Axelsen, unggulan teratas, yang dua kali mempermalukan Ginting di Istora Senayan, Jakarta beberapa waktu lalu.
Ini menjadi laga yang dinanti. Kedua pemain berbeda postur tubuh tetapi memiliki kecepatan, kelincahan, dan pukulan mematikan. Visi bermain antara unggulan pertama kontra unggulan enam akan kembali diuji.
Axelsen yang mengantongi delapan kemenangan, dengan enam di antaranya diraih secara beruntun dari 14 pertemuan, sungguh menjadi "pekerjaan rumah" besar bagi Ginting. Pemain kelahiran Cimahi, Jawa Barat itu harus mempersiapkan diri dengan baik, mulai dari fisik, teknik, hingga mental.
Ginting harus menyiapkan strategi yang tepat untuk meruntuhkan dominasi juara Indonesia Masters 2022 dan Indonesia Open 2022 itu.
Bila Ginting tidak bisa bersiap lebih baik dari pertemuan sebelumnya di Indonesia Open yang berakhir tiga gim, nasibnya bakal seperti pekan sebelumnya di Indonesia Masters.
Axelsen sungguh sedang berada dalam performa terbaik. Axelsen seperti hanya bisa dikalahkan oleh dirinya sendiri.
Sementara itu, Jojo yang melewati hadangan Kenta Nishimoto asal Jepang akan menghadapi pemain sarat pengalaman dari India. Jojo sudah delapan kali bersua Prannoy H.S. Hasilnya, Jojo menang lima kali termasuk di dua pertemuan terakhir.
Jelas, rekor positif itu menambah motivasi Jojo untuk kembali menjaga tren positif itu. Hanya saja, sebagai unggulan tujuh, Jojo harus bisa menjaga fokus agar tidak terpengaruh oleh taktik Prannoy yang memiliki jam terbang tinggi, sambil menghindari kesalahan yang tidak perlu.
Bila Vito berada di "pool" bawah di antara Momota, Lu Guang Zu dari China, dan Kunlavut Vitidsarn asal Thailand, Jojo dan Ginting justru ditakdirkan berada di jalur yang sama yang memungkinkan mereka saling jegal di babak selanjutnya.
Seandainya doa penggemar badminton di Tanah Air terkabul, maka "perang saudara" tunggal putra akan menyeleksi salah satu dari Ginting atau Jojo untuk bertarung di partai pamungkas.
Memang skenario ini tidak mengenakkan. Tetapi, sebelum itu, Ginting setidaknya berkesempatan kesempatan revans atas pemain yang membuatnya menjadi sasaran kritik dari para legenda bulutangkis Indonesia.