Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Konsistensi Fajar/Rian Berbuah Gelar Indonesia Masters 2022 dan Tawa-Tangis Greysia Polii Akhiri Perjalanan 30 Tahun

12 Juni 2022   21:33 Diperbarui: 13 Juni 2022   00:08 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fajar/Rian menempati podium juara Indonesia Masters 2022, kalahkan pasangan non-unggulan dari China: pbsi.id

 Babak final Indonesia Masters 2022 di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (12/6/2022) meninggalkan banyak kesan bagi penggemar badminton Tanah Air khususnya dan dunia umumnya.

Di satu sisi, dua wakil Indonesia yang bertarung di partai pamungkas menyelamatkan wajah tuan rumah. Satu gelar yang kemudian diraih mengurangi dominasi China untuk menggondol empat gelar (setelah Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong menjuarai ganda campuran, Chen Yu Fei berjaya di tunggal putri, dan Chen Qing Chen/Jia Yi Fan di ganda putri)  dan lebih dari cukup menghibur para penggemar yang telah menjaga iklim semarak Istora selama sepekan terakhir.

Lebih dari itu, gelar tersebut menunjukkan konsistensi pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto sejak awal tahun.

Di sisi lain, laga pamungkas turnamen Super 500 ini menjadi akhir dari perjalanan 30 tahun karier Greysia Polii di dunia tepok bulu.

Pemain spesialis ganda yang berusia 34 tahun itu resmi gantung raket. Sebagai penghormatan atas dedikasinya yang mulai memperkuat tim nasional sejak 2003, dibuatkan seremoni khusus bertajuk Greysia Polii Testimonial Day.

Acara ini sengaja dikemas untuk memberikan apresiasi kepada Greys. Hadir banyak pihak yang mewakili insan olahraga Indonesia dan dunia.

Ketua Umum PBSI, Agung Firman Sampuran, Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali, dan Ketua NOC Indonesia Raja Sapta Oktohari turut serta.

Greys juga mengajak para lawan yang selama ini selalu beradu di lapangan pertandingan untuk terlibat dalam acara perpisahan itu. Begitu juga rekan-rekan sepelatnas dari sektor berbeda.

Greysia Polii di antara para pemain dunia yang ambil bagian dalam laga ekshibisi: tangkapan layar  Youtube PBSI via Kompas.com
Greysia Polii di antara para pemain dunia yang ambil bagian dalam laga ekshibisi: tangkapan layar  Youtube PBSI via Kompas.com

Mereka memainkan laga ekshibisi dengan berganti-ganti pasangan dan menggunakan format yang tak biasa.  Menggunakan sistem rally point dengan angka ke-11 sebagai penentu dan setiap poin bernilai Rp 3 juta. Total dana yang terkumpul sebesar Rp 156 juta dimanfaatkan untuk kegiatan amal.

Greys yang menjadi tokoh kunci terlibat dalam pertandingan tiga lawan tiga, dua lawan dua, dan empat lawan empat.

Mula-mula ia bepasangan dengan  Anthony Sinisuka Ginting dan pemain ganda putra Taiwan, Wang Chi Lin. Lawan mereka adalah Hendra Setiawan, Jonatan Christie, dan tunggal putri Taiwan, Tai Tzu Ying.

Di gim kedua, Greys bertandem dengan pemain ganda campuran Jepang, Yuta Watanabe. Keduanya menghadapi duet Sapsiree Taerattanachai dari Thailand dan Wang Yilyu asal China.

Sebelum seremoni berakhir, Greys ambil bagian bersama Jongkolphan Kititharakul (Thailand), Shin Seung Chan (Korea Selatan), Thinaah Muralitharan (Malaysia) menghadapi Gabriela Stoeva (Bulgaria), Ashwini Ponnappa (India), Misaki Matsutomo (Jepang), dan Huang Dongping (China).

Tim Greys menjadi pemenang dengan skor akhir 7-5.

Pertandingan itu sungguh menghibur. Para pemain tidak hanya mengejar poin. Mereka juga berlomba-lomba melepaskan "trick shoot."

Gelak tawa menggema di Istora menyambut aksi kocak para pemain menghadapi pertandingan yang tak lazim itu. Hiburan atas air mata Greys, Apriyani Rahayu, dan para penggemarnya.

Sebelum laga hiburan, Greys mencurahkan isi hatinya secara singkat. Pemain yang sering berganti pasangan mulai dari Heni Budiman, Jo Novita, Meiliana Jauhari, Vita Marissa, Nitya Krishinda Maheswari, hingga Apriyani Rahayu, tak kuasa menitikan air mata saat mengucapkan kata-kata perpisahan.

Selam tiga dekade menjalani jatuh-bangun sebagai atlet badminton. Puluhan gelar sudah ia raih dan berpuncak pada medali emas Olimpiade Tokyo 2020 bersama juniornya, Apriyani Rahayu.

"Seperti yang Pak Menteri Zainudin bilang bahwa darah saya adalah bulu tangkis. Saya hanya hidup lima tahun tidak bulu tangkis, 30 tahun itu bulu tangkis."

Begitulah ringkasan atas sepak terjang sang legenda.

Konsistensi Fajar/Rian

Fajar/Rian keluar sebagai juara ganda putra usai menyingkirkan Liang Wei Jeng/Wang Chang. Pasangan non-unggulan dari China itu tak bisa meladeni permainan cepat, ketenangan, dan kematangan unggulan kelima.

Fajar/Rian benar-benar menggapai klimaks setelah melewati berbagai rintangan mulai dari laga pertama. Lawannya yang berperingkat 424 tak bisa mengeluarkan permainan terbaik seperti saat menyingkirkan The Minions, Marcus Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo di babak semifinal.

Fajar/Rian yang kini berada di posisi tujuh BWF hanya butuh 36 menit untuk mengunci kemenangan straight set 21-10 dan 21-17.

Konsistensi Fajar/Rian sebenarnya tidak hanya ditunjukkan di turnamen ini. Merunut sepak terjang mereka sejak awal tahun, keduanya selalu menginjak babak semifinal dalam lima turnamen terakhir.

Mulai dari Swiss Open yang berakhir dengan gelar juara, lalu menjadi runner-up Korea Open, hingga semifinalis Badminton Asia Championship dan Thailand Open.

Gelar ini sungguh spesial bagi pelapis The Minions dan The Daddies itu. Gelar kedua di tahun ini. Pertama kali mereka merasakan gelar Super 500 sejak Korea Open 2019. Pertama kali pula keduanya menginjakk podium tertinggi di kandang sendiri, Istora Senayan yang magis itu.

“Kami mau lebih konsisten, selepas di Swiss Open kami ingin bermain lebih baik lagi dan masuk ke dalam lima besar ganda putra dunia,” ungkap Fajar usai pertandingan menukil pbsi.id.

Hasil final Indonesia Masters 2020, China tiga gelar, Indonesia dan Denmark masing-masing satu gelar: tournamentsoftware.com
Hasil final Indonesia Masters 2020, China tiga gelar, Indonesia dan Denmark masing-masing satu gelar: tournamentsoftware.com

Harapan Ganda Putri

Greys tentu tersenyum bangga melihat penerusnya, Apriyani Rahayu dan Siti Fadia Silva Ramadhanti, tersenyum lebar di podium Indonesia Masters 2022.  Momen yang terjadi tepat saat Greys memutuskan pensiun sebagai pemain profesional.

Tidak disangka-sangka Apri/Fadia bisa menjadi finalis turnamen Super 500, tak lama setelah dipasangkan. Sebelumnya, mereka langsung menggebrak di turnamen pertama mereka sebagai pasangan dengan membawa pulang medali emas SEA Games 2021 Vietnam, beberapa waktu lalu.

Sebagai pasangan pendatang baru, kedunya mampu mengalahkan para unggulan. Medali emas nomor individual didapat dengan menggasak dua jagoan Thailand, Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai  dan pasangan kakak-beradik, Benyapa Aimsaard/Nuntakarn Aimsaard.

Selanjutnya, predikat mereka sebagai penaklukk para raksasa berlanjut di Istora.  Lee So Hee/Shin Seung/Chan unggulan dua dari Korea Selatan ditumbangkan di perempat final. Kemudian giliran pasangan unggulan enam, Pearly Tan/Thinaah Muralitharan di babak semifinal.

Sayangnya, Apri/Fadia, yang dijagokan di tempat ketujuh tak mampu menuntaskan predikat sebagai "the giant killer" sesungguhnya dengan mengalahkan unggulan pertama, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan.

Chen/Jia  yang sudah jauh lebih berpengalaman dan matang berhasil meredam agresivitas Apri/Fadia dalam dua gim, 21-18 dan 21-12.

Apriyani Rahayu/Siti Fadia menjadi harapan masa depan ganda putri Indonesia: pbsi.id
Apriyani Rahayu/Siti Fadia menjadi harapan masa depan ganda putri Indonesia: pbsi.id

Pertandingan 42 menit itu memang tak mampu membawa Apri/Fadia ke tangga juara. Namun, Apri/Fadia memanen pelajaran dari para jagoan.

Bagaimana mereka mengolah tekanan, emosi, memanfaatkan kemampuan secara efektif, menumbuhkan kepercayaan diri, hingga menjaga konsistensi. Hal-hal tersebut memang akan berkembang seiring bertambahnya jam terbang.

Sebagai pasangan muda, masa depan Apri/Fadia tentu masih panjang. Setelah ditinggal Greysia Polii, Apri akan mengambil tanggung jawab lebih sebagai senior. Pengalaman yang ia dapat dari Greys bisa disalurkan kepada para pemain muda. Estafet yang  ia emban untuk meneruskan prestasi sektor ganda putri Indonesia adalah misi berat yang menuntut kerja keras dan dedikasi.

“Bersyukur bisa melaju ke final. Melihat lawan tangguh kami jadi termotivasi untuk berlatih lebih giat untuk menghadapi lawan-lawan seperti itu,” tandas Fadia.

Sekali lagi. Meski Apri/Fadia tak meraih gelar juara, keduanya membuat perpisahaan Greysia Polii hari ini tidak mengharu biru, meninggalkan rasa kehilangan yang dalam, dan membangkitkan tanda tanya dan keraguan akan masa depan ganda putri Merah Putih.

Setelah Greys, masih ada Apri. Pasca-Greys/Apri, terbitlah Apri/Fadia.

Selamat kepada para pemenang dan terima kasih Greys!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun