Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Sejarah Baru Ancelotti dan 4 Sebab Keruntuhan Manchester City di Santiago Bernabeu

5 Mei 2022   10:36 Diperbarui: 6 Mei 2022   09:53 1183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih Man City Pep Guardiola memberikan instruksi kepada Phil Foden: AFP/OLI SCARFF via Kompas.com

Namun, demikian ada sejumlah detail yang pada akhirnya membuat hasil akhir sungguh mencengangkan.

Pertama, efektivitas. City boleh menguasai pertandingan. Kevin De Bruyne dan kawan-kawan boleh saja membuat Courtois lebih sibuk dari Ederson, terutama di babak pertama.

Namun, dari berbagai upaya di babak pertama melalui Mahrez, De Bruyne, Silva, hingga Foden, tak satu pun yang berakhir gol.

Begitu juga di menit akhir pertandingan, tembakan Jack Grealish berhasil digagalkan Ferland Mendy dan aksi Courtois benar-benar menyelamatkan gawangnya. Satu-satunya penyelematan Ederson di waktu normal adalah upayanya menggagalkan "hat-trick" Rodrygo.

Kedua, mentalitas. City memang siap untuk menampilkan permainan apik. Namun, mereka sepertinya tidak siap ketika Benzema mencetak gol yang membuat Madrid menarik pendulum kemenangan ke arah mereka.

Gol ini benar-benar memukul City. Sampai-sampai kita tak melihat para pemain City ingin bangkit. Saat peluit akhir dibunyikan para pemain terpaku seperti tanpa emosi.

Di sisi berbeda, para pemain Madrid menunjukkan itu. Mereka sudah mengalami sejumlah situasi sulit sejak babak-babak sebelumnya.

El Real hampir tersingkir di babak 16 besar. Namun, mereka berhasil bangkit dari ketertinggalan 0-2. Di babak perempat final situasi tak jauh berbeda. Dalam posisi tertinggal, Rodrygo memaksa pertandingan berlanjut ke perpanjangan waktu dan Benzema akhirnya menunjukkan tuahnya dengan gol di menit-menit akhir.

Bila Liverpool sebelumnya menyandang predikat sebagai "raja comeback" dan itu terjadi beberapa musim lalu saat menghadapi Barcelona, maka musim ini sebutan tersebut sepertinya lebih tepat diberikan kepada Madrid.

Madrid menunjukkan itu dalam tiga laga besar yang mencengangkan. Dan sebutan itu masih akan bertahan hingga ada tim lain yang bisa menunjukkan dengan cara yang lebih dramatis dan konsisten.

Madrid sepertinya sudah terbiasa menghadapi situasi penuh tekanan. Mereka pun sudah tahu bagaimana caranya bangkit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun