Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Sejauh Mana Gelar Piala Thomas 2022 Berdampak bagi Pebulutangkis India di Istora?

16 Juni 2022   11:31 Diperbarui: 16 Juni 2022   21:22 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lakshya Sen, rising star tunggal putra India: foto humas PBSI via Kompas.com

Tim putra India yang menjuarai Piala Thomas edisi terkini di Bangkok, Thailand, pertengahan Mei 2022 menjadi salah satu pusat perhatian di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, tempat dua turnamen  elite digelar secara beruntun.

Setelah tim Negara Anak Benua mengukir sejarah, pertama kali ke final dan menjadi juara dalam 73 tahun penyelenggaraan turnamen beregu itu, mereka pun ditantang secara individual di Indonesia Masters 2022 dan Indonesia Open 2022.

Apakah masing-masing pemain bakal tampil spartan sebagai pemain tunggal dan ganda saat terpisah dari kawanan?

Seperti apa performa mereka setelah membuat Indonesia, tim paling sukses di Piala Thomas yang jauh lebih diunggulkan di final saat itu, harus bertekuk lutut?

Adakah dampak positif dari gelar bergengsi di jagad badminton dunia bagi negara yang lebih familiar dengan olahraga kriket itu?

Jangan-jangan mereka termakan euforia usai menjadi negara keenam yang menjuarai Piala Thomas setelah sebelumnya gelar hanya berpindah tangan di antara China, Malaysia, Indonesia, Jepang, dan Denmark?

Di Indonesia Masters, turnamen level Super 500 yang berakhir akhir pekan lalu, sektor putra hanya menyisahkan Lakshya Sen di babak perempat final.

Tunggal putra yang menyumbang angka pertama bagi India usai mengalahkan Anthony Sinisuka Ginting, 21-8, 17-21, 16-21, ternyata tak bisa berbicara banyak. Langkah pemain ranking 10 BWF itu terhenti di delapan besar.

Ia tak bisa melewati hadangan pemain senior Taiwan dengan ranking dunia lebih tinggi, Chou Tien Chen. Walau begitu, Lakshya mampu memberikan perlawanan selama lebih dari satu jam sebelum menyerah rubber game 21-16, 12-21, dan 21-14 pada sang finalis yang di partai final takluk dari Viktor Axelsen.

Bagaimana dengan para pemain tunggal lainnya dan para pemain ganda?

Kidambi Srikanth yang menjadi penentu kemenangan India usai menaklukkan Jonatan Christie dalam dua gim, 15-21, 21-23 memilih tidak ambil bagian di Indonesia Masters. Pemain ranking 11 BWF itu baru turun gunung di turnamen level Super 1000.

Langkah Srikanth tersandung di babak pertama. Pemain senior yang tampil konsisten sepanjang Piala Thomas tak bisa mengatasi perlawanan pemain 41 BWF dari Prancis, Brice Leverdez. Srikanth takluk straight set 23-21 dan 21-10 dalam waktu 42 menit.

Tidak terlihat performa terbaik Srikanth yang di partai pamungkas  membuat Jojo tak berkutik. Kala itu ia tampil luar biasa dengan kombinasi pertahanan yang rapat, serangan yang terorganisir, dan smes silang yang menuai decak kagum

Sayangnya, ganda putra terbaik India, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty batal tampil. Pasangan nomor delapan BWF yang dijadwalkan mengikuti Indonesia Open 2022 harus mengundurkan diri karena salah satu dari antaranya mengalami cedera lutut.

Mundurnya Rankireddy/Shetty membuat publik Tanah Air tak bisa melihat sepak terjang mereka setelah menyumbang poin kedua bagi India di final dengan mengalahkan pasangan gado-gado Mohammad Ahsan/Kevin Sanjaya Sukamuljo, 21-18, 21-23, 19-21.

Bila harus jujur, pasangan ini menjadi salah satu incaran para pemain Indonesia yang ingin melihat sejauh mana konsistensi dan keperkasaan mereka saat berlaga di Istora.

Begitu juga para penonton tuan rumah tentu ingin melihat dari dekat sekaligus memberi tekanan balasan pada pasangan yang terkenal dengan selebrasi yang meluap-luap itu.

Pengaruh Piala Thomas

Sebagai negara yang tidak memiliki tradisi badminton yang kuat, prestasi yang belum lama diukir di Bangkok, adalah kegembiraan tersendiri. Tampil dengan seragam polos tanpa sponsor, cepat atau lambat badminton India bakal langsung mendapat perhatian.

Pembuktian bahwa para pemain putra India bisa bersaing di pentas dunia, seperti yang sudah ditunjukkan sektor putri melalui sejumlah pemain seperti Saina Nehwal hingga P.V Sindhu. Prestasi yang memantik keyakinan, mempertebal kepercayaan diri, dan mendongkrak motivasi para pemain India umumnya.

Pasangan MR Arjun dan Dhruv Kapila sungguh merasakan suntikan energi gelar Piala Thomas saat berlaga di Indonesia Open. Menghadapi pasangan Jepang, Keiichiro Matsui/Yoshinon Takeuchi, keduanya tampil pantang menyerah.

Ganda putra ranking 40 BWF itu terlibat persaingan ketat dengan lawannya dengan ranking dunia 10 tangga di depan mereka.  Di set ketiga, mereka sempat memimpin 10-5, namun pasangan Jepang itu berhasil mengejar dan berbalik memimpin.

Arjun/Kapila akhirnya bisa kembali merebut momentum untuk mengunci kemenangan 27-25 18-21 21-19 dalam waktu hampir 90 menit.

"Keyakinan telah menjadi elemen kunci bagi kami dalam memenangkan Piala Thomas, dan meskipun kami sendiri tidak bisa bermain hingga babak sistem gugur, kemenangan tim telah mendorong kami semua di tim dan di India juga," beber Arjun melansir situs resmi BWF.

Arjun bersaksi,  gelar Piala Thomas telah mengubah banyak hal di negara mereka. Dari kriket-sentris, kini badminton mulai menuai atensi.

Tidak hanya itu. Badminton di negara itu pun mulai mendapat prioritas. Mereka lebih yakin untuk meyusun agenda keikutsertaan dengan pertimbangan yang lebih matang.

"Kami mendapat ucapan selamat, tetapi Mathias (Boe) dan Gopi (pelatih kepala) memastikan kami kembali berlatih setelah tiga hari. Makanya kami mundur dari Indonesia Masters, supaya bisa persiapan selama dua minggu."

Arjun/Kapila akan memelihara api semangat agar tak sampai padam di tengah perjalanan Indonesia Open 2022.

Pasangan China Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi yang mematahkan semangat pendukung tuan rumah usai membungkam pasangan senior The Daddies, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan 21-17 24-22, akan menguji sejauh mana mereka mampu melangkah.

Keyakinan yang sama dialammi oleh HS Prannoy. Sayangnya, pemain senior India ini mendapat undian yang kurang menguntungkan. Pemain 29 tahun ini dipaksa saling jegal dengan juniornya Lakshya Sen.

Memang kita tak melihat Prannoy sang petarung. Ia terlihat membiarkan juniornya yang berusia 20 tahun itu mendominasi sepanjang pertandingan.  Tiket ke babak 16 besar bisa direbut Lakshya dengan mudah, 21-10 21-9 dalam waktu 34 menit.

Nasib Prannoy identik dengan kompatriotnya, Sai Praneeth B yang menyerah dari pemain veteran Denmark, Hans-Kristian Solberg Vittinghus, 21-16 dan 21-19.

Walau ia harus kalah dalam "perang saudara" itu, ada hal yang belum bisa ditaklukkan. Seperti kata Prannoy, "Anda bisa melihat banyak energi positif di sesi latihan. Itu sangat penting. Memenangkan Piala Thomas adalah salah satu peristiwa yang memberi dorongan bagi seluruh ekosistem olahraga di India."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun