Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Kalah "Nyesek" Jonatan Christie, Ginting Gagal Revans, dan Menikmati Sajian Berkelas "All Indonesian Semifinal" Ganda Putra

26 Agustus 2022   21:01 Diperbarui: 26 Agustus 2022   21:02 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Statistik pertemuan The Daddies versus Fajar/Rian: tournamentsoftware.com

 

Hasil berbeda dialami dua sektor harapan terakhir Indonesia di panggung Kejuaraan Dunia BWF 2022. Nasib dua wakil tunggal putra tak sebaik dua pasang ganda putra di babak perempat final yang digelar di Tokyo Metropolitan Gymnasium, Jumat (26/8/2022) pagi WIB.

Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting belum berhasil membawa pulang setidaknya medali perunggu. Keduanya kompak menuai pil pahit masing-masing saat menghadapi Chou Tien Chen dan Viktor Axelsen.

Jojo sebenarnya memiliki peluang besar ke semifinal. Unggulan tujuh ini mengawali pertandingan dengan baik. Mampu memetik kemenangan di gim pembuka berkat keuletan dan kesabarannya.

Setelah kehilangan gim kedua, pemain kelahiran Jakarta itu berhasil mendominasi di awal set penentuan. Jojo mampu memimpin dengan selisih poin signifikan. Jojo sebenarnya hanya butuh 1 poin untuk meraih kemenangan dalam posisi 20-15.

Sayangnya, satu poin itu sungguh mahal bagi Jojo. Lawannya asal Taiwan yang menempati unggulan keempat itu mampu menunjukkan magisnya.

Memang sulit membayangkan apalagi menerima kenyataan dalam posisi memimpin jauh harus berbalik kalah. Chou meraih poin satu demi satu hingga mampu menikung Jojo untuk meraih kemenangan.

Ekspresi dengan suasana hati berbeda usai laga Jojo kontra Chou Tien Chen: https://twitter.com/ewlanee_
Ekspresi dengan suasana hati berbeda usai laga Jojo kontra Chou Tien Chen: https://twitter.com/ewlanee_

Kekalahan yang menyesakkan bagi Jojo. Kehilangan tujuh poin beruntun. Bila Jojo bisa menjaga fokus, mengendalikan emosi hingga titik maksimal, dan bisa lebih tenang, maka tiket menuju medali pertamanya di Kejuaraan Dunia bisa digenggam.

Jojo tertunduk lesu. Chou merebahkan diri di pinggir lapangan. Masing-masing larut dalam perasaan berbeda.

Jojo harus rela kehilangan kesempatan emas ke babak empat besar sekaligus balas dendam atas kekalahannya di perempat final All England 2022.

Saat itu, Jojo menyerah straight set 10-21 dan 15-21. Kali ini, Jojo takluk 21-14 11-21 dan 20-22.

Jojo memang masih memimpin dalam skor "head to head" dengan 6 kemenangan dalam 10 pertemuan atas pemain berperingkat 4 BWF itu. Namun, kekalahan hari ini sungguh disesali. Pertandingan yang "nyesek banget" bagi fan di Tanah Air.

Namun, di balik hasil negatif itu, performa Jojo semakin berkembang. Ia tampil baik sejak pertandingan pertama. Kesabaran, fokus, ketepatan, hingga keberanian mengambil keputusan makin baik. Bisa jadi, hari ini keberuntungan tidak memeluknya.

Gagal revans

Pada pertandingan lainnya, Ginting kembali harus mengakui keunggulan Viktor Axelsen. Ginting kembali gagal merubuhkan tembok kokoh asal Denmark itu.

Dibandingkan dua pertemuan sebelumnya di babak perempat final Indonesia Open 2022 dan di babak yang sama di Malaysia Open 2022, kali ini Ginting justru kalah dua gim, 10-21 dan 10-21.

Axelsen yang merupakan unggulan teratas mampu mendominasi pertandingan. Penguasaan lapangan yang baik, pukulan yang presisi, smes kencang, hingga pertahanan rapat berhasil meredam pesona Ginting.

Axelsen sungguh memanfaatkan berbagai keunggulannya. Sebaliknya, Ginting yang menempati unggulan keenam tak bisa mengeluarkan kemampuan terbaik.

Pemain kelahiran Cimahi, Jawa Barat itu terlihat kelelahan. Buntut dari pertandingan melelahkan menghadapi Shi Yuqi di babak sebelumnya. Fokus, kecepatan, daya ledak, hingga ketahanan fisik Ginting sudah terkuras demi mengakhiri enam kekalahan beruntun atas pemain China itu.

Ternyata "pecah telur" yang berhasil itu harus dibayar mahal dengan penampilan antiklimaks saat menghadapi Axelsen.

Memang harus diakui. Bila ingin menumbangkannya, lawannya harus berada dalam kondisi prima. Bila tidak, Axelsen akan tetap superior.

Axelsen berpeluang menjaga kedigdayaannya di sektor tunggal putra. Batal bertemu Jojo, Axelsen akan berduel dengan Chou untuk memperebutkan satu tiket ke babak final.

Axelsen memiliki rekor mentereng atas Chou. Dari 17 pertemuan, 15 di antaranya berakhir dengan kemenangan, termasuk enam kemenangan beruntun terakhir.

Di pertandingan lainnya, Kunlavut Vitidsarn dari Thailand akan beradu dengan pemain China, Zhao Jun Peng.

Di atas kertas, Axelsen lebih diunggulkan dari ketiga pemain itu. Baik dari  sisi ranking, tren penampilan, hingga pengalaman di panggung Kejuaraan Dunia.

Ketiga lainnya adalah pendatang baru yang pertama kali merasakan manisnya medali dari ajang bergengsi tahunan itu.

All Indonesian Semifinal

Tidak terjadi di tunggal putra, skenario "all Indonesian semifinal" diciptakan ganda putra: Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.

Fajar/Rian yang dijagokan di tempat kelima sukses mengalahkan Ben Lane/Sean Vendy, unggulan 14 dari Inggris yang menumbangkan Minions di babak sebelumnya.

Penampilan Fajar/Rian yang tetap konsisten membuat mereka seperti tidak kesulitan ke babak semifinal. Kemenangan dua gim 21-11 dan 21-16 sekaligus "balas dendam" atas kekalahan mereka di Thailand Open awal tahun ini, 18-21 dan 19-21. Skor pertemuan keduanya pun imbang: 1-1.

Ketenangan dan kematangan The Daddies membuat mereka sulit dibendung. Pasangan muda India, M.R.Arjun/Dhruv Kapila harus menguburkan impian untuk meraih medali pertama mereka di Kajuaraan Dunia usai kalah straight set.

Bagi The Daddies kemenangan 21-8 dan 21-14 menjadi yang kelima dalam lima pertemuan atas atas pasangan non-unggulan itu. Dengan kata lain, Arjun/Kapila belum berhasil memutus tren negatif saat bersua pasangan senior itu.

Selanjutnya, pertemuan antara The Daddies kontra Fajar/Rian adalah hiburan bagi para penggemar. Fan di Tanah Air hanya perlu menikmati dua pasangan itu beradu menjadi yang terbaik untuk bertarung memperebutkan medali emas.

Sejujurnya, laga ini benar-benar menarik dan seharusnya menyita perhatian. Bukan karena pertandingan ini ditempatkan sebagai pembuka babak semifinal pada Sabtu (27/8/2022) pagi WIB.

Di satu sisi, pertandingan ini merupakan pertemuan kelima mereka. Statistik mencatat. Empat pertemuan sebelumnya berakhir sama kuat.

Kedua pasangan ini saling mengalahkan. Sebelum Fajar/Rian membekuk The Daddies di final Malaysia Masters 2022, 21-12 dan 21-19, The Daddies lebih dahulu memberi juniornya pelajaran di semifinal Indonesia Masters 2020 dengan skor 21-12, 18-21, dan 21-17.

Bahkan, mereka pernah saling adu di ajang ini. Itu terjadi pada edisi 2019 di babak yang sama. Kala itu, The Daddies keluar sebagai pemenang dengan skor 21-16 15-21 dan 21-10.

Pertemuan kelima ini adalah partai ulangan edisi tiga tahun lalu yang akan menentukan siapa yang berhak ke partai pamungkas untuk memperebutkan medali emas, serentak memimpin dalam skor pertemuan.

Di sisi lain, duel ini akan mempertemukan pasangan senior yang sungguh kaya pengalaman menghadapi pasangan yang lebih muda namun paling konsisten dalam setahun terakhir.

Statistik pertemuan The Daddies versus Fajar/Rian: tournamentsoftware.com
Statistik pertemuan The Daddies versus Fajar/Rian: tournamentsoftware.com

Pengalaman The Daddies di Kejuaraan Dunia hampir tak tertandingi pasangan ganda putra lainnya. Pasangan ini memiliki prestasi mentereng. Mereka belum pernah kalah sebagai pasangan di Kejuaraan Dunia. Catatan kemenangan mereka sempurna: 15-0.

Sebagai individu, pencapaian mereka pun tak kalah gemilang dengan pasangan berbeda. Babah Ahsan sudah tampil di lima edisi Kejuaraan Dunia dengan tiga pasangan berbeda dan berbuah lima medali (tiga medali emas, satu perak, dan satu perunggu).

Koh Hendra yang lebih senior dari sisi usia sudah enam kali tampil di Kejuaraan Dunia. Ia pernah berpasangan dengan dua partner berbeda. Lima keping medali sudah mengisi lemari prestasinya, empat di antaranya adalah medali emas dan satu medali perunggu.

Di hadapan Fajar/Rian, mereka akan membuat rekor itu semakin fantastis. Modal mereka adalah jam terbang dan sejarah masa lalu yang besar yang masih terbungkus dalam ketenangan, kesabaran, kejelian, dan skill mumpuni yang membuat kita hanya bisa berdecak kagum.

Kini Fajar/Rian adalah batu sandungan. Di hadapan mereka, The Daddies akan membuktikan diri bahwa usia bukan halangan untuk berprestasi.

Sementara Fajar/Rian yang banyak dijagokan karena rekam jejak positif belakangan ini akan menjemput medali emas pertama untuk melengkapi pencapaian mereka yang fenomenal. Kecepatan, kekuatan, dan kepercayaan diri tinggi adalah senjata utama.

Sebelum sampai pada kesimpulan siapa yang lebih pas menghadapi pemenang antara Aaron Chia/Soh Wooi Yik (unggulan 6/Malaysia) versus Satwiksaraj Rankireddy/Chirag Shetty (unggulan 7/India), kita akan disuguhi duel berkelas dua harapan terakhir Indonesia.

Selamat menyaksikan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun