"Dia ingin memenangkan liga, dia mengerti pentingnya poin, dia marah. Untuk seorang manajer yang merupakan berkah, dia pasti akan kecewa."
Menampar Ronaldo
Seperti Rio dan Jenas, rerata penggemar United bersimpati pada Ronaldo. Tidak hanya itu. Mereka juga mempertanyakan keputusan sang pelatih.
Kelompok ini sepertinya membayangkan Ronaldo dan para pemain utama tadi bermain sejak menit awal. Bila begitu, hasil akhir tentu akan berbeda.
Anggapan ini bisa kita tantang. Apakah jalannya cerita Setan Merah di laga ini akan seindah harapan itu? Dengan kata lain, skenario yang dibayangkan itu akan otomatis mewujud hasil akhir yang diharapkan?
Hemat saya, tidak semudah itu. Kita bisa membuat analisis sederhana. Salah satunya dengan melihat performa United sebelum dan setelah ketiga pemain itu masuk. Cukuplah memakai indikator penguasaan bola dan peluang.
Apakah setelah ketiganya dimasukkan United lebih menguasai pertandingan, menciptakan banyak peluang, dan lebih sedikit ditekan?
Bila harus jujur, penampilan United di babak kedua terlihat menurun. Termasuk setelah Ronaldo dan kedua pemain lainnya itu merumput. Tidak ada peluang signifikan yang berhasil dikreasi terutama di 25 menit akhir pertandingan.
Situasi ini berbanding terbalik dengan kubu Everton. Pendukung tuan rumah sempat bungkam saat Yerri Mina menggetarkan jala De Gea memanfaatkan asis Tom Davies. Ronaldo pasti akan lebih marah bila sampai gol tersebut tak dianulir wasit.
Dari kaca mata seorang pelatih, United sebenarnya memulai pertandingan dengan baik. Babak pertama berlangsung sesuai harapan. Martial yang mengambil tempat sejak menit awal bisa menjawab kepercayaan dengan gol pembuka.
"Sebagian dari itu benar-benar bagus, kami pikir kami memulai dengan baik, masuk 1-0, Anda senang. Babak kedua kami kekurangan keunggulan untuk mendapatkan yang kedua karena dari sepak pojok kami kebobolan, itu mengecewakan."