Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Piala Uber Terakhir Greysia Polii dan "Legacy" untuk Tim Muda Indonesia

16 Oktober 2021   06:46 Diperbarui: 16 Oktober 2021   06:48 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Greysia Polii dan Apriyani Rahayu: bwfbadminton.com

Langkah tim putri Indonesia di Piala Uber 2021 terhenti di perempat final. Para srikandi Merah-Putih gagal melewati hadangan Thailand.

Duel yang digelar di Ceres Arena, Aarhus, Denmark, Jumat (15/10/2021) berakhir dengan skor 2-3 untuk memberi Thailand satu tempat di babak semi final, menghadapi China. Dua kontestan lain yang akan berebut satu tiket final adalah Jepang dan Korea Selatan.

Bagi Indonesia, ini kelima kalinya secara beruntun gagal di babak gugur. Sebelumnya, tim Piala Uber Indonesia tak bisa berbuat banyak di edisi 2012, 2014, 2016, dan 2018. Menariknya, dua edisi terakhir di fase yang sama, Indonesia takluk dari Negeri Gajah Putih.

Memang patut diakui tidak mudah bagi para pemain putri Indonesia bersaing dengan negara-negara kuat lainnya. Sepak terjang pemain Indonesia kali ini tidak semulus China, Jepang, atau Korea Selatan.

Hal tersebut bisa dipahami. Sebab, Indonesia mengandalkan mayoritas pemain muda. Hanya Greysia Polii sebagai pemain paling senior, baik dari sisi usia maupun jam terbang di turnamen beregu seperti ini.

Sementara itu, Gregoria Mariska Tunjung, sudah menjadi bagian dari tim Uber Indonesia dalam beberapa edisi. Namun, tidak mudah bagi Jorji, sapaan Gregoria, untuk beradu dengan para unggulan lainnya. Selebihnya, mereka adalah pemain muda, bahkan debutan.

Walau demikian, sebelum menyerahkan tiket semi final kepada Thailand, para pemain Indonesia sudah memberikan perlawanan berarti. Kemenangan dua pasangan ganda, salah satunya adalah pasangan muda, ditambah kejutan yang hampir dibuat dua tunggal putri belia, adalah sebuah catatan yang tak bisa diremehkan.

Kemenangan Greysia Polii dan juniornya, Apriyani Rahayu adalah modal yang membuat napas Indonesia bisa lebih panjang. Bila sampai keduanya menyerah, maka pertandingan bisa berakhir lebih cepat.

Pertama, Gregoria hampir saja membuka kemenangan tim Indonesia bila saja ia mampu bermain tenang dan konsisten. Menghadapi Pornpawee Chochuwong dengan ranking BWF 11 tingkat lebih tinggi, Jorji mampu memenangi gim pertama.

Sayangnya, dua gim berikutnya atlet kelahiran Wonogiri, Jawa Tengah itu seperti kehilangan semangat dan pola. Jorji, peringkat 21 BWF, kalah rubber set, 21-14 10-21 10-21, usai bertarung lebih dari satu jam.

Kedua, Greysia/Apri bisa melewati rintangan Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai. Kolaborasi pasangan senior-junior tetap terlihat apik. Semangat juara belum juga memudar. Pemenang Olimpiade Tokyo 2020 terlibat pertarungan cukup alot selama tiga gim,

Greys/Apri bisa mengunci gim pertama. Namun, lawannya yang berperingkat delapan BWF bisa memaksa terjadinya rubber game. Pertarungan berdurasi satu jam dan 32 menit akhirnya dimenangi pasangan Indonesia berperingkat enam BWF, 21-17, 17-21, 21-19.

Ketiga, kemenangan Greysia/Apri tak cukup memotivasi Putri Kusuma Wardani untuk mengalahkan Busanan Ongbamrungphan. Busanan yang berperingkat 13 BWF masih terlalu kuat bagi Putri KW yang masih berjuang dari luar 100 besar BWF.

Namun, Putri bisa memberikan perlawanan alot dan hampir membuat pertandingan berlangsung tiga gim. Sayangnya, di poin-poin kritis di gim kedua, Putri sempat kehilangan konsentrasi.

Walau demikian, kekalahan straight set 9-21 dan 21-23 sudah memberikan banyak pelajaran bagi Putri KW. Pemain debutan berusia 19 tahun tetap bisa pulang dengan kepala tegak.

"Di sini saya bisa bertemu dengan pemain-pemain top dunia, meski tidak semua hadir. Saya bisa merasakan dan mendapat pengalaman banyak dari pemain-pemain top dunia. Kalau tidak di sini, entah di mana saya bisa dapat pengalaman berharga," demikian pengakuan pemain yang mengidolai Carolina Marin kepada badmintonindonesia.org.

Keempat, meski Putri KW kalah, Indonesia tetap bisa membuat pertandingan menjadi tidak mudah bagi Thailand. Kemenangan Greys dan Apri adalah pemantik bagi Siti Fadia Silva Ramadhanti/Ribka Sugiarto.

Pasangan muda berperingkat 34 BWF tidak hanya merepotkan lawannya yang berperingkat lebih tinggi, tetapi juga memberikan kemenangan bagi Indonesia. Puttita Supajirakul/Sapsiree Taerattanachai menyerah 21-19, 15-21, dan 21-15.

Kelima, Ester Ester Nurumi Tri Wardoyo harus memikul tanggung jawab besar sebagai penentu. Usianya baru 16 tahun. Belum punya pengalaman banyak di pentas bergengsi. Tak punya modal peringkat, Ester harus meladeni Phittayaporn Chaiwan.

Ester yang belum berperingkat hampir memetik kemenangan di gim pertama. Namun, dalam pertandingan penuh tekanan seperti ini, tidak mudah bagi seorang pemain belia.  Ester gagal dalam perang kepercayaan diri di tiga poin terakhir yang menentukan.

Kekalahan di gim pertama cukup memukul Ester. Sementara itu, lawannya semakin percaya diri. Permainan Chaiwan dengan sejumlah variasi pukulan membuat Ester semakin tertekan. Remaja kelahiran Jayapura, Papua pun takluk dua gim 23-25, 9-21.

Perjuangan Ester selama 44 menit gagal mengantar Indonesia ke semi final. Tetapi, waktu dan pengalamannya di Piala Uber adalah bekal penting untuk masa depan.

Greysia Pamit

Bagi para pemain Indonesia, Piala Uber kali ini menjadi awal untuk menghadapi turnamen-turnamen berikutnya. Pengalaman berharga untuk menstimulus semangat berlatih lebih keras agar bisa lebih bersaing dengan negara-negara lain yang semakin di depan.

Bagi Greysia Polii ini menjadi Piala Uber terakhir. Sudah delapan edisi Piala Uber ia ikuti. Saatnya, ia memberi tempat kepada para penerusnya.

Pemain yang sudah berusia 34 tahun sudah berjuang memimpin para srikandi muda agar bisa terbang tinggi. Kemenangan yang coba ia berikan diharapkan bisa memberi mereka motivasi.

"Kami mencoba untuk menang tidak hanya untuk kami berdua untuk menunjukkan bahwa kami lebih baik dari pasangan Thailand, tetapi kami ingin menang untuk tim sehingga para pemain muda bisa bermain seri, dan kemudian siapa tahu mereka bisa menang dan membuat sejarah bagi Indonesia. Ini kali terakhir saya jadi saya berikan semuanya."

Begitu komentar Greysia Polii kepada BWF usai pertandingan. Greys menunjukkan bagaimana berjuang sehormat-hormatnya. Semangat tak pantang menyerah itu sudah ia buktikan.

Tidak hanya di pertandingan panjang menghadapi Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai. Tetapi hampir sepanjang kariernya dengan begitu banyak tantangan. Didiskualifikasi di Olimpiade, ditinggal pasangan yang memutuskan pensiun lebih cepat, berpasangan dengan pemain yang jauh lebih mudah, ditinggal orang terdekat, adalah bagian kecil dari cerita panjang kehidupan Greys.

Greys memang tidak berhasil mengantar para pemain muda melangkah lebih jauh. Namun, kehadirannya kali ini sudah begitu berarti. Bersama Apri mereka menjadi suluh bagi para pemain muda yang baru berhadapan dengan pekatnya persaingan di panggung bulutangkis dunia.

Bagi Greys, "legacy" (warisan) yang bisa ia berikan adalah memberikan contoh konkret di lapangan pertandingan. Ia tak perlu banyak berbicara. Ia hanya perlu menunjukkan bagaimana bertarung sekuat-kuatnya.

"Ini adalah warisan saya untuk tim. Saya selalu suka menjadi pemimpin yang baik atau senior yang baik, saya tidak perlu banyak bicara."

Tugas Greys di Piala Uber sudah rampung. Selanjutnya, ia memberikan estafet tanggung jawab kepada para pemain muda. Kepada Apriyani, pemain muda dengan prestasi kaliber dunia.

"Kami datang dengan pemain muda dan kami tidak akan rugi apa-apa dan saya tidak memiliki ekspektasi apapun untuk mereka. Saya hanya berharap mereka bisa memberikan segalanya. Apa yang mereka miliki sekarang, mereka harus teruskan, jadi mereka harus bermain dan mengalaminya sendiri sehingga mereka bisa mendapatkan lebih banyak, bagaimana meningkatkan diri mereka sendiri."

Sektor ganda sudah memiliki pelapis. Ribka/Fadia bermain baik sepanjang turnamen. Hanya, Apri masih harus menanti siapa pasangan baru yang bisa bersama-sama mengikuti jejaknya bersama Greys.

Sementara itu, sektor tunggal, harus bekerja lebih keras. Jorji dan para juniornya: Putri KW, Ester, dan Dini yang kemudian dibekap cedera.

Kontribusi sektor tunggal putri tak terlihat. Mereka selalu kalah dan diselamatkan oleh sektor ganda. Namun, usia Putri baru 19 tahun dan Ester lebih muda dari itu.

Masih banyak kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dan mempertebal mental yang sudah mulai diasah di turnamen beregu seperti Piala Uber.

Tidak ada hadiah perpisahan Piala Uber yang mengesankan bagi Greysia Polii. Bila para pemain muda bisa berkembang dan berprestasi, dari luar lapangan Greys pasti akan tersenyum gembira.

Terima kasih Greysia Polii dan tim Uber Indonesia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun