Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Air Mata Rexy Mainaky dan Sportivitas Aaron Chia/Soh Yik pada Yeremia di Balik Sejarah Buruk Tuan Rumah Setelah 40 Tahun Indonesia Open

18 Juni 2022   00:46 Diperbarui: 18 Juni 2022   12:59 1457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tindakan sportif diperagakan Aaron Chia pada Yeremia: bwfbadminton.com

 Perasaan para penggemar badminton Indonesia sedang campur aduk. Perempat final Indonesia Open 2022 yang baru saja tuntas di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat (17/6/2022) adalah sebabnya.

Di satu sisi, para penggemar sedang kecewa. Pertama kali sejak Indonesia Open bergulir pada 1982, tidak ada wakil tuan rumah di semifinal.

Artinya, noda hitam pertama mencoreng wajah bulu tangkis dalam negeri setelah 40 tahun penyelenggaraan turnamen prestisius itu.

Indonesia memang pernah puasa gelar di tiga edisi sebelumnya sejak 2014 hingga 2016. Namun, setelah itu, tuan rumah tidak pernah kehilangan muka di babak final. Indonesia rutin menjadi juara sejak 2017 hingga 2021, tak terhitung edisi 2020 lantaran batal digelar.

Ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menjadi yang terbaik pada edisi 2017 dan 2018. Berikutnya giliran Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo yang mengukir hat-trick juara ganda putra pada 2018, 2019, dan 2021.

Pada penyelenggaraan kali ini dengan level turnamen Super 1000, tuan rumah sebenarnya mengirim empat wakil ke babak delapan besar. Sayangnya, tak satu pun berhasil melaju.

Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhani,  Anthony Sinisuka Ginting, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, dan Pramudya Kusumawardana/ Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan gagal melewati hadangan lawan-lawannya.

Apri/Fadia gagal mengulangi pencapaian pekan sebelumnya di Indonesia Masters 2022. Bila saat itu keduanya sanggup melangkah hingga partai final, kali ini langkah mereka dihentikan Lee So Hee/Shin Seung Chan.

Wakil Korea Selatan berhasil "balas dendam" atas kekalahan mereka di babak yang sama pekan lalu. Kali ini, unggulan du aitu menang dua set langsung 21-14, 21-19.

Apri/Fadia, peraih medali emas SEA Games 2021 Vietnam, sebenarnya berpeluang memperpanjang catatan kemenangan atas Lee/Shin menjadi 2-0.

Sayangnya, pasangan muda yang mulai menanjak dari ranking 210 BWF itu mudah melakukan kesalahan di poin-poin kritis. Keunggulan yang sudah diraih, kemudian lepas lantaran tak bisa menguasai kesabaran.

Sementara itu, Viktor Axelsen masih terlalu tangguh bagi Ginting. Sempat memaksa rubber game, rapatnya pertahanan, variasi pukulan yang lebih memadai, smes-smes keras nan akurat yang diperagakan pemain nomor satu dunia membuat Ginting kewalahan.

Ginting yang banyak membuang peluang terutama di gim ketiga akhirnya takluk 13-21, 21-19, dan 9-21 setelah bertarung lebih dari satu jam. Pekan sebelumnya, Ginting malah menyerah straight set, 21-15 21-15.

Patut diakui, Axelsen sedang dalam performa terbaik. Pemain jangkung itu sanggup memaksimalkan keunggulan fisiknya untuk beradu kecepatan, ketangkasan, kekuatan, dan kecerdikan dengan lawan-lawannya.

Juara Indonesia Masters 2022 itu pun memiliki mental yang tangguh. Ia sama sekali tidak terpengaruh dengan tekanan yang diberikan pendukung tuan rumah. Fokus dan konsentrasinya tetap terpelihara sepanjang pertandingan. Bukan tidak mungkin, Axelsen menjadi kandidat terkuat untuk kembali berjaya di Istora.

Ginting harus banyak belajar dari Axelsen. Di balik ketertinggalan skor pertemuan yang semakin menjauh, 4-7, pemain kelahiran Cimahi, Jawa Barat itu harus bisa menjaga agar kualitas-kualitas terbaiknya tidak sampai dikaburkan oleh kesalahan-kesalahan yang tidak perlu.

Fajar/Rian yang diharapkan kembali berjaya setelah The Minions dan The Daddies lebih dahulu tersisih, juga tak bisa menjaga tren positif. Unggulan enam ini menyerah dari Liu Yuchen/Ou Xuanyi yang pernah mereka kalahkan di Badminton Asia Championship (BAC) 2022.

FajRi menyerah dalam dua game 18-21, 18-21 usai berperang selama 45 menit menghadapi pasangan non-unggulan yang kini berada di ranking 75 BWF.

Apakah FajRi, saat ini berada di posisi 6 dunia, sudah mengalami kelelahan? Entahlah.

Tangis Yeremia

Di sisi lain, situasi yang terjadi saat harapan terakhir Merah-Putih, Pram/Yere menghadapi Aaron Chia/Soh Wooi Yik membuat hati penggemar terbagi dalam berbagai keping. Ada sesal, ada apresiasi, ada juga simpati.

Duel tersebut berakhir rubber game, 14-21, 21-12, dan 22-20 untuk kemenangan pasangan Malaysia. Pram/Yere hampir saja mengantongi tiket ke babak empat besar andaisaja berhasil memetik satu poin dalam keunggulan 20-17.

Namun, malang tak bisa ditolak, untung tak bisa diraih. Yere mengalami cedera ketika berusaha menyambar kok di depan net. Ia terjatuh. Dokter pun memberinya pertolongan.

Yere mengalami masalah serius pada lutut kirinya. Walau begitu, ia menolak menyerah. Ia tetap bertarung untuk menuntaskan laga. Dalam kondisi yang tak ideal, Yere hanya terpaku di depan net dan berusaha mengayunkan raket untuk menggapai kok.

Pramudya berusaha melindungi Yere dan berupaya merebut satu poin terakhir. Namun, perjuangan mereka tak bisa berakhir manis. Aaron/Soh yang berada dalam situasi lebih baik, berhasil mengejar ketertinggalan dan berbalik mengunci pertandingan berdurasi 56 menit itu.

Sempat berdiri untuk memberikan salam kepada pasangan Negeri Jiran. Yere kemudian tak bisa menjaga keseimbangan. Ia lantas berbaring di tengah lapangan. Ia tak bisa menahan air mata saat keluar dari lapangan pertandingan di atas kursi roda.

Jujur, momen tersebut sungguh mengharukan. Semangat juang Yere layak diacungi jempol. Begitu juga Pramudya yang berupaya menopang parternya untuk menyelesaikan pertandingan.

Tindakan sportif diperagakan Aaron Chia pada Yeremia: bwfbadminton.com
Tindakan sportif diperagakan Aaron Chia pada Yeremia: bwfbadminton.com

Sementara itu, pasangan Malaysia juga menuai apresiasi. Aaron/Soh dengan sengaja tidak melancarkan serangan pada Yere yang sudah tak berdaya.

Soh yang mengambil dua servis penentuan tidak memainkan trik "flick service" untuk mengambil keuntungan dari Yere yang tak bisa bergerak.

Pasangan Malaysia itu tidak memanfaatkan cedera lawan untuk segera mendapatkan keuntungan.

"Bukan itu yang ingin kami lakukan. Meskipun kami ingin menang, kami tidak akan melakukan hal seperti itu."

Demikian Aaaron Chia kepada situs resmi BWF terkait kemungkinan melakukan servis cepat pada Yere.

Chia sungguh bersimpati pada Yere. Ia sadar bila Yere tidak sampai cedera saat "match point" hasil akhir jelas berbeda.

"Jujur, saya pikir hari ini mereka seharusnya menang. Sayangnya dia mendapat cedera lutut, tidak banyak yang bisa dikatakan. Kami merasa permainan itu 99,99 persen kalah. Saya harap dia pulih."

Setelah mendapat "keuntungan" dari cedera Yere, pasangan Malaysia itu langsung menyeberangi net untuk menghibur Yere.

Ada momen berikutnya yang bikin haru. Pelatih Malaysia, Rexy Mainaky, mendatangi Yere yang tengah terbaring di lapangan dan memeluknya.

Rexy bahkan tak kuasa menahan air mata saat menjumpai para wartawan usai laga. Sebagai mantan pemain spesialis ganda Indonesia, ia tahu dan sungguh merasakan kepedihan hati Yere. 

Walau statusnya adalah direktur pelatih Badminton Association of Malaysia (BAM),  Ia sangat memahami apa yang sedang dan akan terjadi pada pemain muda itu. Mantan pelatih PBSI itu seperti ikut merasakan kesedihan pemain muda potensial yang tengah bersinar.

Pram/Yere hampir menggenggam tiket semifinal dengan kembali mengalahkan Aaron/Soh seperti di BAC 2022 dan membuat sejarah kelam tak sampai menghampiri tuan rumah setelah empat dekade Indonesia Open. Pasangan jawara BAC 2022 itu justru harus mengalami kemalangan, melengkapi penderitaan tiga wakil lainnya. 

Dokter PP PBSI, dr Grace Joselini Corlesa, belum bisa memastikan kondisi Yere sesungguhnya sampai dilakukan Magnetic Resonance Imaging (MRI) di Rumah Sakit Pondok Indah, Bintaro.

Kita berharap tanpa wakil tuan rumah, Istora tetap bergemuruh. Teriakan eaa..eaa..eaa.. tetap bergema hingga laga penghabisan.

Tak kalah penting, semoga Yere bisa melewati ujian ini. Usianya masih sangat muda, 22 tahun. Harapan dan doa semua orang pun sama: tidak ada kabar buruk berikutnya sehingga dunia bisa kembali terhibur oleh performa ciamik Yere dan Pram yang saat ini sedang menanjak dari ranking 16 BWF.

Terima kasih Aaron/Soh dan Rexy Mainaky. Kalian sudah menyebarkan nilai-nilai utama. Pesan sportivitas dan kepedulian. Walau berbeda bendera dan kewarganegaraan, kalian mengingatkan bahwa sejatinya kita tetap satu: sesama manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun