Sebenarnya, masih banyak pemain muda yang patut digarisbawahi. Soal kualifikasi muda secara usia juga masih bisa diperdebatkan. Begitu pula urusan pengalaman. Tidak sedikit pemain yang sudah lewat kepala dua, bahkan hampir mendekati kepala tiga, tetapi masih terus memburu prestasi.
Pelajaran
Namun, ada sejumlah hal bisa dirangkum. Pertama, para pemain di atas telah berjuang untuk memikul tanggung jawab besar baik karena keterbatasan sumber daya pemain, maupun karena sudah waktunya mereka harus diterjunkan ke gelanggang utama.
Kedua, bagi negara-negara underdog di sirkuit badminton dunia, mengirim para pemain muda adalah pilihan yang tak bisa dielak. Beruntungnya, ini menjadi kesempatan bagi para pemain tersebut untuk menimba pengalaman sejak dini untuk perjalanan mereka selanjutnya.
Ketiga, pentas Piala Sudirman edisi ini di Finlandia semakin menegaskan bahwa bulutangkis semakin berkembang, baik dari sisi pemain, asal negara, maupun semakin banyak negara-negara yang ingin menjadi tuan rumah.
Tentang para pemain muda Finlandia dan kepercayaan pada Finlandia sebagai tuan rumah Piala Sudirman, kata-kata Joakim Oldorff bisa menjadi konklusi. Pemain masa depan Finlandia itu berkata begini.
"Saya pikir itu luar biasa bahwa turnamen tingkat tinggi seperti itu ada di Finlandia, senang melihat pemain tingkat atas dan menantang mereka. Itu mengagumkan. "
Keempat, hal ini menunjukkan bahwa popularitas bulutangkis semakin mendunia. Persaingan pun semakin ketat. Negara-negara yang sudah dilabeli raksasa bulutangkis tak bisa berdiam diri melihat negara-negara dari "antah-berantah" sudah mulai masuk arena.
Indonesia pun begitu. Kekalahan Jojo dari pemain yang lebih muda dari negara dengan sejarah bulutangkis yang masih seumur jagung adalah alarm. Hentakan untuk terus berbenah, jangan lengah, apalagi sampai tertidur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H