Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cerita Siti Asiyah dari Nusa Toleransi Tertinggi

17 April 2022   22:25 Diperbarui: 17 April 2022   22:32 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pastor Yanto bersama sang ibu dan kerabat saat acara penahbisannya sebagai pastor Katolik, 2015 silam: POS KUPANG/FELIKS JANGGU via tribunnews.com

Toleransi Tertinggi

Saya cukup tersentak ketika belum lama ini SETARA Institue merilis Indeks Kota Toleran (IKT) 2022. SETARA menggunakan empat variabel dan delapan indikator untuk mengukur tingkat toleransi di 94 kota di Tanah Air.

SETARA kemudian menyimpulkan dalam daftar kota paling toleran dan kota paling tidak toleran. Kota dengan skor paling sedikit dari sejumah variabel dan indikator itu akan masuk dalam kelompok tidak toleran. Demikian juga sebaliknya.

Kategorisasi soal toleransi juga dibuat Kementerian Agama melalui Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) di Indonesia tahun 2021. Dari indeks tersebut bisa dibaca gejala intoleransi, ekstremisme, dan hal-hal yang bertentangan dengan prinsip kebhinekaan lainnya.

Kesimpulan yang ditarik Puslitbang Kementerian Agama, indeks kerukunan umat beragama 2021 di Indonesia  semakin membaik dengan mencapai skor tertinggi yakni 72,39, di banding tahun-tahun sebelumnya. Konklusi itu diambil dari datar 13.600 responden dari 34 provinsi di Indonesia.

Indeks tersebut mengalami peningkatan, seiring skor yang dinamis dari tahun ke tahun. Menariknya, melansir Merdeka.com (20/12/2022), NTT meraih 84,2, skor tertinggi di banding daerah-daerah lain. Dalam hal ini, NTT yang kerap diplesetkan dengan Nanti Tuhan Tolong karena berbagai keterbelakangan boleh berbangga dengan akronim positif sebagai Nusa Toleransi Tertinggi.

Data-data di atas tentu masih bisa difalsifikasi dan divalidasi. Bisa saja, tidak mewakili kondisi sesungguhnya dan keseluruhan. Dengan kata lain, hanya bersifat sebagian mewakili keseluruhan.

Bisa juga dibaca secara positif. Menjadi semacam pengingat bahwa urusan toleransi di Nusantara yang sangat kaya akan suku, agama, ras, dan berbagai latar belakang sosial-kultural masih menjadi pekerjaan rumah bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun