Usai Kodai Naraoka gagal mengembalikan kok untuk menghentikan poin kemenangan, Anthony Sinisuka Ginting langsung membanting raketnya. Sebuah ekspresi yang tak biasa dari seorang Ginting yang kalem itu.
Rupanya, selebrasi yang mengagetkan itu menjadi pelampiasannya  setelah meraih gelar pertama dalam lebih dari dua tahun terakhir. Ginting terakhir kali bertarung di final dan menjadi juara adalah Indonesia Masters 2020.
Setelah itu, Ginting mampu berbicara banyak di Olimpiade Tokyo di tahun yang sama. Medali perunggu yang ia raih sepertinya menjadi akhir dari pencapaian Ginting. Selanjutnya, ia seakan tak putus dirundung malang.
Ginting menjadi pemain yang banyak disorot. Tidak sedikit yang mengecamnya. Tidak terkecuali dari para legenda badminton Indonesia.
Kemenangan 23-21 21-17 atas lawan asal Jepang yang berperingkat 43 BWF menjadi pembuktian akan kembalinya Ginting ke performa terbaik. Pemain kelahiran Cimahi, Jawa Barat yang kualitas dan potensinya sudah diakui dunia kembali menunjukkannya dengan gelar.
Gelar di ajang ini pun menorehkan kenangan tersendiri bagi Ginting. Gelar pertamanya di Negeri Singa setelah tiga kali tampil di partai final. Pada edisi sebelumnya, Ginting menyerah dari senior Naraoka yang saat itu tengah mengganas dan mendominasi. Siapa lagi kalau bukan Kento Momota.
Ginting larut dalam kegembiraan. Begitu juga sang pelatih, Irwansyah. Kala Ginting, ranking 6 BWF, membanting raket, Irwansyah bertepuk tangan, kemudian sujud syukur.
"Saya harus menanggung kemerosotan dan berjuang. Namun, saya tidak pernah berhenti percaya kepada diri sendiri. Saya tahu saya akan keluar lebih kuat dari itu," tegas Ginting..
Pelatih ini ingin mengucap syukur atas pencapaian para anak didiknya. Â Pekan lalu, Chico Aura Dwi Wardoyo berjaya di Malaysia Masters. Dua gelar dalam dua pekan beruntun adalah kegembiraan luar biasa bagi seorang pelatih.
China Apes
Seperti disinggung di awal, China nelangsa kali ini. Harapan meraih tiga gelar pupus. Jangankan tiga, satu gelar pun tak dapat.