Dibuka dengan aksi goyang singkat sebelum bertarung, awal nyaris sempurna ditorehkan tim Uber Indonesia. Para srikandi Merah-Putih membuat Jerman tak berkutik di laga pertama Grup A Piala Uber 2020.
Berlangsung di Lapangan 3 Ceres Arena, Aarhus, Denmark, Sabtu (9/10/2021), Greysia Polii dan kawan-kawan menang dengan skor telak 4-1.
Kemenangan ini sangat penting dalam upaya untuk menebus hasil kurang memuaskan di turnamen beregu campuran Piala Sudirman 2021 yang belum lama berakhir di Vantaa, Finlandia. Selain itu, ini menjadi modal bertarung dengan Jepang yang menjadi kontestan unggulan di grup ini.
Skuad Garuda tampil dengan kekuatan terbaik. Gregoria Mariska Tunjung, Putri Kusuma Wardani, dan Ester Nurumi Tri Wardoyo di sektor tunggal. Dua pasangan terkuat, Greysia Polii/Apriyani Rahayu dan Siti Fadia Silva Ramadhanti/Ribka Sugiarto mengisi dua nomor ganda.
Gregoria Atasi Ketegangan
Tentu tidak mudah bagi Jorji, sapaan Gregoria, membuka pertarungan. Pemain berusia 22 tahun ini menghadapi Yvonne Li.
Di atas kertas, keduanya memiliki kans yang sama memenangkan pertandingan. Rentang usia terpaut satu tahun, berikut ranking dunia yang hanya berbeda dua tangga, serta rekor "head to head" yang tipis.
Jorji yang lebih muda setahun dari tunggal putri nomor satu Jerman itu ternyata mampu mengatasi tekanan. Jorji tidak hanya mengendalikan permainan, tetapi juga bermain taktis dan sabar sehingga pemain berperingkat 24 dunia itu hampir tak berkutik.
Jorji, peringkat 21 dunia, akhirnya bisa menyudahi pertandingan hanya dalam tempo 28 menit dengan skor akhir, 21-10 dan 21-14.
Ini menjadi kemenangan kedua bagi pemain kelahiran Wonogori, Jawa Tengah itu. Di pertemuan pertama di Thailand Masters 2020, Jorji juga tanpa kesulitan merengkuh kemenangan straight set, 21-14 21-13.
"Puji Tuhan bisa main baik dan menyumbangkan poin pembuka untuk Indonesia. Tadi memang sempat tegang, tetapi setelah itu saya bisa lebih nyaman dan enak mengembangkan permainan," demikian Jorji seperti dilansir dari badmintonindonesia.org.
Jorji terlihat lebih siap dan belajar dari pertandingannya di Piala Sudirman. Selain ketenangan dan kepercayaan diri yang semakin tebal, Jorji bisa lebih konsisten menjaga keunggulan. Serangan dan variasi permainannya pun lebih kaya.
"Di gim pertama lawan masih nyari-nyari pola permainan. Mereka terlihat bingung dan serba salah. Ini menguntungkan saya. Saya pun lebih tahu mau bermain pola seperti apa, semuanya berjalan baik," tegas Jorji.
Oh ya, dibanding beberapa pemain muda lainnya, Jorji terbilang senior di panggung Piala Uber. Ia sudah tiga kali tampil, sebelumnya pada edisi 2016 dan 2018. Menariknya, ia mencatatkan hasil sempurna. Dari enam pertandingan yang dijalani, ia belum juga menelan kekalahan.
Juara Olimpiade Lewati Hadangan Peringkat 216 BWF
Bila Jorji bisa menjawab kepercayaan, tentu bukan perkara berat pula bagi Greys/Apri. Api juara Olimpiade Tokyo 2020 itu belum juga padam. Malah, semakin bernyala-nyala.
Menghadapi lawan yang kurang diunggulkan, Stine Kuspert/Emma Moszczynski, pasangan senior-junior itu tetap bisa menunjukkan kemampuan terbaik.
Memang tidak mudah bagi pasangan ranking enam BWF untuk menyudahi perlawanan Stine/Emma yang masih merangkak dari posisi 216. Skor sempat ketat pada beberapa bagian sebelum Greys/Apri mengunci pertandingan bertemp 43 menit itu dalam dua gim, 21-16 dan 21-17.
Kemenangan Greys dan Apri tentu membuat semangat para pemain Indonesia semakin berkibar. Terutama bagi para pemain yang jauh lebih muda yang akan tampil di partai selanjutnya.
Putri KW Kian "Pede"
Putri KW sepertinya terbawa aura kemenangan dari dua laga pertama. Pemain berusia 19 tahun bisa meladeni Ann-Kathrin Spori.
Walau bukan pemain Indonesia dengan ranking terbaik, Putri yang kini menempati peringkat 126 dunia bisa mengatasi perlawanan Ann yang secara peringkat dan pengalaman jauh lebih rendah.
Putri dengan postur tubuh jangkung bisa menjalankan skenarionya. Pertahanan yang baik, smes menyilang, dan penempatan kok yang akurat, adalah beberapa kualitas yang ditunjukkan atlet kelahiran Tangerang, Banten itu.
Tak heran, penampilan Putri yang konsisten sepanjang pertandingan membuatnya hanya perlu 34 menit untuk menyumbang angka. Kemenangan 21-11 dan 21-17 membuat Indonesia unggul 3-0 sekaligus menjadi kemenangan pertama Putri atas Ann-Kathrin.
Hanya saja, atlet berpostur 1,72 meter mengaku tanpa kesulitan meraih kemenangan di set pertama. Hal ini disebabkan karena ia memilih bermain tanpa beban.
"Gim pertama saya bermain lepas. Saya saat itu berpikir hanya ingin bermain bagu saja. Saya tidak berpikir macam-macam. Hal itu membuat saya berhasil mengeluarkan permainan terbaik," kata Putri KW menukil Antara.
Manajer tim Indonesia, Eddy Prayitno tak berpanjang kata mengomentari penampilan Putri KW. Menurutnya, pemain tersebut kian "pede" alias percaya diri.
Fadia dan Ribka tanpa hambatan
Siti Fadia/Ribka Sugiarto bermain apik. Rotasi mereka baik. Serangan dan pertahanan sama baiknya. Inilah sejumlah kunci kemenangan pasangan Indonesia ini atas Annabella Jaeger/Leona Michalski.
Pasangan pelapis Greys/Apri itu masih terlalu tangguh bagi Annabella dan Leona yang belum banyak memiliki jam terbang di kancah internasional.
Fadia/Ribka yang berperingkat jauh lebih tinggi bisa memetik poin demi poin dengan mudah. Pasangan ranking 34 dunia pun menutup pertandingan tepat setengah jam. Kemenangan pun didapat Fadia/Ribka atas lawannya yang berada di posisi 299 dunia dengan skor cukup mencolok, 21-9 dan 21-8.
Indonesia pun semakin menegaskan dominasinya atas Jerman. Bagi Fadia/Ribka di balik poin yang disumbang ini, keduanya pun sukses menorehkan kemenangan dalam lembaran pertemuan mereka yang baru mulai digerai.
Ester Nurumi kecolongan
Ester Nurumi Tri Wardoyo kembali mendapat kepercayaan untuk bertanding. Setelah membuat kejutan di Piala Sudirman 2021 beberapa waktu lalu, pemain berusia 16 tahun kembali memikul tanggung jawab.
Di pertandingan pertama ini, beban Ester lebih ringan. Ia bukanlah penentu. Indonesia sudah dipastikan mengantongi kemenangan.
Namun, remaja kelahiran Jayapura ini baru pertama kali tampil di Piala Uber, menyusul debut di turnamen beregu campuran di Finlandia belum lama ini.
Adik kandung pemain tunggal putra PBSI, Chico Aura Dwi Wardoyo, tentu tidak ingin menjadi penggembira. Ia pun tak mau kalah menyumbang poin di pentas akbar ini.
Menghadapi Thuc Phuong Nguyen, Ester yang belum juga mendapat ranking dunia, memperlihatkan kemampuannya. Pemain jebolan klub Exist Jakarta ini sempat tertinggal di awal gim pertama, namun bisa bangkit untuk mempin saat interval pertama, 11-9.
Sayangnya, pendulum yang sempat berada di pihak Ester kembali menjauhinya. Thuc berbalik memimpin 14-16 hingga mampu merebut set pertama, 18-21.
Ester kesulitan mendapatkan ritme dan pola permainan terbaiknya. Ia langsung tertinggal cukup jauh di awal gim kedua, 2-6. Ester tak patah arang. Perlahan-lahan ia mendekatkan ketertinggalannya menjadi 6-9, lantas berbalik mempimpin 12-11. Ester kemudian memaksa pertandingan rubber game usai meraih kemenangan di set kedua.
Keduanya terlibat persaingan ketat sejak awal gim penentuan. Ester mendapat momentum baik saat memimpin 6-5 berlanjut hingga 11-9. Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak. Ester gagal menjaga tren positif sehingga lawannya mampu mengejar ketertinggalan.
Skor sempat sama kuat, 12-12 dan pemain Jerman berhasil memanfaatkan kesempatan untuk berbalik memimpin 14-16 hingga memastikan Ester dan tim Indonesia gagal menyapu bersih kemenangan.
Walau kalah 18-21 21-17 14-21, Ester sudah berusaha menampilkan yang terbaik sepanjang 54 menit pertandingan. Dalam keterangannya pasca-pertandingan, Eddy Prayitno menilai performa Ester semakin meningkat dibanding saat tampil di Piala Sudirman.
Salah satu kendala yang membuat Ester gagal menyempurnakan laga awal Indonesia ialah adanya masalah pada lututnya. Walau bukan kategori cedera, masalah tersebut cukup mengganggu penampilannya. Ester perlu mendapat penanganan khusus dari terapis agar bisa pulih untuk menghadapi pertandingan selanjutnya.
Selain soal cedera, ada sejumlah pekerjaan rumah yang harus dibenahi. Pertandingan ini memberi banyak pelajaran bagi pemain 16 tahun itu untuk menjadi lebih baik di laga-laga selanjutnya.
Di pertandingan selanjutnya, tim putri Indonesia akan menghadapi Prancis, Senin (11/10/2021). Duel ini menentukan nasib Indonesia. Bila mampu memetik kemenangan maka tiket ke babak perempat final bakal digenggam.
Selain mengamankan satu tempat di babak delapan besar, bila mampu membungkam wakil Eropa itu maka pertarungan menghadapi Jepang di laga terakhir penyisihan grup akan menentukan status juara grup. Jepang pun diprediksi tak akan mendapat banyak kesulitan menghadapi Prancis dan Jerman.
Walau berat, bukan berarti tidak mungkin. Keyakinan dan kekompakan bisa menjadi modal untuk berbicara banyak di turnamen ini. Greysia Polii bersaksi, "Sebagai satu tim, Indonesia bisa selalu kompak dan semangat."
Ya, Indonesia bisa!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H