Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Taktik Mengelola Dendam dan Kunci Liverpool Redam Madrid di Final Liga Champions

27 Mei 2022   23:34 Diperbarui: 28 Mei 2022   23:57 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen final Liga Champions 2017/2018, Madrid vs Liverpool. Sergio Ramos memeluk Salah yang bermain 30 menit saja: AFP/FRANCK FIFE via Kompas.com

Liverpool dan Real Madrid, seperti sudah kita catat dalam ingatan, akan saling berhadapan di final Liga Champions Eropa di Stade de France, Minggu (29/05/2022) dini hari WIB.

Pertarungan dua tim terbaik dari dua liga top di Eropa. Duel Liga Inggris versus LaLiga. Perang antara tim paling sukses sepanjang sejarah kompetisi menghadapi tim yang bersemangat meraih tiga gelar musim ini.

Trofi Liga Champions musim ini akan diperebutkan dengan melibatkan banyak unsur. Mulai dari sejarah, gengsi, hingga dendam.

Seperti kita tahu, Liverpool memiliki kenangan pahit di NSC Olimpyskiy, Kiev, Ukraina, 26 Mei 2018 silam. Peristiwa empat tahun lalu yang berakhir dengan skor 3-1 untuk memberi Madrid gelar ke-13 di turnamen prestisius antarklub di Eropa itu.

Satu gol Karim Benzema dan "brace" Gareth Bale tak bisa diimbangi Liverpool yang hanya mampu mencetak satu gol dari Sadio Mane.

Kesedihan yang menyelimuti Liverpool kala itu. Mereka gagal merebut trofi keenam lebih cepat, yang kemudian terbalaskan setahun berselang di Madrid usai memenangi "all English final" kontra Tottenham Hotspur.

Bagi Mohamed Salah, momen itu tak bisa dilupakan begitu saja. Bila Loris Karius meratapi kesalahannya, Salah malah menangisi nasibnya yang hanya bertahan tak lebih dari 30 menit sebelum Sergio Ramos menyenggolnya. Cedera bahu membuatnya harus meninggalkan lapangan sambil berurai air mata.

"Saya benar-benar down. Saya menjalani musim yang bagus dan kemudian memainkan final Liga Champions pertama saya dan keluar begitu cepat adalah hal terburuk yang bisa terjadi pada saya."

Demikian kenang Salah melansir Dailymail.co.uk. Tak heran bila striker internasional Mesir itu langsung membunyikan lonceng perang tak lama setelah Madrid melakukan "comeback" sensasional atas Manchester City di babak semifinal.

Setelah Chelsea dan Paris Saint-Germain, Madrid berhasil membalikkan keadaan dan membuat berbagai prediksi yang kurang menguntungkan Madrid menjadi tak berarti.

Menyingkirkan tim bertabur bintang dari Prancis dan dua unggulan dari Liga Primer Inggris, membuat Salah semakin termotivasi untuk menguji sejauh mana ketangguhan Madrid. Reaksi Salah yang kemudian dianggap sebagai bentuk arogansi dan tidak sedikit memantik sindiran balasan.

Pelatih Liverpool, Jurgen Klopp sadar pertemuan kali ini tidak bisa menghilangkan kenangan pahit itu. Ia tahu para pemainnya masih mengingat bagaimana Madrid membuat mereka kecewa.

Khusus tentang Salah, andalan lini serang Liverpool dalam empat setengah tahun terakhir yang sudah memanen berbagai gelar, kecuali bersama negaranya. Salah yang gemilang bersama Liverpool namun malang bersama Mesir. Ia seperti diliputi kesedihan beruntun di tahun ini.

Gagal juara Piala Afrika 2022. Lantas, hatinya semakin tersayat karena kegagalannya mengantar Mesir ke putaran final Piala Dunia 2022. Sedihnya, dua kali nasib mereka dipertaruhkan melalui adu penalti dengan Salah sekali gagal mengeksekusi penalti di pertandingan penentuan ke Piala Dunia Qatar. Dua kegagalan itu terjadi di hadapan negara yang sama: Senegal. Dengan rekan setim di sana: Sadio Mane.

Namun, Klopp tidak ingin kenangan itu membekas sebagai balas dendam. Manajer asal Jerman itu tidak mau timnya justru terpenjara dalam emosi negatif yang sia-sia. Menghadapi pertandingan besar dengan bekal emosional semata justru akan menjadi bumerang.

"Saya tidak percaya pada balas dendam tetapi saya memahaminya. Saya tidak yakin itu hal yang benar untuk dilakukan," tandas Klopp.

Emosi harus dikelola dengan baik. Balas dendam perlu dilakukan secara taktis.

Syarat Liverpool

Liverpool akan menghadapi skuad asuhan Carlo Ancelotti yang berusaha mempertahankan sejarah dominasi, tetapi tidak tampil dalam versi klasik. Seperti yang mereka tunjukkan di musim ini melalui momen-momen luar biasa.

Drama terakhir menghadapi Manchester City di leg kedua babak semifinal menjadi salah satu kenangan yang tak bisa dilupakan, termasuk oleh Liverpool.

Berada dalam tekanan sepanjang pertandingan, tak mampu melepaskan tembakan tepat sasaran, tetapi Madrid bisa mencetak dua gol di waktu tambahan untuk memaksa pertandingan berlanjut ke babak tambahan dan kemudian menang.

"Jika Anda hanya mengambil 10 menit terakhir dari pertandingan Real, maka Anda mengatakan mereka tidak terkalahkan dan kami tidak memiliki peluang karena comeback sangat istimewa," aku Klopp.

Klopp sadar. Madrid adalah petarung. Mereka punya mental baja.

Situasi serupa jangan sampai terulang. The Reds jangan sampai jemawa, lantas lengah walau hanya 10 menit, lima menit, atau bahkan dua menit. Sebaliknya, mereka harus benar-benar memanfaatkan waktu yang cukup panjang dan memastikan tidak ada menit yang lewat tanpa fokus dan konsentrasi.

Selain sejarah pemenang dan mental yang tangguh, tim tersebut juga memiliki amunisi yang bisa diandalkan untuk bertarung dengan skuat Liverpool yang dihuni oleh para pemain bintang, termasuk Luis Diaz.

Salah satu titik sentral yang perlu menjadi perhatian Liverpool adalah lini serang. Trio Luka Modric, Toni Kroos, dan Casemiro akan menjadi kunci dalam mengatur serangan dan memutus aliran bola. Mereka sudah terbiasa menghadapi tugas tersebut.

Apakah lini tengah Liverpool dalam kondisi siap beradu?

Mendengar kabar tentang Thiago Alcantara dan Fabinho, situasi akan menjadi tidak ideal. Thiago mengalami cedera archilles usai membantu Liverpool memetik kemenangan 3-1 atas Wolverhampton di pekan terakhir, yang hampir saja membawa mereka ke tangga juara, seandainya Aston Villa tak membiarkan keunggulan dua gol dikejar Manchester City.

Fabinho baru berlatih tengah pekan ini. Sementara Thiago diragukan tampil.

Bila kedua pemain itu tidak dalam kondisi prima, apalagi salah satunya dipastikan absen, maka Liverpool akan berada dalam bahaya.

Liverpool boleh punya Salah, Mane, dan Diaz. Tetapi mereka sungguh membutuhkan Thiago yang bisa mengatur ritme dan siap melayani mereka dengan umpan-umpan terukur.

Sementara Fabinho sangat diandalkan untuk memutus aliran bola dari lini tengah Madrid yang akan menyasar Vinicius Junior, Rodrygo Goes, hingga Karim Benzema.

Ketiga pemain depan itu tak kalah berbahaya. Mereka sudah membuktikan di kompetisi elite ini. Kecepatan, penempatan diri, hingga naluri gol, tak perlu diragukan lagi. Mereka bisa menjadi momok yang membawa mimpi buruk bagi Liverpool.

Masih ada waktu untuk memastikan kedalaman skuad Liverpool. Masih ada kesempatan bagi Liverpool untuk mempersiapkan diri. Klopp sudah tahu bagaimana harus mempersiapkan diri agar final ketiganya ini tidak kembali berakhir tragis. Tidak hanya fisik dan taktik, juga mental para pemainnya.

Mereka akan menghadapi Madrid yang sudah siap menyambut gelar ke-14. Carlo Ancelotti pun sudah jauh-jauh hari memberi tahu dengan cara apa mereka akan meredam Liverpool sehingga ia bisa semakin berbangga diri menjadi pelatih pertama yang empat kali mengangkat "si kuping besar."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun