set penentu.

Pasangan kawakan ini benar-benar memanfaatkan pengalaman mereka untuk mengantisipasi setiap pola permainan Fajar/Rian. Permainan no lob panjang bisa The Daddies antisipasi.

Situasi ini membuat Fajar/Rian mulai kehilangan fokus. Sementara The Daddies semakin dominan dengan konsentrasi dan ketenangan yang tetap terjaga serta kegigihan yang begitu kuat.

Permainan Fajar/Rian tidak buruk sekali. Mereka sudah bekerja keras. Mengambil insiatif, berusaha mendominasi dengan permainan cepat, kekuatan, dan intersep di depan net. Fajar yang mengambil kendali di lini depan, sementara Rian berusaha mengamankan bagian belakang.

Karena itu, mereka wajib bersyukur. Pelajaran berharga mereka dapat dari senior sekaligus "bestie" yang kini berbalik memimpin 3-2 dalam skor pertemuan.

Apresiasi tetap pantas mereka dapat meski gagal revans untuk kekalahan mereka di babak yang sama pada edisi 2019 silam. Medali perunggu kedua mereka di Kejuaraan Dunia untuk menandai pencapaian mereka yang fenomenal sepanjang tahun ini.

Modal The Daddies

Di babak final, Minggu (28/8/2022) petang, The Daddies akan menghadapi Aaron Chia/Soh Wooi Yik. Unggulan enam dari Malaysia itu merebut tiket final dari unggulan tujuh asal India, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty melalui pertarungan tiga gim, 20-22, 21-18, dan 21-16.

Bagaimana kans The Daddies?

Pertama, skor pertemuan masih berpihak pada wakil semata wayang Indonesia itu yang memetik tujuh kemenangan dalam 10 pertemuan.

Hanya saja, The Daddies patut waspada. Dua pertemuan terakhir direbut pasangan yang kini menjadi ujung tombak ganda putra Negeri Jiran itu.

Kekalahan dalam perebutan medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020 dan perebutan tiket semifinal Malaysia Open 2022 adalah isyarat yang harus dipelajari The Daddies. Di dua pertemuan terakhir itu laga berlangsung ketat, berakhir dengan rubber game, masing-masing 17-21 21-17 dan 21-14 serta 21-13 20-22 dan 21-19.

Catatan pertemuan The Daddies vs Aaron/Soh: tournamentsoftware.com
Catatan pertemuan The Daddies vs Aaron/Soh: tournamentsoftware.com

Tentu dua kemenangan itu membuat semangat anak didik Rexy Mainaky itu begitu menggebu-gebu. Mereka ingin kembali mengulanginya demi menciptakan sejarah tersendiri baik bagi karier mereka sebagai pasangan maupun negaranya.

Mengukir prestasi di panggung besar Kejuaraan Dunia untuk merebut medali emas pertama bagi keduanya serta medali emas pertama bagi ganda putra Malaysia sejak turnamen ini mulai bergulir pada 1977 silam.

Kedua, The Daddies memiliki rekor fantastis di Kejuaraan Dunia. Mereka menjemput final keempat dan sebelumnya belum pernah kalah sebagai pasangan. Keduanya sudah tiga kali menjadi juara dunia. Rekor sempurna!

Situasi ini berbanding terbalik dengan pasangan Negeri Jiran itu. Tentu, rekam jejak mentereng ini menjadi modal bagi The Daddies sekaligus memberikan tekanan tersendiri kepada pasangan lawan.

Ketiga, Hendra yang sudah berusia 38 dan Ahsan yang tiga tahuh lebih muda memang tidak memiliki kekuatan dan kecepatan seperti tahun-tahun sebelumnya. Dua unsur ini bakal dimanfaatkan secara optimal oleh pasangan Malaysia yang jauh lebih muda secara usia.

Namun, The Daddies adalah pasangan yang sudah sangat matang. Mereka begitu berpengalaman baik dari sisi mental, skill, maupun taktik.

Ketenangan, kecerdasan, dan kecerdikan adalah senjata yang bisa melumpuhkan lawan. Mereka pandai membaca pola permainan musuh dan tahu dengan cara apa meredamnya.

Sejak awal turnamen ini, The Daddies selalu menaklukkan lawan-lawan dalam dua gim, kecuali saat menghadapi Fajar/Rian. Fajar/Rian yang begitu konsisten dan sedang "on fire" The Daddies bisa mengeluarkan jurus ampuh. Membuat junior mereka itu kewalahan.

Bukti bahwa mereka adalah pasangan yang taktis, bisa bermain efektif, dan efisien yang didorong ke titik maksimal untuk menutupi kekurangan dari sisi kecepatan dan "power" yang kian tergerus usia.

Senjata-senjata ini adalah modal bagi The Daddies menuju "quattrick" juara dunia. Semoga keduanya bisa menjaga konsistensi, sanggup beradaptasi dengan kondisi lapangan, sehingga bisa berpelukan dengan hasil positif di lapangan pertandingan. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun