Tentu, situasi ini patut diwaspadai tim pelatih PBSI untuk menjaga konsistensi The Minions, semakin mematangkan Fajar/Rian, dan kian mengorbit para penerus seperti Daniel Marthin/Leo Rolly Carnando dan Muhammad Shohibul Fikri / Bagas Maulana.
Semoga kembalinya Rexy ke Malaysia menjadi pelecut bagi Indonesia untuk tetap menjaga rantai regenerasi agar semakin erat.
Bukan hal baru
Rexy yang kembali ke BAM dan mulai bertugas per 1 Desember 2021 tak perlu ditanggapi secara berlebihan, apalagi sampai mengeluarkan komentar tak pantas. Tak perlu kita mempertanyakan nasionalismenya.
Justru pengalaman Rexy itu bisa dimaknai secara positif. Rexy yang kini berusia 53 tahun memacu kerja tim pelatih PBSI untuk terus bersaing secara positif di berbagai gelanggang pertandingan.
Di sisi lain, kita mestinya bangga bahwa pelatih Indonesia sangat dibutuhkan di mancanegara. Rexy memang bukan orang pertama yang bergabung dengan BAM. Mereka juga bukan bagian kecil dari pelatih Tanah Air yang ikut mengembangkan bulu tangkis dunia.
Begitu banyak orang Indonesia yang mendapat tanggung jawab sebagai pelatih di luar negeri. Kualitas mereka pun sudah menuai banyak apresiasi, tidak hanya bersama negara-negara yang sudah memiliki tradisi bulu tangkis yang kuat, tetapi juga bersama para pendatang baru.
Salah satu contoh mutakhir adalah kisah Kevin Gordon, pebulutangkis tunggal putra yang mengukir sejarah bersama Guatemala di panggung Olimpiade Tokyo. Berasal dari negara miskin dan asing dengan olahraga tepok bulu, Kevin yang berusia 35 tahun justru mampu mengguncang dunia usai menembus babak semifinal.
Di balik prestasi Kevin setelah empat kali percobaan di Olimpiade, ada sosok Muamar Qadafi. Pelatih asal Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah. Qadafi sudah menangani bulu tangkis di negara dari wilayah Pan-Amerika itu dalam dua periode yakni 2009-2010, lalu 2017 hingga saat ini. Sebelum berlabuh di Guatemala, Qadafi juga sempat berkarier di Peru dan Meksiko.
Mengacu Badmintonasia.org, saat ini setidaknya ada 12 pelatih Indonesia yang tersebar di sembilan negara. Selain para pelatih yang memperkuat Malaysia dan Qadafi di Guatemala, ada Mulyo Handoyo di Singapura dan Namrih Suroto di India.
Sementara di benua Eropa, ada Imam Teguh di Finlandia, Davis Efraim di Irlandia, Didi Purwanto di Hongaria, dan Indra Bagus di Belgia.