Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Lelah The Minions Berbuah Gelar, "Honey Couple" Antiklimaks, dan Lee Zii Jia Menyerah dari Emigran Asal Malaysia

8 November 2021   00:19 Diperbarui: 9 November 2021   07:38 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lee Zii Jia (kiri) raih posisi kedua di Hylo Open 2021. Ia memutuskan "retired" di gim ketiga dari Loh Kean Yew: https://twitter.com/BadmintonTalk

Sebanyak 10 wakil tembus perempat final, enam dari antaranya ke semifinal, dan tiga wakil kemudian bertarung di partai final. Satu gelar juara akhirnya dibawa pulang.

Demikian perjalanan para pemain Indonesia di panggung Hylo Open 2021 yang digelar di Saarlandhalle, Saarbrucken, Jerman selama sepekan terakhir.

Turnamen level Super 500 yang semula bernama SaarLorLux Open itu menjadi pentas para pemain Indonesia unjuk gigi.

Menariknya, di balik satu gelar juara yang diraih Minggu (7/11/2021) ada secercah harapan bagi regenerasi bulu tangkis Tanah Air.

Betapa tidak. Beberapa dari antara mereka yang sukses merebut perhatian masih berstatus pemain muda. Salah satunya adalah Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin yang bertarung di partai final menghadapi senior mereka Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.

Leo/Daniel yang merupakan juara dunia junior meladeni unggulan pertama dengan jam terbang yang jauh lebih tinggi. Meski begitu, pasangan yang kini berada di ranking 35 BWF tetap memberikan perlawanan berarti.

Usai merebut tiket final dengan mengalahkan rekan senegara Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan, mereka mengatakan akan nekat menghadapi "The Minions" dan berusaha tampil maksimal.

Terlepas dari hasil akhir pertandingan ini, Leo/Daniel yang dijuluki "The Babies" menunjukkan bahwa mereka bukan lagi pasangan muda yang mudah dikalahkan.

Mereka membuat julukan yang disematkan itu  tak lagi relevan. Kini keduanya sudah semakin mantap di tingkat senior.

The Minions "pecah telur"

"All Indonesian Final" di sektor ganda putra adalah skenario yang sudah terlihat usai babak 16 besar. Dari 10 wakil di babak delapan besar separuhnya dari sektor ganda campuran. Lima wakil dari enam wakil yang ambil bagian. 

Tak heran ada empat pasangan yang harus saling berhadapan untuk mendapatkan dua tiket ke babak semifinal.

Selain tiga pasangan senior yakni "The Minions", "The Daddies" (Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan), dan Fajri (Fajar Alfian/Mohammad Rian Ardianto), ada dua pasangan muda yakni "The Babies" dan Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan (apa julukan pas untuk mereka?)

Kedua pasangan muda itu menunjukkan semangat juang tinggi dan mental yang kuat untuk menghadapi senior-senior mereka. Hasilnya, mereka bisa melangkah lebih jauh.

The Babbies membuat "The Daddies" tak berkutik. Pasangan juara dunia yang menempati unggulan kedua takluk dua gim 22-20 21-17.

Pramudya/Yeremia pun tak mau kalah. Berada di ranking 41 BWF bukan halangan bagi keduanya untuk membungkam unggulan tiga yang berada di posisi tujuh BWF. Fajri juga takluk dalam dua gim 21-11 dan 25-23 dalam waktu kurang dari 40 menit.

Sayangnya, di babak semifinal kedua pasangan muda itu ditakdirkan bertemu. "The Babies" sebagai yang paling muda baik dalam usia maupun pengalaman di level senior kembali membalikkan anggapan bahwa yang muda pun bisa berprestasi.

Kemenangan 21-17 21-13 dalam 32 menit memperlihatkan bahwa "The Babies" sepertinya bukan lagi julukan yang tepat. Mereka  bukan lagi berada di fase pemula. "Bayi-bayi" itu sudah semakin matang dan dewasa.

Walau "The Babies" gagal mengunci penampilan impresif mereka dengan gelar juara, runner-up di turnamen yang semula berlevel Super 100 itu adalah sebuah prestasi tersendiri. Kekalahan dua gim 21-14 dan 21-19 ini memotivasi mereka untuk menjadi lebih baik.

Banyak pelajaran yang mereka petik dari "The Minions". Di antaranya bagaimana mengatasi tekanan dan bersikap tenang terutama di poin-poin kritis. The Babbies sebenarnya mampu memberikan perlawanan di gim kedua. Namun, keduanya tak bisa menguasai keadaan sehingga mampu dimanfaatkan "The Minions" untuk merebut gelar pertama mereka tahun ini.

Sementara itu, bagi "The Minions" "pecah telur" di Jerman ini menjadi isyarat bahwa mereka sudah menemukan kembali ritme dan performa yang dalam beberapa bulan terakhir sempat menjadi sorotan.

Pasangan nomor satu dunia itu menunjukkan bahwa mereka sudah kembali ke jalur semestinya. Untuk sampai pada taraf ini mereka harus melewati agenda turnamen yang padat.

Bila bukan karena target gelar dan mengincar poin maksimal untuk mengamankan tempat di World Tour Finals di Bali awal Desember nanti, "The Minions" tentu akan mengambil keputusan istirahat seperti kebanyakan pemain unggulan lainnya.

Pesona Siti Fadia/Ribka Sugiarto

Tidak hanya di sektor ganda putra, harapan positif pun dihembuskan sektor ganda putri. Walau gagal meloloskan wakilnya hingga partai pamungkas, ada dua pasangan muda yang mencuri perhatian.

Mereka adalah  Siti Fadia Silva Ramadhanti/Ribka Sugiarto dan Nita Violina Marwah/Putri Syaikah. Pasangan yang disebutkan pertama melangkah hingga babak semifinal dengan salah satu pencapaian adalah menggusur unggulan kelima dari Thailand Puttita Supajirakul/Sapsiree Taerattanachai, 21-15 22-24 21-16 di babak perempat final.

Sementara itu, Nita Violina Marwah/Putri Syaikah berhasil melangkah hingga delapan besar sebelum dikalahkan pasangan Jepang Chisato Hoshi/Aoi Matsuda. Nita/Putri seharusnya bisa melewati hadangan pasangan Jepang itu bila saja mereka bisa bermain lebih tenang.

Ranking dunia Nita/Putri lebih baik dari Chisato/Aoi. Namun, Nita/Putri yang berada di ranking 37 BWF harus merelakan tiket semifinal kepada pasangan berposisi 68 BWF usai menyerah dua gim 21-16 dan 21-9.

Langkah Fadia/Ribka pun dihentikan pasangan muda Jepang, Kie Nakanishi/Rin Iwanaga. Fadia/Ribka yang berada di urutan 32 BWF juga menyerah straight set 21-17 21-16 dari lawannya yang berada di ranking 60 BWF.

Di babak final terjadi pertemuan sesama pasangan Jepang. Chisato/Aoi meraih mahkota gelar usai mengalahkan rekannya Kie Nakanishi/Rin Iwanaga dalam pertemuan pertama mereka di turnamen resmi, 22-20 dan 21-18.

Walau dua pasangan muda Indonesia gagal memaksimalkan ranking dunia dan menjaga tren positif sebelumnya, hasil ini sudah memberikan api harapan bagi peremajaan di sektor tersebut.

Belum ada pasangan ganda putri dengan level kualitas seperti Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Usai merebut medali emas Olimpiade Tokyo, pasangan senior-junior ini tak akan bisa bertahan lebih lama karena Greysia sudah menunjukkan tanda-tanda akan gantung raket.

Dalam situasi seperti ini pencapaian yang ditunjukkan para pemain Indonesia di Hylo Open memberikan angin segar bahwa pasca-era Greysia/Apri, para pemain muda akan siap mengambil tanggung jawab. Habis Greysia/Apri terbitlah Fadia/Ribka dan Nita/Putri.

Praveen/Melati Antiklimaks

Ada dua wakil sektor ganda campuran Merah-Putih di semifinal. Keduanya bersua pasangan Thailand. Sayangnya, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari tak bisa menjegal unggulan teratas Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai.

Rinov/Pitha takluk dua gim 22-20 dan 21-14 dari lawannya yang sebelumnya sudah memberi mereka dua kekalahan.

Kekalahan ini sekaligus gagal mewujudkan skenario "perang saudara" di partai final. Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti berhasil mempertahankan performa terbaik saat menghadapi Supak Jomkoh/Supissara Paewsampran.

Seperti pertemuan pertama di Thailand Open awal tahun ini, unggulan kedua itu kembali memetik kemenangan straight set 21-18 dan 21-19, sekaligus menggagalkan terciptanya final sesama pasangan Negeri Gajah Putih.

Pertemuan Praveen/Melati kontra Dechapol/Sapsiree merupakan final ideal. Berjumpanya dua unggulan teratas yang sudah bertemu sembilan kali.

PraMel (kiri) menjadi runner-up Hylo Open 2021: https://twitter.com/BadmintonTalk
PraMel (kiri) menjadi runner-up Hylo Open 2021: https://twitter.com/BadmintonTalk

Adu kecepatan, kekuatan pukulan, dan kecerdikan diperagakan. Sayangnya, pasangan Indonesia kurang kompak. Komunikasi mereka kurang terjalin baik membuat rotasi di antara mereka justru berbuah angka bagi lawan.

Alhasil Bass/Popor, panggilan pasangan Thailand yang akan kembali ke ranking tiga BWF pekan depan berhasil mengunci laga dalam dua gim 20-22 dan 14-21 serentak memperlebar jarak "head to head" menjadi 6-4.

Ucok dan Meli, begitu "honey couple" ini disapa gagal "move on" untuk memutus rantai kekalahan atas pasangan Thailand yang sudah memaksa mereka menelan pil pahit dalam empat laga beruntun.

PraMel kehilangan podium tertinggi dan hanya bisa membawa pulang 7800, berbanding 9200 milik Bass dan Popor. Bass dan Popor yang menjungkalkan tiga ganda campuran Indonesia sejak babak perempat final (Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjadja, Rino Rivaldy/Phita Haningtyas Mentari, dan PraMel) pun memastikan Thailand menjadi juara umum Hylo Open 2021 dengan dua gelar.

Lee Zii Jia Menyerah

Bagaimana sektor tunggal baik tunggal putra maupun tunggal putri? Patut diakui Indonesia tidak mengirim para pemain tunggal putra terbaik seperti Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting.

Tidak ada pemain tunggal putra Pelatnas PBSI yang dikirim ke Jerman. Satu-satunya wakil sektor ini adalah Tommy Sugiarto yang langkahnya terhenti di babak 16 besar usai menyerah dari unggulan tiga asal Hong Kong, NG Ka Long Angus, 22-20 21-16.

Absennya para pemain papan atas Pelatnas PBSI membuat panggung Hylo Open 2021 dikuasai pebulutangkis muda dari Singapura dan Thailand. Final sektor ini mempertemukan Loh Kean Yew dan Lee Zii Jia.

Lolosnya Loh Kean ke partai final adalah sebuah pencapaian tersendiri. Pemain berperingkat 39 BWF itu mengalahkan sejumlah pemain yang lebih diunggulkan seperti Rasmus Gemke, unggulan lima dari Denmark di babak perempat final dan harapan masa depan India, Lakshya Sen di semifinal.

Menghadapi Lee di partai final adalah kesempatan bagi Loh untuk menyempurnakan penampilan impresifnya. Lee merupakan unggulan ketiga dengan jam terbang yang lebih mentereng.

Namun, tidak mudah bagi juara All England 2021 itu meraih gelar. Pekan sebelumnya ia takluk dari "kuda hitam" dari Negeri Singa itu di babak awal French Open, 24-22 21-14.

Kali ini, Loh memaksa Lee bermain tiga gim. Kedua pemain harus jatuh bangun. Saat Loh memimpin 17-12 di gim penentuan, Lee memutuskan mundur. Rupanya tunggal putra andalan Malaysia itu mengalami masalah pada pinggangnya.

Lee Zii Jia (kiri) raih posisi kedua di Hylo Open 2021. Ia memutuskan
Lee Zii Jia (kiri) raih posisi kedua di Hylo Open 2021. Ia memutuskan "retired" di gim ketiga dari Loh Kean Yew: https://twitter.com/BadmintonTalk

Bagi pemain 24 tahun ini menjadi gelar pertamanya di kancah Super 500. Loh kelahiran Penang, Malaysia namun sejak berusia 13 tahun menjadi emigran Singapura.

Singapura juga membuat kejutan di sektor tunggal putri. Seperti Loh Kean, Yeo Jia Min pun sanggup melangkah hingga partai pamungkas. Ia mengalahkan pemain berpengalaman sekaligus unggulan ketiga dari Kanada, Michelle Li dalam pertarungan ketat rubber game 21-12 23-25 21-12 dalam tempo nyaris satu jam.

Sayangnya, Yeo gagal mencapai klimaks. Pemain berperingkat 26 BWF harus mengakui keunggulan Busanan Ongbamrungphan dari Thailand 10-21 dan 14-21

Secara peringkat dunia Yeo memang kalah dari Busanan yang kini berada di urutan 14 BWF. Namun, Yeo pernah mengalahkan pemain Thailand itu Kejuaraan Asia 2019, 21-15 dan 21-13. Kali ini Yeo tak bisa membendung laju Busanan untuk meraih gelar Super 500 pertamanya.

Melalui Loh Kean dan Yeo Jia, Singapura yang belum diperhitungkan di kancah bulu tangkis dunia mulai menunjukkan pengaruhnya, menenggelamkan para pebulutangkis tunggal putri Indonesia seperti Gregoria Mariska Tunjung dan Ruselli Hartawan.

Hasil final Hylo Open 2021, Thailand raih dua gelar: tournamentsoftware.com
Hasil final Hylo Open 2021, Thailand raih dua gelar: tournamentsoftware.com

Ruselli langsung gugur di babak pertama, takluk dari Busanan 21-7 21-14. Sedangkan Jorji hanya sanggup bertahan hingga babak 16 besar.

Ironisnya, ayunan raket Jorji yang dijagokan di tempat keenam dihentikan sang finalis dari Singapura dalam dua gim 21-19 dan 21-17. Yeo Jia melanjutkan hasil baik seperti di pertemuan sebelumnya pekan lalu di French Open 2021 dengan kemenangan 19-21 8-21.

Kekalahan ini adalah tamparan bagi Jorji dan sektor bulu tangkis tunggal putri Indonesia. Jorji yang tengah berjuang memperbaiki posisi dari lingkaran 23 BWF sebenarnya memiliki catatan bagus dalam rekor pertemuan.

Namun, skor 3-1 yang kini sudah menjadi 3-2 usai kalah dalam dua pertemuan terakhir menunjukkan bahwa pemain putri negara tetangga yang tidak memiliki tradisi bulu tangkis itu sudah menebar ancaman.

Bila tidak diantisipasi maka ranking dunia Yeo Jia akan segera melampaui tunggal putri terbaik Indonesia saat ini. Dan membuat sektor tunggal putri semakin tertinggal dari sektor-sektor lain baik dari sisi rantai regenerasi maupun prestasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun