Statistik di atas menunjukkan seperti apa kualitas United saat ini di hadapan tim-tim unggulan lainnya.
Ketiga, usai pertandingan, pemain kunci United, Bruno Fernandes mengakui bahwa kedua tim sebenarnya tidak berada di level yang sama. Manchester City menunjukkan bahwa permainan mereka kini sudah lebih unggul.
Menukil bbc.com, pemain Portugal itu berkata, "Mereka bermain bagus, mereka tidak memberi Anda kesempatan untuk merebut bola dari mereka, jadi pujilah mereka, tetapi standar (kami) perlu ditingkatkan."
Situasi ini jelas memberi tekanan pada Solskjaer. Kedua tim yang selalu bersaing hampir dalam segala hal ternyata tak berkembang beriringan. Sudah ada jurang antara duo Manchester yang sebelumnya tak selebar ini.
"Saat ini kami (jauh dari tim teratas). Tuntutan pada saya dan para pemain akan tinggi dan kami harus kembali ke penampilan awal kami. Kami memiliki para pemain untuk melakukan itu."
Yang dikatakan Bruno terdengar seperti tamparan pada keyakinan Solskjaer yang terbukti sekadar pemanas dan pemanis semata. City akhirnya sukses menyumpal kepongahannya.
Strategi sederhana
Keempat, dari pihak City, Pep Guardiola tidak banyak melakukan perubahan. Pria Spanyol itu justru mempertahankan formasi 4-3-3 dengan sumber daya pemain yang sama sepanjang pertandingan.
Taktiknya pun sederhana dan karena itu bisa dijalani sepenuhnya oleh para pemain. Menguasai bola agar bisa membuka ruang kreasi. Memanfaatkan momentum dengan tepat untuk menekan. Dan sejumlah pemain diberi tanggung jawab khusus untuk mengekploitasi titik lemah lawan.
Kemampuan para pemainnya untuk menekan sektor pertahanan dengan bek sayap, Aaron Wan-Bissaka dan Luke Shaw sebagai target khusus, berbuah manis.Â
"Saya dan Gabby [Jesus] disuruh menekan bek sayap, sulit ketika mereka bermain dengan lima pemain di belakang. Kami juga menekan melalui Kev [De Bruyne] dan Bernardo [Silva] dan itu berhasil," demikian kesaksikan Phil Foden terkait skenario mereka melansir manchestereveningnews.com.