Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas Putri Australia Juara di Kandang ASEAN, Menanti Gebrakan PSSI agar Garuda Pertiwi Tak Lagi Babak Belur Dihajar Lawan

5 Agustus 2022   13:39 Diperbarui: 6 Agustus 2022   13:18 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Tim nasional putri Australia akhirnya keluar sebagai pemenang ASEAN Football Federation (AFF) U-18 Women Championship atau Piala AFF U-18 Wanita 2022.  Berstatus undangan, Junior Matildas, julukan timnas putri Negeri Kanguru itu, mampu mengandaskan Vietnam di babak final yang digelar di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (4/8/2022) malam WIB.

Junior Matildas tampil perkasa baik dari sisi fisik, teknik, maupun soliditas antarlini. Tak heran tim besutan Raeanne Maree Dower memetik kemenangan dua gol tanpa balas.

Gol pertama dicetak oleh Sienna Saveska di menit ke-40, meneruskan umpan terukur dari luar kotak penalti dengan tandukan mematikan.

Mary Stanic Floody yang berposisi sebagai striker menggandakan keunggulan Australia di menit ke-52. Menuntaskan umpan silang ciamik yang dikirim Bertolissio, akhirnya memastikan langkah mereka ke podium juara.

Australia ke final setelah melewati hadangan Thailand. Raksasa Asia Tenggara itu memaksa sang tamu bekerja keras hingga 120 menit pertandingan. Gol penentu Australia baru tercipta di menit ke-107 melalui sepakan terukur Ella O'grandy.

Sementara Vietnam tanpa kesulitan ke partai pamungkas. Walau sempat tertinggal di paruh pertama, The Golden Star sukses "comeback" di babak kedua hingga mampu mengunci kemenangan dengan skor mencolok, 4-1.

Bagaimana rapor tuan rumah?

Garuda Pertiwi tak bisa berbuat banyak kali ini. Tim yang ditangani Rudy Eka Priyambada tak bisa bersaing di Grup A.

Marsela Awi dan kawan-kawan tergabung di grup berat bersama Vietnam, Thailand, Kamboja, dan Singapura. Di grup B ada Australia, Myanmar, Malaysia, dan Filipina.

Dari empat pertandingan, Garuda Pertiwi hanya mampu mendulang dua kemenangan. Dua laga lainnya berakhir minor. Tak heran, tuan rumah harus puas finis di posisi ketiga, di belakang dua jagoan yakni Vietnam dan Thailand.

Garuda Pertiwi sebenarnya mengawali penyisihan grup dengan hasil positif. Dua lawan pertama berhasil diatasi. Singapura dan Kamboja dibuat bertekuk lutut dengan skor identik. Masing-masing laga berakhir dengan kedudukan 1-0 untuk kemenangan tuan rumah.

Menghadapi Singapura di laga perdana, Garuda Pertiwi mampu menguasai jalannya pertandingan. Claudia Scheunemann menjadi pencetak gol semata wayang di menit ke-30, memanfaatkan kemelut di mulut gawang Negeri Singa.

Tendangan keras pemain keturunan Jerman itu menjadi penentu kemenangan Garuda Pertiwi yang sebenarnya bisa mencetak lebih banyak gol di laga itu.

Tidak seperti Singapura, Kamboja tidak menyerah begitu saja. Mereka membuat Garuda Pertiwi harus berjibaku hingga laga usai.

Gol kemenangan tuan rumah baru tercipta di menit ke-90+3. Sheva Imut mencetak gol spektakuler. Gol indah itu serentak melampiaskan penantian pendukung Merah-Putih yang harus menahan napas lebih lama untuk melihat tim kesayangannya memanfaatkan begitu banyaknya peluang.

Selebrsai timnas putri Indonesia usai menang 1-0 atas Kamboja pada laga kedua Grup A Piala AFF Wanita U18 2022: DOK. ASBWI via Kompas.com
Selebrsai timnas putri Indonesia usai menang 1-0 atas Kamboja pada laga kedua Grup A Piala AFF Wanita U18 2022: DOK. ASBWI via Kompas.com

Perjalanan Garuda Pertiwi kemudian menemui jalan terjal. Akhir cerita berbeda saat meladeni dua tim favorit, Vietnam dan Thailand. Masing-masing negara sudah memiliki sejarah tersendiri di kancah Asia Tenggara.

Vietnam yang menyewa Akira Ijiri asal Jepang sebagai juru taktik menunjukkan mental pemenang dengan semangat juang tinggi. Sempat tertinggal oleh gol Marsela Awi, mereka berhasil mengejar ketertinggalan dan berbalik unggul melalui Ngoc Minh Chuyen dan  Nguyen Thi Nhu Quynh.

Harapan Indonesia melewati babak grup ditentukan di laga pamungkas menghadapi Thailand. Namun, Thailand benar-benar lawan tangguh.

Garuda Pertiwi sungguh kewalahan. Menurunkan Fani Supriyanto, Azrq Zifa, Angelica Mardiansyah, Nastasia Suci, Mayzura Yusuf, Helsya Maeisyaroh, Liza Madjar, Sheva Imut, Marsela Awi, Aulia Al Mabruroh, dan Claudia Scheunemann, tuan rumah malah kebobolan tiga gol tanpa mencetak satu gol pun.

Garuda Pertiwi langsung dikejutkan dengan gol cepat Supansa Trisutho saat laga baru berjalan dua menit. Sebelum babak pertama usai, pemain yang sama kembali mencatatkan namanya di papan skor, memanfaatkan kelengahan Indonesia yang lebih fokus menyerang.

Thailand yang dilatih Miyo Okamoto terus menekan. Babak kedua kembali berada dalam kendali Gajah Putih. Sang lawan pun berhasil menambah satu gol lagi di menit ke-52. Pichayatida Manowang menunjukkan aksi individu brilian hingga berujung gol.

Lebih dari Sekadar Simpati

Sebagai tuan rumah, gagal melewati babak grup jelas meninggalkan kekecewaan. Banyak pihak coba membesarkan hati para pemain. Tidak terkecuali induk sepak bola Tanah Air, PSSI.

"Tetap Semangat Garuda Pertiwi! Mari jadikan pengalaman ini untuk melangkah lebih maju di masa depan," demikian tulis akun twitter PSSI disertai foto skuad Garuda Pertiwi yang tengah bersedih.

Selain apresiasi, di sisi berbeda, tidak sedikit kritik mengemuka. Ramai-ramai warganet "menyerang" PSSI yang dianggap hanya sekadar basa-basi. Bagi mereka menenangkan hati tim dan penggemar yang sedang kecewa adalah satu hal. Ada hal penting yang lebih dari sekadar simpati.

Bagaimana langkah konkret pemerintah (PSSI) untuk meningkatkan kualitas tim putri Indonesia? Apakah dengan hanya bersimpati level permainan Garuda Pertiwi akan terdongkrak dengan sendirinya?

Itulah sejumlah keprihatinan yang menuntut jawaban dan realisasi dari PSSI selaku motor penggerak utama sepak bola dalam negeri.

Hemat saya, sejumlah cuitan itu sesungguhnya mewakili keprihatinan publik. Melihat tim putri kalah bersaing dengan negara-negara tetangga tentu melahirkan segudang pertanyaan. Tidak hanya di level junior, di tingkat senior pun, rapor timnas putri Indonesia dipenuhi garis merah.

Kita coba merunut sejumlah turnamen yang diikuti Indonesia sejak awal tahun. Di Piala AFF Wanita edisi ke-12 tahun ini, Garuda Pertiwi babak belur dihajar lawan. Berada di Grup A bersama Australia, Thailand, Malaysia, dan tuan rumah Filipina, gawang Indonesia benar-benar menjadi lumbung gol.

Thailand berpesta empat gol ke gawang Indonesia. Sempat bermain imbang 1-1 kontra Malaysia, Sheva Imut dan kolega digasak Australia 0-4 di laga ketiga.

Tuan rumah Filipina kembali memberi pelajaran di matchday keempat. Carla Bio Pattinasarany sempat membangkitkan harapan Garuda Pertiwi, namun hanya bertahan hingga paruh pertama.

Filipina bangkit setelah jeda dengan mencetal empat gol beruntun. Sarina Isabel Bolden mencetak hat-trick plus satu gol dari Tahnai Lauren Rivera Annis.

Laga terakhir menghadapi Singapura diharapkan bisa menjadi pelipur lara. Sayangnya, harapan tersebut harus bertepuk sebelah tangan. Garuda Pertiwi kembali menalan pil pahit. Takluk dua gol tanpa balas.

Posisi Indonesia di klasemen akhir adalah juru kunci. Hasil dari sekali imbang dan empat kali kalah. Hanya mampu mencetak dua gol dan kebobolan 15 gol.

Hasil yang tak menggembirakan bagi Indonesia pada keikutsertaan kesembilan ini. Walau Garuda Pertiwi sempat mengukir prestasi dengan lolos ke Piala Asia pada Januari 2022, secara keseluruhan penampilan mereka belum memuaskan.

Jangankan bersaing di kancah Asia, di tingkat ASEAN, Indonesia masih menjadi sasaran empuk negara-negara tetangga untuk mendulang poin.

Sejarah baru tampil di Piala Asia di awal tahun justru semakin menunjukkan betapa tertinggalnya sepak bola putri Tanah Air. Menghuni Grup B bersama Filipina selaku tuan rumah, berikut Australia dan Thailand, Garuda Pertiwi benar-benar babak belur.

Dipermalukan Australia 0-18, dipecundangi Thailand 0-4 hingga takluk 0-6 dari Filipina adalah hasil yang dibawa pulang Garuda Pertiwi. Menjadi penghuni dasar klasemen dengan statistik yang membuat kita harus mengelus dada: nir gol dan kebobolan 28 gol.

Sampai kapan?

Lantas, sampai kapan kemalangan Garuda Pertiwi bisa diakhiri? Berbenah adalah harga mati. Tidak hanya sekadar retorika kosong.

PSSI punya target bombastis. Garuda Pertiwi berjaya di Piala Asia Wanita 2038, minimal tembus semifinal.

Target ini terdengar terlalu muluk bila tidak dibarengi dengan pembenahan serius. Hanya akan manis di bibir bila tidak disusul dengan langkah konkret baik dalam menyusun peta jalan maupun pelaksanaan  secara konsekuen dan terukur di lapangan. Untuk itu dibutuhkan gebrakan dan keberpihakan serius PSSI. Tidak bisa tidak.

Pertama, dibutuhkan kompetisi berjenjang yang dikelola secara serius, profesional, dan berkelanjutan. Patut diakui, tidak seperti tim putra, sepak bola putri masih menjadi anak tiri di negeri ini.

Minimnya perhatian tidak hanya dalam penyelenggaraan kompetisi, tetapi juga dalam sepak terjang tim nasional. Di balik hasil buruk tim muda Indonesia, berhembus kabar miris soal seragam yang mereka kenakan yang dianggap masih ketinggalan.

Belum lagi soal promosi dan apresiasi baik melalui wacana positif yang masif, kebijakan strategis, hingga sokongan material.

Pandemi Covid-19 yang menerjang beberapa tahun belakangan ini seperti menegaskan mati surinya kompetisi sepak bola putri dalam negeri. Liga 1 putri dalam dua tahun terakhir tidak digelar. Alasan utama sudah seperti kita ketahui.

Tahun ini, saat Liga 1 putra mulai bergelora, tim putri belum juga menunjukkan isyarat positif. PSSI sudah merencanakan agar Liga 1 putri kembali bergulir. Namun, hingga kini seperti belum ada kejelasan.

Apakah Liga 1 putri tahun ini bakal kembali vakum, PSSI? Semoga tidak!

Kedua, memang daya tarik sepak bola putra masih lebih kuat ketimbang di sektor putri. Lebih berkembang dan maju pengelolaannya-meski tidak setali tiga uang dengan prestasinya-hingga level klub. Demikian juga, dukungan dari pihak-pihak sponsor masih lebih condong melirik sepak bola putra. 

Tidak demikian dengan sepak bola putri yang masih jauh dari perhatian. Belum menjadi magnet yang menggoda para pihak untuk ikut ambil bagian. 

Jelas, hal ini menjadi pekerjaan rumah bersama. Memasyarakatkan sepak bola putri agar bisa melahirkan banyak bibit potensial, menarik perhatian banyak pihak untuk memberikan dukungan pada pengelolaan dan pembinaan  berjenjang dan berkelanjutan baik di tingkat klub maupun tim nasional, hingga keseriusan PSSI untuk membagi perhatian sama besar terhadap sepak bola putri.

Saya membayangkan satu hal ini. Bila fenomena orang kaya dan para artis yang berlomba-lomba membeli klub-klub sepak bola terjadi juga di tim putri, maka fajar geliat industri sepak bola putri dalam negeri niscaya menyingsing.

Semoga!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun