Bagas/Fikri yang memiliki modal gelar juara All England 2022 tetap patut waspada. Tidak hanya ancaman dari lawan, tetapi juga dari diri sendiri.
Bagas/Fikri perlu belajar dari dua pasangan se-Pelatnas yang lebih dahulu angkat koper. Pram/Yere dan Leo/Daniel kalah setelah bertarung tiga gim. Kedua pasangan itu banyak melakukan kesalahan sendiri sehingga menguntungkan lawan.
Hal ini ditegaskan oleh pelatih ganda putra, Aryono Miranat. Melansir siaran pers Humas PP PBSI, sang pelatih mengidentifikasi dua pasangan muda itu kalah karena faktor yang sama.
"Dua-duanya hampir sama, pada saat ada kesempatan untuk mendapat poin malah kurang kontrol, kurang tenang. Jadi malah akurasi pengembaliannya tidak bagus. Posisi kita jadi kurang baik, jadi waktu diserang balik mudah dimatikan," beber Aryono Miranat.
Belajar dari rekan-rekannya itu, Bagas/Fikri harus bisa mengendalikan diri. Bermain lebih tenang dan bisa mengontrol serangan dan pukulan, apalagi di poin-poin akhir. Akurasi pukulan harus benar-benar diperhitungkan.
"Untuk Leo/Daniel hari ini bermain kurang tenang dan kurang kontrol pada saat poin-poin akhir. Pengembalian bola selalu ingin keras baik smes atau drive-nya, jadi malah terserang balik," demikian evaluasi Aryono atas permainan The Babies yang sekiranya menjadi masukan penting bagi Bagas/Fikri.
Aryono juga menolak memaklumi kekalahan dua pasangan itu karena faktor kelelahan. Rasa capek karena rentetan turnamen dan jenuh berada lebih dari satu bulan di luar negeri bukan menjadi alasan. Banyak pemain juga berada dalam situasi yang sama.
Aryono justru melihat aspek positif dari banyaknya turnamen yang diikuti. "Tidak bisa dikatakan jenuh, justru ini bagus buat mereka bermain dengan lawan yang bervariasi jadi bisa menambah jam terbang."
Banyaknya turnamen menjadi kesempatan untuk menambah jam terbang. Kesempatan untuk mematangkan permainan baik itu ketenangan, kontrol, kesalahan sendiri atau "unforced error", hingga teknik bermain.
Kita berharap Bagas/Fikri yang mengaku mulai nyaman dengan permaian bisa terus menjaga ritme positif itu. Pertandingan menghadapi pasangan non-unggulan dari China adalah ujian bagi keduanya untuk melangkah lebih jauh di turnamen berhadiah total 180 ribu USD atau setara Rp 2,6 miliar.
Bila di pekan sebelumnya langkah keduanya tersandung di babak semifinal, sekiranya kali ini mereka bisa mencapai klimaks. Keduanya bisa pulang membawa kado Ramadan dari Korea.