"Bagi anak-anak, kebingungan menghadapi perubahan ruang dan rutinitas baru saat kembali menjalani kehidupan dan interaksi sosial dapat meningkatkan masalah sosial-emosional yang dampaknya bisa berbeda tergantung dengan usia anak dan dukungan dari lingkungannya," demikian dr.Bernie.
Bila tidak dipahami dan diantisipasi, anak-anak bisa mengalami kebingungan dan pada gilirannya bisa memantik masalah-masalah lainnya.
Perkembangan emosi dan sosial anak terganggu dan bisa berdampak hingga usia dewasa seperti gangguan kognitif, depresi, dan potensi penyakit tidak menular.
Dokter Bernie menekankan betapa dekat perkembangan emosi dan sosial dengan kecerdasan otak dan sistem pencernaan yang sehat. Ketiganya seperti mata rantai yang saling terkait dan saling mempengaruhi.
Untuk itu, dr.Bernie menganjurkan, "Agar anak-anak dapat beradaptasi kembali dengan normal, memiliki keterampilan sosial-emosional yang memadai, serta memiliki kemampuan berpikir yang baik, maka orang tua perlu memantau perkembangan sosial emosional anak secara berkala serta memberikan stimulasi dan nutrisi yang tepat."
Pola asuh kolaboratif
Pemerintah sudah menetapkan Indeks Pembangunan Keluarga (IBangga) yang bersumber dari Pendataan Keluarga 2021 yang tertuang dalam metadata Indikator Kinerja Utama BKKBN 2021.
Seperti disampaikan Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Irma Ardiana, MAPS, hal tersebut mencakup tiga dimensi dan 17 variabel.
Tiga dimensi itu adalah ketentraman, kemandirian, dan kebahagiaan. Masing-masing mencakup sejumlah variabel seperti menjalankan ibadah, kepemilikan buku nikah, kepemilikan akta lahir anak usia 0-17 tahun, kepemilikan kartu jaminan Kesehatan, tidak terdapat konflik keluarga, dan tidak mengalami ceraih hidup.Â
Semua ini merupakan bagian dari aspek ketentraman.