Ginting, dengan ranking dunia yang lebih rendah dibanding Momota dan begitu juga tertinggal dalam skor "head to head" sudah menunjukkan perkembangan signifikan dan mampu mengimbangi Momota.
Pada pertandingan krusial hari ini Ginting dan Momota ingin menandai "comeback" mereka setelah gagal menyumbang angka di babak grup.
Ginting menelan tiga kekalahan beruntun masing-masing dari pemain Singapura, Loh Kean Yew, 13-21 dan 14-21 di laga pertama, berlanjut takluk dari Kunlavut Vitidsarn asal Thailand, 12-21, 21-15, 9-21 hingga menjadi salah satu sebab tim Indonesia sampai ketar-ketir menghadapi Korea Selatan dalam perebutan juara Grup A setelah takluk 16-21, 21-15, 14-21 dari Heo Kwanghee.
Ginting baru mendapat titik balik saat kembali dipercaya menghadapi China. Bersua pemain 38 BEF, Zhao Jun Peng, Ginting yang berada di ranking 5 BWF menang rubber game, 21-12,25-27, dan 21-17.
Menghadapi Momota di pertemuan ke-16, Ginting tidak mau membiarkan mantan pemain nomor satu dunia itu mendiktenya sejak awal.
Unggul 4-2, Ginting terus melaju hingga 11-6 di interval gim pertama. Ginting memberi tekanan kepada Momota dengan smes silang akurat, permainan depan net ciamik, hingga pertahanan yang rapat.
Momota tak diberi kesempatan untuk menemukan pola permainannya. Pemain yang kini berada di ranking 2 BWF terus tertinggal 18-8 hingga kehilangan gim pertama.
Situasi berubah di gim kedua. Laiknya pertarungan dua pemain dengan kualitas di atas rata-rata, Momota mendapat momentum bangkit. Sempat imbang 5-5, Momota mendapat kesempatan memimpin.
Momota unggul 10-11, lalu memperlebar keunggulan 12-16. Patut diakui Ginting kehilangan akurasi. Mungkin saja disebabkan karena stamina yang mulai terkuras. Momota hanya memberi Ginting 14 poin untuk memaksa pertandingan berlanjut ke set ketiga.
Ginting kembali ke bentuk terbaik di set penentuan. Ia langsung tancap gas 5-2. Ginting memperagakan sisi terbaik yang sempat hilang. Variasi pukulan, smes silang yang tajam, hingga keberanian beradi di depan net.