Seperti Indonesia, Korea Selatan juga menjadi kontestan yang mencuri perhatian di Piala Uber 2022. Keduanya adalah dua dari delapan tim yang melaju ke babak perempat final Piala Uber 2022. Korea Selatan dan Indonesia menemani tim-tim unggulan seperti China, Jepang, dan Taiwan, juga  Denmark dan India.
Kedua negara itu melewati babak penyisihan grup dengan mengandalkan para pemain muda. Bila Indonesia pada akhirnya menjadi runner-up Grup A mendampingi Jepang, Negeri Ginseng melaju sebagai jawara Grup D. Hasil dari penampilan impresif saat menghadapi Amerika Serikat (5-0), Kanada (4-1), dan India (5-0).Â
Di balik performa tim dari Asia Timur itu, ada peran Sung Ji-hyun. Ia adalah sosok penting di balik penampilan para pemain tunggal putri khususnya. Mereka siap menghadapi runner-up Grup C, Denmark dalam perebutan tiket semifinal sekaligus kian mendekati target tinggi yakni mengulangi sejarah indah 2010.Â
Mari  kita mulai cerita tentang Sung Ji-hyun, sosok yang juga tak asing bagi fan badminton di Indonesia, dengan sedikit gambaran awal.Â
Tahun 2021 menjadi tahun kehilangan bagi dunia badminton. Betapa tidak. Di tahun tersebut sejumlah pebulutangkis top menyatakan gantung raket.
Jepang menjadi salah satu negara yang mengalami banyak kehilangan. Sektor ganda putra mereka cukup terpukul dengan keputusan Takeshi Kamura, Keigo Sonoda, dan Hiroyuki Endo mundur dari tim nasional.
Mereka adalah tulang punggung sektor ganda Negeri Sakura. Pensiunnya ketiga pemain ganda berpengalaman itu menyisahkah kehilangan sekaligus menuntut tanggung jawab besar dari para penerus.
Tidak hanya Jepang. China dan Korea Selatan pun mengalami nasib serupa.
Han Cheng Kai yang bersama Zhou Hao Dong sebagai harapan masa depan ganda putra China setelah Li Junhui/Li Yuchen pun mengambil keputusan serupa.
Han menyatakan mundur saat usianya masih sangat muda, 23 tahun. Ia dan Zhou sedang berjuang menembus 15 besar BWF.
Han pensiun karena cedera yang tak kunjung sembuh. Baginya, keputusan tersebut adalah pilihan terbaik ketimbang berada dalam penantian yang tak pasti.
Alasan kesehatan pula yang memaksa Goh Jin Wei mengambil langkah serupa. Usianya jauh lebih muda saat itu. Pemain yang kini berusia 22 tahun sejatinya menjadi harapan besar tunggal putri Malaysia.
Sektor tunggal Korea Selatan pun kehilangan Sung Ji-hyun dan Son Wan Ho. Keduanya pernah berada di papan atas. Sun pernah menempati peringkat dua dunia. Son malah pernah memuncaki daftar ranking BWF.
Sun Ji Hyun dibekap cedera panjang saat usianya tak muda lagi. Son Wan Ho mantan memilih jalur profesional setelah Olimpiade Tokyo diundur. Keduanya kemudian menikah.
Kembali
Setelah pensiun sebagai pemain, Sun Jing-hyun ternyata tidak menjauh dari dunia badminton.
Ia dibesarkan dari keluarga badminton, dari pasutri  Sung Han-kook dan Kim Yun-ja yang sangat terkenal di Korea Selatan berkat prestsi mereka di era 1980-an. Â
Sung han-kook merupakan mantan pemain tunggal putra Korea yang pernah merebut medali emas Asian Games 1986 di kandang sendiri dan kemudian menjadi pelatih timnas.
Sementara Kim Yun-ja adalah pemain serba bisa yang pernah menjuarai All England di dua nomor yakni tunggal putri (edisi 1986) dan ganda putri (edisi 1988 bersama Chung So-young).
Bakat yang diturunkan dari orang tua membuat Sun Ji -hyun begitu mencintai olahraga tersebut.
Pensiun sebagai pemain, tetapi tidak dari dunia yang telah membesarkan keluarga mereka.
Sung Ji-hyun mengikuti jejak sang ayah menangani tim nasional Korea Selatan. Seperti sang ibu yang memperdalam ilmu olahraga, empat bulan lalu, Sung menyelesaikan pendidikannya di bidang psikologi olahraga.
Ia boleh mengucapkan selamat tinggal pada kariernya sebagai pemain, namun kini ia mengucapkan selamat datang pada kehidupan barunya sebagai pelatih.
Tantangan awal
Sung Ji-hyun yang kini berusia 30 tahun langsung dihadapkan pada tugas berat. Sebagai pelatih tunggal putri, ia harus mendampingi para pemain Korea Selatan di Piala Uber 2022 yang digelar di Impact Arena, Bangkok, Korea Selatan.
Korea tergabung di Grup D bersama India, Kanada, dan Amerika Serikat. Di atas kertas, materi pemain Korea saat ini bisa diandalkan untuk melewati hadangan di fase grup hingga bersaing di babak gugur.
Di sektor tunggal, Korea Selatan memiliki sejumlah pemain muda berbakat. Salah satu yang paling mencolok adalah An Se Young. Pemain 20 tahun yang sudah mencuri perhatian dalam tiga tahun terakhir.
An Se-young sudah meraih sembilan gelar dan empat kali runner-up di sejumlah ajang BWF World Tour sejak 2019. Salah satu pencapaian terbaiknya adalah menjadi juara BWF World Tour Finals 2021 dengan mengalahkan P.V.Sindhu asal India di partai final.
Selain An Se-young yang kini berada di ranking empat BWF, sektor tunggal putri Korea masih memiliki sejumlah pelapis potensial. Mereka adalah Kim Ga Eun, Sim Yu Jin, dan Lee Seo Jin.
Sung Ji-hyun melihat para pemain putri Korea memiliki peluang untuk berbicara banyak di Piala Uber kali ini.
"Jika mereka percaya diri, mereka bisa menang. Sebagai pelatih saya ingin mereka memiliki tujuan untuk memenangkan Piala Uber. Saya memiliki banyak momen bagus sebagai pemain, jadi sebagai pelatih, saya ingin mereka menargetkan gelar," beber  Sung melansir situs resmi BWF.
Optimisme Sung tentu bukan tanpa dasar. Ia tidak sedang berbasa-basi. Berkekuatan An Se Young di nomor tunggal dan dua pasangan ganda yang kini berada di lingkaran empat dunia sudah lebih dari cukup menjadikan Korea sebagai favorit.
An bisa diandalkan meraih poin. Lee So Hee/Shin Seung Chan (peringkat 2 BWF) dan Kim So Yeong/Kong Hee Yong (peringkat 4 BWF) akan melengkapi di sektor ganda.
Tidak hanya mereka. Kim Ga Eun, ranking 19 BWF yang diproyeksikan sebagai tunggal kedua, juga bisa diberi tanggung jawab dan harapan menyumbang poin.
Bahkan, seperti prediksi Sung Ji-hyun, Kim Ga Eun bisa menjadi kunci. Namun, Sung harus memastikan mental pemain 24 tahun itu harus kuat dan yakin pada kemampuannya.
"Ada tekanan padanya; dia harus rileks dan tenang dan fokus pada permainannya. Aku ingin dia percaya pada dirinya sendiri. Begitu dia menyadari kemampuannya, dia bisa melakukan jauh lebih baik. Saya tahu itu. Dia bisa gugup tapi aku mencoba menenangkannya."
Selain dianggap memiliki kemampuan dengan bekal pengalaman sebagai pemain dan ilmu yang ditimba di bangku kuliah, Sung Ji-hyun bisa dengan cepat menjadi pelatih karena adanya kesempatan.
"Ketika saya keluar dari tim Korea, ada slot untuk pelatih tunggal," demikian Sung Ji-hyun yang menegaskan dirinya pun memendam harapan sejak menjadi pemain untuk mengikuti jejak langkah kedua orang tuanya.
Ia sadar peran yang dimainkannya saat ini berbeda dengan banyak waktu yang sudah dihabiskan di dalam arena pertandingan.
Sebagai pemain, yang perlu dilakukan adalah fokus pada diri sendiri untuk bermain sebaik mungkin dan terus berkembang dari waktu ke waktu. Sementara seorang pelatih harus memikirkan dan menjalankan banyak hal.
"Terkadang sulit, tetapi terkadang mengasyikkan dan Anda menjadi sangat bahagia."
Kini, tanggung jawab baru benar-benar menuntut kerja keras Sung Ji-hyun bersama tim pelatih Korea Selatan.
Bermodalkan para pemain muda berbakat serta sejumlah pemain berpengalaman yang sudah teruji di berbagai kompetisi, mereka kini bertarung untuk meraih satu tujuan yakni mengulangi pencapaian tim putri Korea pada 2010.
Itulah momen terakhir kalinya Sung Jin-hyun dan tim Korea Selatan menjuarai Piala Uber (mengalahkan Tiongkok 3-1, kemudian menjadi runner-up di edisi 2012 dan 2016) Â di tengah dominasi Tiongkok yang masih berlangsung hingga saat ini. Begitu juga gelar Piala Sudirman pada 2017 yang mereka raih menunjukkan negara tersebut memiliki para pemain putri kelas dunia.
Sung Ji-hyun ingin agar sejarah indah itu bisa diulang saat ia berganti posisi sebagai pelatih. Â Namun, ia mafhum. Â Persaingan di turnamen beregu prestisius ini tidak mudah. Atmosfer dan tingkat persaingan di turnamen beregu tentu berbeda ketika harus memainkan nomor perorangan.
Terkadang tekanan di turnamen beregu jauh lebih besar. Namun, kesuksesan yang diraih akan menghadirkan kebahagiaan lebih besar.
"Anda merasa senang dan bangga. Memenangkan turnamen tim lebih penting (daripada turnamen individu). Ada lebih banyak tekanan, tetapi jika Anda berhasil, Anda lebih bahagia."
Sung Ji-hyun tentu mulai menularkan motivasi itu kepada setiap anak didiknya. Ia ingin menyalurkan semangat kompetisi yang sejatinya masih bernyala dalam dirinya kepada para penerus.
"Saya rindu berada di lapangan. Saya sekarang seorang pelatih, jadi mungkin tim dapat berkembang dan menetapkan target tinggi dan saya ingin berkembang bersama mereka."
Ya, mereka tengah berkembang dan berjalan bersama mengulang memori indah 12 tahun silam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H