Kelima, tuan rumah beruntung, setelah tertinggal dua gol di paruh pertama, gawang mereka tak kebobolan lagi setelah jeda.
Ada dua sebab. Di satu sisi, para pemain United tak menunjukkan semangat dan kemampuan untuk memperkecil ketertinggalan, apalagi membalikkan keadaan. Tenaga United seperti sudah tergerus habis sebelum peluit panjang dibunyikan. Menyerah sebelum laga berakhir.
Di sisi berbeda, ada belas kasihan dari tim tamu untuk tidak membuat Old Trafford jadi neraka yang bernyala-nyala bagi para penggemar seperti saat Liverpool mempermalukan mereka lima gol tanpa balas beberapa pekan lalu.
Selain itu, hasil minor ini akan melipatgandakan penderitaan Solskjaer yang kian tak nyaman dan aman, walau salah satu kandidat pengganti potensial yakni Antonio Conte baru saja diresmikan Spurs, tim yang sempat mereka kalahkan pekan sebelumnya.
Masih ada waktu dua minggu bagi Solskjaer untuk merenungi diri. Begitu juga manajemen klub. Jeda internasional adalah kesempatan bersiap menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi.
Apakah statusnya sebagai legenda klub akan memberinya privilese? Atau nasibnya akan sama seperti seperti legenda-legenda lainnya yang gemilang saat menjadi pemain tetapi tidak sebagai juru taktik?
Pelajaran dari Chelsea
Tiga poin dari lawatan ke Old Trafford membuat City kini hanya berjarak tiga angka dari Chelsea di puncak klasemen. Sementara itu, United tertahan di posisi kelima dengan jumlah poin tak bertambah: 17.
Chelsea sebenarnya bisa menambah koleksi poin menjadi 28 bila saja bisa memaksimalkan laga kandang di Stamford Bridge pada hari yang sama.
Sayangnya, keunggulan di menit ke-33 melalui Kai Havertz gagal dipertahankan hingga laga usai. Gol Matej Vydra di menit ke-79 akhirnya membuat Burnley bisa mencuri angka.
Dengan tanpa mengulas panjang lebar jalannya pertandingan, berikut sejumlah poin pelajaran yang bisa dipetik.