"Selama dua dekade terakhir, pasokan gabungan dari sumber air permukaan, air tanah, dan air yang ditemukan di dalam tanah, salju, dan es di planet ini telah menurun sampai 1 sentimeter per tahun," beber Vera Galuh Sugijanto.
Potret miris itu juga terjadi di Tanah Air. Dr. Ir. Muhammad Rizal, M.Sc mengatakan indeks pemakaian air di Indonesia menunjukkan status kritis sedang hingga kritis berat. Tingkat konsumsi air di sebagian besar wilayah di Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara untuk keperluan domestik, industri dan pertanian.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020 menunjukkan capaian akses air bersih yang layak di Indonesia mencapai 72,55 persen. Angka iitu masih jauh dari target Sustainable Development Goals (SDGs) yakni 100 persen.
Hal tersebut menjadi tantangan yang harus dijawab oleh berbagai pihak. Dari pihak pemerintah, dalam hal ini Kementerian PUPR, diperlukan pembanggunan infrastruktur dan pengolahan sumber daya air yang ditujukkan sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat.
"Hal ini juga dilakukan untuk mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) terutama tujuan ke-6 yaitu Pemenuhan terhadap Air Bersih dan Sanitasi yang layak pada situasi dimana saat ini terjadi perubahan iklim yang cukup ekstrim sehingga secara bersamaan Indonesia juga harus memenuhi tujuan ke-13 dari SDGs yaitu Penanganan Perubahan Iklim," tegas Direktur Bina Teknik Sumber Daya Air Kementerian PUPR itu.
Problem Air tanah
Seperti dikatakan sebelumnya, peringatan Hari Air Sedunia 2022 mengusung tema, ""Air tanah-Membuat yang tak terlihat, terlihat."
Air tanah khususnya memiliki peran penting untuk memasok kebutuhan air bagi makhluk hidup baik untuk konsumsi (air minum), pertanian, sistem sanitasi, hingga keperluan industri. Di negara-negara yang mengalami krisis air, sebagaimana data FAO, 40 persen ketersediaan air dari lapisan ekuifer justru digunakan untuk keperluan irigasi.
Memompa air tanah ini memang menjadi cara paling murah dan cepat. Namun, penggunaan yang masif bisa mempercepat kelangkaan air tanah.
Tidak hanya soal kuantitas. Kualitas air tanah pun semakin memprihatinkan. Penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan bisa menurunkan mutu air. Dengan demikian, apa yang dilakukan di permukaan tanah akan berdampak pada jumlah dan kualitas air tanah. Situasi ini diperparah oleh perubahan iklim yang terjadi begitu cepat.
Pengolahan terpadu berbasis DAS