Melihat kontrak dengan nomilan fantastis berikut segala privilese, Mbappe seakan-akan tidak butuh banyak waktu untuk menimbang. Godaan ekonomi yang sedemikian besar seperti mengaburkan akal sehat Mbappe.
Padahal Mbappe membuat PSG dan Madrid harus menanti kepastian selama berbulan-bulan. Kedua kubu seperti bersaing hingga batas akhir.
Keputusan ya pada PSG dan tidak pada Madrid diambil setelah Mbappe melakukan konsultasi ke berbagai pihak. Seperti laporan Julien Laurens, Rodrigo Faez dan Alex Kirkland dari ESPN, Mbappe harus melewati negosiasi, pembicaraan, momen, tawaran, ketidakpastian, hingga keraguan selama berbulan-bulan.
Ia tidak mengambil keputusan atas dasar pertimbangannya sendiri. Sejak awal tahun Mbappe sudah mengatakan bahwa tenggat waktu, waktu, hingga cara memutuskan akan dipilih dan ditempuh sesuai caranya sendiri.
Ia mendengar pendapat kedua orang tuanya, Fayza dan Wilfried. Pengacaranya, Delphine Verheyden juga dimintai pendapat.
Tidak hanya itu. Presiden Prancis, Emmanuel Macron dan sejumlah orang penting juga ikut mengubunginya. Memberinya masukan dan pertimbangan.
Politik
Ada banyak hal yang Mbappe sampaikan setelah penandatangan perpanjangan kontrak. Tidak hanya menegaskan permintaan maaf pada Madrid, menyusul pesan singkat yang ia kirimkan kepada Presiden Florentino Perez segera setelah ia menerima tawaran PSG.Â
Ia juga mengedepankan sisi nasionalismenya. Bukan uang semata yang membuatnya bertahan. Ada proyeksi masa depan yang ingin mereka bangun bersama di negara asalnya. Ia pun menjadi salah satu pemegang "kunci" proyek itu.
"Meninggalkan negara saya bukanlah hal yang benar. Ada aspek sentimental untuk ini, dan proyek olahraga juga telah berubah."
Memiliki modal bakat yang luar biasa. Ia sudah membuktikannya baik di level domestik maupun internasional bersama timnas Prancis. Empat kali beruntun menjadi pencetak gol terbanyak di Ligue 1, sejalan dengan dominasinya mereka yang nyaris mutlak.