Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Real Madrid Juara La Liga 2021/2022 dan Ancelotti Kunci Mahkota "Grand Slam" Eropa

1 Mei 2022   09:47 Diperbarui: 1 Mei 2022   21:34 1081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih Real Madrid asal Italia, Carlo Ancelotti, memberikan instruksi kepada anak asuhnya dalam laga Liga Spanyol 2021-2022 kontra Espanyol di Santiago Bernabeu, Sabtu 30 April 2022.(GABRIEL BOUYS/AFP via KOMPAS.com)

Real Madrid akhirnya keluar sebagai juara LaLiga 2021/2022 walau kompetisi belum berakhir. Kemenangan telak empat gol tanpa balas atas Espanyol di pekan ke-34, Minggu (30/4/2021) memastikan El Real tak bisa dikejar oleh para pesaing terdekatnya untuk menggapai tangga juara.

Kemenangan ini sungguh istimewa. Berlangsung di kandang sendiri di Estadio Santiago Bernabeu dan mengandalkan sebagian besar pemain pelapis.

Pelatih Madrid, Carlo Ancelotti memiliki alasan untuk tidak menurunkan skuat terbaik sejak awal laga meski ingin segera memastikan trofi tidak direbut para rival. Satu angka untuk juara sepertinya tidak harus dikejar dengan kekuatan penuh.

Mariano Diaz diberi tempat di lini serang yang biasanya menjadi langganan Karim Benzema. Pemain asal Spanyol berusia 28 tahun itu ditemani Rodrygo Goes dan Marco Asensio.

Luka Modric, Eduardo Camavinga, dan Dani Ceballos mengisi lini tengah. Menariknya, Don Carlo merotasi Casemiro ke are pertahanan bersama Jesus Vallejo, Lucas Vazquez, dan Marcelo. Casemiro yang dipaksa menjadi pemain serba bisa untuk menutup krisis bek.

Di sisi lain, para pemain cadangan mendapatkan kesempatan untuk ambil bagian dalam kemenangan penting ini. Rodrygo akhirnya bisa unjuk gigi setelah mendapat kesempatan mengisi pos yang biasa ditempati Vinicius Junior.

Sementara para pemain utama bisa mendapat waktu istirahat lebih guna menghadapi pertandingan besar pada tengah pekan nanti. Benzema dan Vinicius baru diturunkan di pertengahan paruh kedua.

Tenaga mereka bisa dihemat untuk menghadapi Manchester City yang akan bertandang di leg kedua babak semifinal Liga Champions Eropa. Posisi Madrid saat ini sedikit tertekan setelah tertinggal 3-4 di kandang The Citizen.

Bila Madrid ingin kembali membuat kejutan dengan "come back" sensasional seperti saat menyingkirkan Paris Saint-Germain (PSG) dan Chelsea, maka amunisi harus dalam keadaan siap tempur.

Carlo Ancelotti satu-satunya pelatih yang meraih gelar di lima liga top Eropa: Dailymail.co.uk
Carlo Ancelotti satu-satunya pelatih yang meraih gelar di lima liga top Eropa: Dailymail.co.uk

Kita kembali ke LaLiga. Madrid memiliki cukup alasan untuk berpesta. Kemenangan empat gol berkat sumbangan "brace" Rodrygo Goes di babak pertama (menit 33 dan 43) dan satu gol dari Marco Asensio dan Benzema (menit 55 dan 81) adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan Los Blancos yang cukup konsisten sepanjang musim ini.

Di laga ini, Madrid memang mendominasi pertandingan dengan penguasaan bola 58 persen berbanding 42 persen. Hanya saja, tim tamu memiliki peluang lebih banyak dengan 20 tembakan dan enam di antaranya mengenai target.

Walau demikian, Madrid bermain lebih efisien dan efektif. Dengan 11 “shots” dan lima di antaranya “on target” Madrid bisa mengkonversi sebagian besarnya menjadi gol. Inilah yang menjadi keunggulan lain dari Madrid.

Tidak mengherankan bila Madrid sudah mengemas 81 poin dari 34 laga. Los Merengues unggul 17 poin dari Sevilla di posisi kedua dan 18 poin dari Barcelona.

Tim yang disebutkan terakhir adalah pesaing mereka dari musim ke musim. Namun, situasi berbeda di musim ini. Krisis yang mendera baik finansial maupun kepergian pemain bintang seperti Lionel Messi membuat tim asal Catalonia itu terjerembab dalam jurang krisis.

Tidak heran bila Blaugrana tak bisa mengawali musim dengan baik. Namun, tim itu berhasil membenahi diri seiring berjalannya waktu.

Sayangnya, Barcelona belum mampu memberi tekanan kepada Madrid yang seperti tanpa hambatan sejak awal musim.

Inkonsistensi para rival seperti Sevilla, Barcelona, hingga Atletico Madrid seakan membuka jalan bagi Madrid untuk merebut mahkota gelar.

"Grand Slam" Ancelotti

Selain konsistensi penampilan para pemain seperti Benzema yang seperti tak pernah berhenti mencetak gol, gelar LaLiga ini tidak lepas dari campur tangan sang juru taktik.

Ya, sulit membayangkan kemenangan demi kemenangan Madrid tanpa sosok pelatih asal Italia itu. Dengan jam terbangnya yang sudah sedemikian tinggi, ia bisa memberikan kepercayaan diri dan memastikan keseimbangan tim tetap terjaga.

Ancelotti adalah pelatih yang paling memahami seluk beluk Madrid. Kepergian Zinedine Zidane pada musim panas lalu, membuat Ancelotti tak segan meninggalkan Everton yang baru 18 bulan ditangani untuk kembali ke Madrid.

Ia tahu bagaimana menyalurkan DNA juara klub itu seperti yang dilakukannya saat memenangkan lima gelar utama dalam dua tahun periode pertamanya antara 2013 hingga 2015. Saat itu, Madrid meraih "La Decima" atau gelar Liga Champions ke-10.

Secara pribadi, Ancelotti kemudian menunjukkan diri sebagai pelatih paling sukses di Eropa. Kesuksesan itu mengacu pada kemampuannya untuk bisa menjadi juara walau harus wira wiri di semua liga utama Eropa: LaLiga, Liga Inggris, Serie A, Bundesliga Jerman, dan Ligue 1 Prancis.

Apakah ada pelatih lain yang bisa menjadi juara di lima liga top Eropa? Tidak. Hanya Don Carlo seorang.

Sebelum meraih gelar LaLiga bersama Madrid, Ancelotti sudah merasakan manisnya menjadi kampiun Liga Italia, Liga Prancis, Liga Inggris, dan Liga Jerman.

Melansir data Dailymail.co.uk, Ancelotti meraih gelar liga pertama sebagai manajer pada 2004. Klub yang membuka keran gelarnya adalah AC Milan. Klub Merah Hitam ini juga memberinya kesuksesan sebagai pemain dengan dua kali menjadi juara pada periode 1980-an.

Ancelotti yang kini sudah berusia 62 tahun meraih gelar Liga Inggris bersama Chelsae pada 2010, lantas Ligue 1 bersama PSG tiga musim berselang, dan angat trofi Bundesliga bersama Bayern Muenchen pada 2017.

Usai memastikan gelar LaLiga musim ini, Ancelotti begitu larut dalam sukacita. "Hari ini kita harus merayakannya, bukan bicara. Saya ingin merayakan. Itu membuat saya bangga bisa menang di lima liga utama. Saya dapat mengatakan bahwa saya menyukai apa yang saya lakukan. Itu berarti saya telah melakukannya dengan cukup baik."

Ancelotti memang pantas berpesta. Merayakan konsistensi mereka di musim yang spektakuler ini.

Tetapi ia tahu perjalanan belum berakhir. Walau menjadi pelatih tertua yang menjuarai LaLiga di usia 62 tahun dan 325 hari, musim ini masih menyisahkan kesempatan besar lain baginya.

Momen untuk menjadikannya selain sebagai peraih "grand slam" gelar di liga-liga top Eropa, juga pelatih pertama yang empat kali juara Liga Champions, setelah sebelumnya bersama Madrid dan dua kali bersama Milan pada 2003 dan 2007.

Selamat Madrid dan proviciat Don Carlo!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun