Selanjutnya, unsur-unsur kemandirian meliputi sumber penghasilan, makan makanan beragam, tinggal di rumah layak huni, kepemilikan tabungan atau simpanan, tidak ada anggota keluarga usia 7-18 tahun yang putus sekolah, tidak terdapat anggota keluarga yang sakit, dan akses informasi media online/internet.
Interaksi keluarga, pengasuhan ebrsama, rekreasi, bersama, dan keikutsertaan dalam kegiatan sosial atau gotong-royong merupakan variabel dari dimensi kebahagiaan.
Ada kenyataan menarik terkait pola asuh orang tua selama pandemi. Melansir hasil survei BKKBN sebagaimana dipaparkan dr. Irma Ardiana, MAPS, selama masa pandemi, 71,5 persen pasangan suami-istri telah melakukan pola asuh kolaboratif.
Selebihnya, 21,7 persen lebih didominasi istri, dan sisanya, 5,8 persen sepenuhnya berada di tangan sang istri.
Kenyataan itu menarik untuk ditelaah. Data UNICEF dalam laporan berjudul "Towards A Child-Focused COVID-19 Response and Recovery: A Call to Action" yang diterbitkan Agustus 2021, menemukan bahwa saat pandemi para orang tua mengalami tingkat stres dan depresi lebih tinggi. Â Karena itu, pengasuhan anak di rumah saja memiliki risiko tersendiri.
Dalam situasi seperti itu, orang tua tentu tidak bisa menjalankan perannya secara optimal. Bisa saja orang tua justru menghambat pemenuhan kebutuhan emosi dan psikologis anak. Orang tua yang tengah bermasalah bisa jadi meneruskan dan menghadirkan masalah bagi buah hati mereka.
Untuk itu, konsep pola pengasuhan kolaboratif menjadi penting. Pengasuhan bersama dengan mengedepankan komunikasi, negosiasi, kompromi, dan pendekatan inklusif. Alih-alih jenis pendekatan lain seperti otoriter atau permisif.
Lebih spesifik, dokter Irma Ardiana menerangkan demikian. Â "Pengasuhan bersama antara ayah dan ibu menawarkan cinta, penerimaan, penghargaan, dorongan, dan bimbingan kepada anak-anak mereka."
Pola pengasuhan seperti itu akan membantu tumbuh kembang anak. Dalam konteks percepatan penurunan stunting, pendekatan seperti ini sungguh dianjurkan dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) seorang anak. Sehingga berbagai kebutuhan terutama nutrisi dan psiko-sosial seorang anak sudah terpenuhi sejak janin sampai usia 23 bulan.
"Pola asuh yang tepat dari orangtua dinilai mampu membentuk anak yang hebat dan berkualitas di masa depan," tegas dr.Ardiana.