"Saya rasa pertandingan ini jauh lebih penting daripada pertandingan melawan [Manchester] United."
Begitu komentar Pep Guardiola melansir Sky Sports jelang pertandingan matchday keempat Liga Champions Eropa antara Manchester City menghadapi Club Brugge. Duel tersebut digelar di Etihad Stadium, Kamis (4/11/2021) dini hari WIB.
Guardiola tentu punya alasan tersendiri. Menurutnya, laga kontra klub Belgia itu sangat menentukan nasib mereka di pentas elite Eropa. Sementara itu dengan tanpa bermaksud merendahkan rival sekota, derbi Manchester bukan penentu nasib mereka di pentas Liga Primer Inggris.
Bila City mampu mengalahkan Brugge maka mereka berpeluang lolos ke babak 16 besar dari Grup A. Sebaliknya, dengan jumlah pertandingan yang jauh lebih sedikit, hasil minor di laga itu bisa mengakhiri riwayat mereka di Liga Champions.
Sementara itu, seandainya mereka kalah saat menghadapi United di Old Trafford Sabtu (6/11/2021) nanti mereka masih memiliki banyak kesempatan untuk mengejar ketertinggalan. Perjalanan memperebutkan gelar Liga Inggris masih panjang.
Ancaman Manchester City
Ternyata City membuktikan bahwa pertandingan kontra Brugge harus dimenangkan. Bermain di kandang sendiri, The Citizen berhasil memetik kemenangan dengan skor mencolok 4-1.
Kemenangan ini melanjutkan tren positif City atas klub Brugge. Di pekan sebelumnya Manchester Biru menang dengan skor telak pula di kandang Brugge, 5-1.
Kemenangan ini benar-benar membuka kans City ke fase selanjutnya. City kini memuncaki Grup A dengan sembilan angka dari empat laga yang telah dijalani. City unggul satu poin dari PSG yang diimbangi RB Leipzig 2-2 di waktu yang sama. Â
City hanya perlu bermain imbang kontra PSG di pekan berikutnya. Bila skenario itu terjadi, maka pertandingan terakhir kontar Leipzig tak lagi berpengaruh bagi langkah City ke babak gugur.
Kekalahan ini membuat Brugge tertahan di posisi ketiga dengan tabungan empat angka. Perjuangan Brugge menuju babak 16 besar semakin berat dengan sisa dua pertandingan. Leipzig yang baru memetik satu poin pertama sudah harus bersiap angkat koper.
Menarik melihat bagaimana performa City di laga ini. Empat gol yang diciptakan masing-masing oleh Phil Foden, Riyad Mahrez, serta pemain pengganti Raheem Sterling dan Gabriel Jesus menegaskan dominasi City.
Penguasaan bola City mencapai 77 persen dengan melepaskan 22 tembakan dengan delapan di antaranya mengenai sasaran. Tim tamu yang berada dalam tekanan sepanjang pertandingan hanya bisa memberikan tiga tembakan "on target."
Situasi berbeda dialami Manchester United yang sehari sebelumnya bermain imbang 2-2 di kandang Atalanta. Namun, penampilan City kali ini tidaklah sempurna. Masalah paling jelas terlihat di awal pertandingan. Setelah Foden mencetak gol di menit ke-15, pemain belakang City John Stones justru membuat gol bunuh diri dua menit berselang.
Kondisi ini mencerminkan rasa trustrasi City sepanjang babak pertama. Mereka berusaha untuk mencetak gol sambil bertahan dari beberapa gempuran tim tamu. Upaya City menambah gol baru berbuah manis di babak kedua, ditandai oleh gol Riyad Mahrez di menit ke-54.
Hal ini mencerminkan bahwa City memiliki titik lemah yang bisa dimanfaatkan United. Salah satunya adalah kecerobohan yang bisa dilakukan para pemainnya. Bila lawan bisa bermain dengan tenang dan mampu memberikan tekanan secara intens, City bisa kelabakan.
Namun, situasi akan berubah dengan cepat. Ini sekaligus menjadi awasan bagi United bila sampai City bisa mengatasi tekanan itu. Setelah mengendalikan keadaan dengan ketenangan dan soliditas City akan trengginas.
Hal ini terlihat jelas setelah mereka bisa "menjinakkan" Brugge. City bisa saja menambah beberapa gol lagi bila Cole Palmer mampu memanfaatkan dua peluang emas, dan kesempatan dari sejumlah pemain lain tak terbuang percuma.
Kombinasi Joao Cancelo dan Jack Grealish dari sisi kiri begitu berbahaya. Saat menyerang City akan bergerak dalam kesungguhan penuh. Serangan cepat dibarengi kecepatan para pemain sungguh merepotkan barisan pertahanan lawan. Belum lagi kemampuan para pemainnya melepaskan tembakan.
Sementara itu, di lini depan ada Foden dan Riyad Mahrez. Akselerasi dan pergerakan kedua pemain ini di kotak penalti tidak bisa tidak membuat lawan harus bekerja keras dan hati-hati. Â Mahrez sudah dikenal sebagai pemain dengan keunggulan dalam duel satu lawan satu.
Hanya saja, patut diakui City memang membutuhkan seorang striker. Hal ini masih menjadi kerinduan Guardiola yang terus disorot terutama saat menghadapi situasi kekosongan. Kehadiran seseorang dengan naluri gol seperti Sergio Aguero atau memiliki keunggulan fisik dalam diri Harry Kane diperlukan untuk memecah kebuntuan.
Kemudian berkembang jargon, "tidak ada striker maka tak ada kemenangan." Pernyataan ini tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya salah. Benar saat kebuntuan terjadi dalam sejumlah kesempatan.Â
Terbantahkan melihat bagaimana para pemain lain bisa mengisi kekosongan itu yang kemudian tergambar dari kemenangan demi kemenangan yang tercipta.
Sterling dan Jesus adalah opsi yang berbahaya untuk Mahrez dan Grealish. Seperti terlihat di pertandingan kontra Brugge, kedua pemain itu memberikan semangat dan dorongan baru di lini serang.
Taruhan Solskjaer
Baik United maupun City sama-sama menjadikan pertandingan di pekan keempat Liga Champions sebagai cermina untuk berkaca jelang pertandingan derbi. Titik lemah dan titik lebih dari masing-masing tim akan menjadi pertimbangan tim lain.
Hasil akhir kedua tim berbeda. Sedikit banyak menggambarkan seperti apa penampilan mereka dan akan menjadi apa jalannya pertandingan derbi nanti.
Di kubu United yang akan menjadi tuan rumah, pekerjaan berat ada di tangan Ole Gunnar Solskjaer. Pemilihan pemain akan menjadi tantangan tersendiri.
Pasang dan surut dalam beberapa laga terakhir seperti kekalahan memalukan dari Liverpool lalu bangkit membungkam Tottenham Hotspur yang berujung pemecatan Nuno Espirito Santo menempatkan Solskjaer dalam tekanan dan dilema.
Berbagai hasil berbeda itu menunjukkan salah satu persoalan dalam tim yakni konsistensi. Begitu sulit untuk menjaga tren agar tetap pada jalur positif. Hal ini disebabkan karena penampilan para pemain yang semula menjadi andalan kemudian berubah menjadi sasaran kritik.
Mari kita lihat beberapa contoh. Harry Maguire dan Luke Shaw. Dua andalan di jantung pertahanan ini tampil impresif di awal tahun yang berpuncak pada performa luar biasa di Piala Eropa. Namun, belakangan ini mereka terlihat rapuh dengan penampilan yang mengecewakan.
Memang penurunan performa adalah ancaman yang bisa menyerang setiap pemain kapan saja. Namun, yang terjadi pada duo Inggris itu terlalu signifikan dan kini belum juga kembali optimal.
Maguire tampil sangat tidak maksimal saat menghadapi Atalanta. Namun, Solskjaer masih memelihara kepercayaan pada pemain yang telah diserahi tanggung jawab tambahan sebagai kapten tim. Lebih lagi, tampaknya ia tidak memiliki pilihan lain setelah Victor Lindelof dan Raphael Varane harus menjalani perawatan karena cedera.
Solskjaer pun harus mengambil sikap. Ia tak bisa terus mempertahankan kedua pemain yang seperti sudah merasa puas dan cukup dengan penampilan mereka di Euro 2020.
Pemilihan pemain saat menjamu "tetangga berisik" akhir pekan ini memiliki kadar taruhan yang amat mahal. Tidak hanya nasib tim, tetapi juga nasib Solskjaer sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H