Situasi ini memuat Mia semakin gencar menekan. Putri harus jatuh bangun membendung smes-smes keras Mia ke pojok lapangan. Putri tertinggal 2-8, lalu 3-11.
Putri terus tertinggal. Jarak terlampau jauh. Putri sempat berusaha memperkecil selisih menjadi 14-19. Namun, dua smes keras terakhir Mia berbuah poin sekaligus menutup pertandingan, 14-21.
Walau kalah dan membuat Indonesia tertinggal, Putri sudah mendapat pengalaman berharga. Debut di usia 19 tahun, mampu memberikan perlawanan kepada pemain yang secara peringkat dan jam terbang lebih tinggi dalam pertarungan tiga gim.
Ginting Antiklimaks
Denmark cukup berani menurunkan Antonsen menghadapi Ginting. Rekor pertemuan menempatkan Ginting di posisi superior. Empat pertemuan berakhir dengan kemenangan Ginting. Pertemuan terakhir terjadi di Olimpiade Tokyo 2020. Saat itu, Ginting menang rubber game, 21-18 15-21 21-18.
Statistik yang tak menguntungkan itu ternyata bukan halangan bagi Antonsen. Pemain berperingkat tiga ini langsung menekan Ginting dengan merebut lima poin pertama. Overhead menyilang dan pertahanan yang rapat merupakan kunci utama Antosen.
Ginting baru bisa mengejar setelah Antosen merebut angka keenam. Perlahan-lahan Ginting mengejar untuk memangkas jarak menjadi 3-6. Namun, Antonsen tidak ingin membuang peluang. Ia pun bisa menutup gim pertama, 21-9.
Ginting berusaha belajar dari set pertama. Ia tak mau membiarkan Antonsen langsung mengendalikan permainan di awal set kedua. Keduanya terlibat persaingan ketat. Namun, Antonsen berhasil memanfaatkan kesalahan demi kesalahan yang dilakukan Ginting untuk memimpin 6-2.
Ginting kemudian perlahan-lahan mengejar. Setelah mendapat dua angka, Antonsen sempat menjaga keunggulan tiga poin, sebelum dipersempit menjadi 5-7. Smes keras Ginting tak mampu dikembalikan Antosen. Skor kian rapat, 6-7.
Dari luar lapangan, Hendry Saputra terus memberikan arahan pada Ginting. Rupanya pelatih utama tunggal putra PBSI itu meminta Ginting untuk bermain lebih tenang. Ginting pun sukses menyamakan kedudukan, 8-8.